Monday, December 24, 2007

Just a...

Barusan turun dari Pit 1 ke basecamp. Turun gunung dengan waktu tercepat yang pernah kulakukan mungkin. Bagaimana tidak, aku dikejar waktu untuk bisa ikut meeting abis makan siang. Walhasil, aku berjalan seperti orang dikejar anjing, meskipun jalan sangat licin setelah terguyur hujan semalaman, kadang menurun tajam atau tanjakan-tanjakan manis yang membentang...hajar Len! Normally, kalau turun gunung aku nyantai banget. Sangat menikmati jalan tikus di tengah hutan yang kulewati pun tiga sungai Aek Pahu yang mesti kusebrangi.

Hah ...mengapa kau makin melelahkan dan merapuhkan jiwaku?
Aku capek wahai Martabe-ku sayang....!
Semoga masih ada sisa energi menjalanimu dengan sabar

Sungguh, aku merindui "peradaban"

I wanna make a great escape
and fly.......

Fly...

Thursday, December 20, 2007

Selamat Idul Adha 1428 H

Allahu Akbar Allahu Akbar
La ila ha illallahu Allahu Akbar
Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd...

Selamat Idul Adha 1428 Hijriyah

Tahun ini, kurayakan Idul Adha dengan atmosfer Batangtoru Tapanuli Selatan Sumut...
Ibu, Ayah...aku kangen!

Wednesday, December 19, 2007

Sang Pemimpi

"Sang Pemimpi", dua jempol buat novel yang satu ini. Nggak tahu deh harus cerita gimana, saking indahnya, lucunya, mengharukannya, tapi tetap apa adanya...

Kisah tentang Arai dan Ikal, dua anak kampung yang bermimpi menginjakkan kaki di Perancis! Hebatnya...mereka nggak cuma bermimpi, tapi benar-benar berjuang menggapai mimpi mereka, lengkap dengan segala tawa, bahkan airmata. Who said the dream never comes true!

Cerita dalam novel ini mengingatkanku pada seorang sahabat jaman kuliah dulu. Budi Aji namanya, seorang mahasiswa cerdas, pintar dan aktivis berbagai kegiatan kampus. Nggak nyangka banget kalau di balik semua itu dia punya "kehidupan" yang sungguh di luar dugaanku. Aku baru tahu setelah aku diajaknya untuk ikut dalam LKIP (Lomba Karya Inovatif Produktif) bidang kesehatan tingkat universitas. Kami berempat dalam 1 tim, dia ketuanya, sementara aku dan dua orang lagi yaitu Ronin dan Toro adalah seksi penggembira! Hehe! Ternyata proposal LKIP kami lolos, hingga mewakili universitas dalam PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) tahun 2000. Tim kami mendapatkan dana untuk mewujudkan penelitian dalam proposal tersebut untuk dilombakan di tingkat nasional. Sebuah penelitian yang mengambil lokasi di kampungnya si Budi. Dan di situlah semua berawal....

Kami nginap di rumahnya. Rumahku di kampung juga jelek, tapi yang ini...Gosh hard to say. It was year 2000, dia tinggal di pusat kecamatan dan di rumahnya belum terpasang listrik. Tiap malam dia mesti nyalain lampu petromax-nya. Masih berlantai tanah, berdinding papan, dan kondisi yang...Gosh. I can't describe it. Bapaknya menderita stroke sehingga tidak bisa bekerja lagi, sementara Ibu-nya adalah penjual kue jajanan kecil di pasar. Bapak dan Ibunya dengan polosnya bercerita pada kami bahwa anaknya bisa sekolah SMA gara-gara beasiswa. Setelah lulus, dia nggak cerita kalau ikut UMPTN. Ketika pengumuman hasil UMPTN dan dia ketrima, barulah dia cerita ke mereka bahwa dia ingin kuliah dan satu kursi di FKM Undip telah dia dapatkan. Hidup adalah perjuangan...dan aku yakin dia telah berjuang dengan segenap tenaga dan doa untuk mencapai cita-citanya, pun segala support dan doa dari kedua orang tuanya. Dia sudah jadi dosen sekarang, S2 di luar negeri telah ia selesaikan tahun kemarin, keluarga bahagia juga telah ia bangun. Mungkin...S3 sedang di-incarnya. Salut buatmu, teman!

