Sunday, February 05, 2006

By The River Piedra I Sat and Wept...


Di tepi Sungai Piedra aku duduk dan tersedu. Ada sebuah legenda bahwa semua benda yang jatuh ke dalam air sungai ini - dedaunan, serangga, bulu burung - akan berubah menjadi bebatuan yang membentuk dasar sungai. Jika saja aku bisa mencabut hatiku dan melemparkannya ke dalam arus, maka pedih dan rinduku akan berakhir, dan akhirnya aku bisa melupakan semua.

Di tepi Sungai Piedra aku duduk dan tersedu. Udara musim mendinginkan air mata di pipiku, terjatuh ke dalam air dingin yang mengalir melewatiku. Di kejauhan, sungai ini bertemu sungai lain, lalu yang lain, hingga-jauh dari hati dan pandanganku-semua alir sungai menyatu dengan laut.

Semoga air mataku mengalir sejauhnya, agar ia takkan pernah tahu bahwa suatu hari aku pernah menangis untuknya. Semoga air mataku mengalir sejauhnya, agar bisa kulupakan Sungai Piedra, biara, gereja di Pegunungan Pyrennes, kabut, dan jalanan yang telah kami lalui bersama.

Akan kulupakan jalanan, pegunungan, dan padang-padang dalam mimpiku-yang takkan pernah menjadi nyata.

Aku ingat "momen magis" ku - saat sebuah ucapan "ya" atau "tidak" bisa mengubah hidup seseorang selamanya. Rasanya seperti telah lama. Sulit dipercaya baru kemarin telah kutemukan kembali cintaku, lalu kehilangan dirinya.

Aku menulis kisah ini di tepi Sungai Piedra. Tanganku membeku, kakiku mati rasa, dan setiap menit aku ingin berhenti.

Ia pernah bilang, "Hiduplah. Mengenang hanya untuk orang lanjut usia,"

Mungkin cinta membuat kita tua sebelum saatnya atau kembali muda, jika masa belia telah lewat. Tetapi bagaimana mungkin saat-saat itu tak kuingat? Itu sebabnya aku menulis-mencoba mengubah sedih jadi rindu, sepi jadi kenangan. Agar s elesai bercerita, aku bisa melemparkannya ke Sungai Piedra. Di saat itulah – seperti kata salah seorang santo - air akan memadamkan api yang telah ditulis nyala api.

Semua kisah cinta sama saja.....

------------------------------------------

Aku menyerah. Sisi feminin dari diriku akhirnya telah menggerakkan jemari ini untuk menuliskan prolog dari novel karya Paulo Coelho tsb ke dalam blog-ku, and I don't know why....

No comments:

Post a Comment