Oh ya, btw akhirnya kita menang di LKIP bidang kesehatan PIMNAS XIII tahun 2000 di UI Depok. Nggak malu-maluin ya, dan surprise anak-anak kampung seperti kami bisa ngalahin Jakarta! Asli, lucu kalau banget kalau ingat jalan panjang kita demi lomba itu. Tapi, ini kerja keras Budi Aji dengan seluruh ide dan pemikiran2 cemerlangnya, aku cuma tukang presentasi, Ronin seksi sibuk dan Toro adalah seksi "baiklah" (kata-kata sakti andalannya!
Hehe!).

Buat Budi Aji, Ronin dan Toro, If you read this blog...I want you to know that I really miss you all guys! We were a great team! Kapan kita bisa reuni...?

Terinspirasi oleh dua bait dalam lagu lama yang dinyanyikan oleh Saras Dewi...

"Teman-teman yang terhanyut dalam arus waktu
Mekar mendewasakan
Masih kusimpan suara tawa kita
Kembalilah sahabat-sahabat lawasku
Semarakkan keheningan lubuk

Hingga masih bisa kurangkul kalian
Sosok-sosok yang pernah mengaliri cawan hidupku
Bilakah kita menangis bersama
Tegar melawan tempaan
Semangatmu itu...."

Tuesday, December 11, 2007

Pemuja Kenangan

Kemarin ke Semarang, ada sesuatu yang harus kubeli karena sudah ku-ublek-ublek toko di Pekalongan nggak ada yang menjual barang yang kumaksud. Sekalian iseng, ngisi cuti, sudah lama juga aku nggak jalan ke ibukota Jawa Tengah itu.

Naik Kereta Api Kaligung jurusan Tegal-Semarang. Jam 6 pagi KA pun berangkat meninggalkan Stasiun Pekalongan. Nggak ada tempat duduk kosong, penuh terisi dengan penumpang yang dari potongannya kutahu mereka adalah mahasiswa/i yang kuliah di Semarang. Ah, aku juga pernah menjadi bagian komunitas itu beberapa tahun yang lalu? A walk to remember deh… Aku tersenyum sendiri.

Koran bekas telah aku siapkan dari rumah, dengan bekal ini aku bisa duduk di mana saja. Aku memilih menggelar koran dekat pintu, Pintu KA ini terletak di bagian tengah gerbong (bukan di dekat sambungan seperti kereta-kereta pada umumnya). Perjalanan Pekalongan Semarang hanya 1,5 jam, nanggung aja rasanya kalau hanya dihabiskan untuk tidur. Aku keluarkan sebuah buku, tapi goyangan plus vibrasi yang lumayan hebat dari kereta membuatku nggak nyaman membaca. Lalu kuputuskan untuk menikmati saja pemandangan yang melintas di depan…pemandangan rute Pekalongan-Semarang…..

Masih seperti dulu, tapi mungkin ada beberapa yang berubah. Pemukiman penduduk yang bertambah, sawah yang menghampar dan…ini dia favoritku…pemandangan laut! Rute ini memang menerobos sepanjang pantura, melewati pantai Ujung Negoro dan Plabuan. Dan laut itu…masih tetap indah, bahkan dulu ketika laut pasang, maka rel ini bisa berada sangat dekat dengan air.

Jam 07.30 sampailah Kaligung ke Stasiun Poncol Semarang. Masih terlalu pagi. Plaza Simpang Lima juga belum buka.

Aku duduk-duduk di bangku tunggu stasiun. Sambil menikmati jajanan kecil yang kubeli dari ibu penjual makanan tadi. Lumayan, buat ngisi perut kosong ini. Aku keluarkan buku lagi, buat ngisi waktu, menunggu jam 9 pagi. Buku yang berat,meskipun bagus tapi selalu bikin ngantuk sehingga tidak jua terkatamkan.

Stasiun Poncol ini juga masih seperti dulu….

Boring juga cuma menghabiskan waktu begini. Kuputuskan keluar dari stasiun meskipun jam masih menunjukkan pukul 08.00 lebih dikit. Dari depan stasiun, aku nyebrang dan kususuri Jalan Tanjung. Jalan yang nyambung ke Jalan Pemuda, buat nyegat bis. Dulu banget, jalan ini pulalah yang kerap kulewati bersama teman-temanku. Remind me akan banyak hal….

Tujuanku adalah ke pusat computer di Plaza Simpang Lima, kunaiki sebuah bis yang rutenya melewatinya. Dan…sesampainya di sana, memang masih terlalu pagi. Walhasil, aku nongkrong aja ke Masjid Baiturrahman, lagi-lagi cuman duduk-duduk ngabisin waktu, nunggu Plaza Simpang Lima buka. Akhirnya kuputuskan untuk ke Gramedia duluan yang berada tak jauh dari Masjid ini, bukankah toko buku itu buka jam 9 – an?

Dulu banget, jaman kuliah (lagi-lagi jadul, hehe!) aku seneng banget ke toko buku ini, ya buat baca-baca aja, kalau duit sudah mencukupi baru deh bisa kubeli buku yang ku-incer. Maklum anak kost dengan budget seadanya, harus bisa memanage dana dengan sebaik-baiknya. Dan begitulah, kalau lagi nggak punya duit ya cukup puas membaca buku di tempat saja :(

Singkat cerita, terbelilah sudah barang yang rencananya kubeli di Plaza Simpang Lima. Paket Kombo 2 di KFC pun telah mengenyangkan perutku siang ini. Tinggal muter-muter nggak karuan di Simpang Lima plus Citraland, liat-liat aja…seperti kebiasanku dulu bersama teman-teman.

Dan ketika aku bosan menikmati peradaban yang bernama Mall, maka meluncurlah aku naik angkot ke Pasar Johar, pasar tradisional terbesar di Semarang. Pasar ini juga nggak banyak yang berubah. Semalam hujan mungkin, sehingga jalanan menujunya rada becek. Kususuri selasar-selasar orang dagang buah, baju, sepatu dll dan naik ke lantai atas ke pedagang buku-buku bekas ataupun buku baru tetapi dengan harga yang lumayan miring (langganan aku dulu kalee…hehe!). Cuma beli buah siwalan (buah dari pohon lontar), seger banget kalau dinikmati pas udara panas.

Nunggu Ashar di Masjid Jami’ yang terletak persis di samping pasar Johar, istirahat sebentar, lalu rada sorean dikit naik becak ke Stasiun Poncol, untuk bersiap pulang lagi ke Pekalongan.

Jam 16.45 kereta di jadwalkan berangkat. Aku sudah duduk di dalam kereta (kali ini aku dipastikan dapat tempat duduk, nggak nggelar koran lagi seperti pada waktu berangkat tadi). Seorang ibu datang dan nampak kebingungan ;
“ Nomor berapa bu tempat duduknya?” Ia menunjukkan karcis KA.
“Iya Bu disini, satu bangku dengan saya”
“Saya yang duduk dekat jendela saja ya, Mbak.”
Kupersilahkan ia.
“Kuliah di mana, Mbak?”
Entah gimana ceritanya, tiba-tiba aku menyebutkan Universitas Almamater-ku dulu. Terbawa nostalgia mungkin sehingga nggak sadar dan lupa kalau aku sudah lulus lama dan sekarang sudah bukan anak kuliahan lagi? Atau…Am I forever young? Sehingga si Ibu ini melihatku masih seperti anak kuliahan?l Halah!

Sepanjang jalan, Si Ibu yang ternyata orang Tegal ini bercerita tentang kedua anaknya yang kuliah di Semarang. Dan begitulah…aku terpaksa berbohong …bahwa aku masih kuliah dan sedang nyelesaiin skripsi, etc. Walah! Sudah terlanjur basah kalau untuk me-ralat lagi! Dan Sungguh aku tak bermaksud untuk berbohong!

Jam 18.15 KA pun sampai kembali di Pekalongan. Selesai sudah ceritaku mengenang Semarang. Mungkin aku memang seorang pemuja kenangan. Bukan sesuatu yang buruk menurutku, karena kenangan selalu meng-inspirasiku mensyukuri segala sesuatu yang telah Allah SWT karuniakan buatku….. :)