Tuesday, December 11, 2007

Pemuja Kenangan

Kemarin ke Semarang, ada sesuatu yang harus kubeli karena sudah ku-ublek-ublek toko di Pekalongan nggak ada yang menjual barang yang kumaksud. Sekalian iseng, ngisi cuti, sudah lama juga aku nggak jalan ke ibukota Jawa Tengah itu.

Naik Kereta Api Kaligung jurusan Tegal-Semarang. Jam 6 pagi KA pun berangkat meninggalkan Stasiun Pekalongan. Nggak ada tempat duduk kosong, penuh terisi dengan penumpang yang dari potongannya kutahu mereka adalah mahasiswa/i yang kuliah di Semarang. Ah, aku juga pernah menjadi bagian komunitas itu beberapa tahun yang lalu? A walk to remember deh… Aku tersenyum sendiri.

Koran bekas telah aku siapkan dari rumah, dengan bekal ini aku bisa duduk di mana saja. Aku memilih menggelar koran dekat pintu, Pintu KA ini terletak di bagian tengah gerbong (bukan di dekat sambungan seperti kereta-kereta pada umumnya). Perjalanan Pekalongan Semarang hanya 1,5 jam, nanggung aja rasanya kalau hanya dihabiskan untuk tidur. Aku keluarkan sebuah buku, tapi goyangan plus vibrasi yang lumayan hebat dari kereta membuatku nggak nyaman membaca. Lalu kuputuskan untuk menikmati saja pemandangan yang melintas di depan…pemandangan rute Pekalongan-Semarang…..

Masih seperti dulu, tapi mungkin ada beberapa yang berubah. Pemukiman penduduk yang bertambah, sawah yang menghampar dan…ini dia favoritku…pemandangan laut! Rute ini memang menerobos sepanjang pantura, melewati pantai Ujung Negoro dan Plabuan. Dan laut itu…masih tetap indah, bahkan dulu ketika laut pasang, maka rel ini bisa berada sangat dekat dengan air.

Jam 07.30 sampailah Kaligung ke Stasiun Poncol Semarang. Masih terlalu pagi. Plaza Simpang Lima juga belum buka.

Aku duduk-duduk di bangku tunggu stasiun. Sambil menikmati jajanan kecil yang kubeli dari ibu penjual makanan tadi. Lumayan, buat ngisi perut kosong ini. Aku keluarkan buku lagi, buat ngisi waktu, menunggu jam 9 pagi. Buku yang berat,meskipun bagus tapi selalu bikin ngantuk sehingga tidak jua terkatamkan.

Stasiun Poncol ini juga masih seperti dulu….

Boring juga cuma menghabiskan waktu begini. Kuputuskan keluar dari stasiun meskipun jam masih menunjukkan pukul 08.00 lebih dikit. Dari depan stasiun, aku nyebrang dan kususuri Jalan Tanjung. Jalan yang nyambung ke Jalan Pemuda, buat nyegat bis. Dulu banget, jalan ini pulalah yang kerap kulewati bersama teman-temanku. Remind me akan banyak hal….

Tujuanku adalah ke pusat computer di Plaza Simpang Lima, kunaiki sebuah bis yang rutenya melewatinya. Dan…sesampainya di sana, memang masih terlalu pagi. Walhasil, aku nongkrong aja ke Masjid Baiturrahman, lagi-lagi cuman duduk-duduk ngabisin waktu, nunggu Plaza Simpang Lima buka. Akhirnya kuputuskan untuk ke Gramedia duluan yang berada tak jauh dari Masjid ini, bukankah toko buku itu buka jam 9 – an?

Dulu banget, jaman kuliah (lagi-lagi jadul, hehe!) aku seneng banget ke toko buku ini, ya buat baca-baca aja, kalau duit sudah mencukupi baru deh bisa kubeli buku yang ku-incer. Maklum anak kost dengan budget seadanya, harus bisa memanage dana dengan sebaik-baiknya. Dan begitulah, kalau lagi nggak punya duit ya cukup puas membaca buku di tempat saja :(

Singkat cerita, terbelilah sudah barang yang rencananya kubeli di Plaza Simpang Lima. Paket Kombo 2 di KFC pun telah mengenyangkan perutku siang ini. Tinggal muter-muter nggak karuan di Simpang Lima plus Citraland, liat-liat aja…seperti kebiasanku dulu bersama teman-teman.

Dan ketika aku bosan menikmati peradaban yang bernama Mall, maka meluncurlah aku naik angkot ke Pasar Johar, pasar tradisional terbesar di Semarang. Pasar ini juga nggak banyak yang berubah. Semalam hujan mungkin, sehingga jalanan menujunya rada becek. Kususuri selasar-selasar orang dagang buah, baju, sepatu dll dan naik ke lantai atas ke pedagang buku-buku bekas ataupun buku baru tetapi dengan harga yang lumayan miring (langganan aku dulu kalee…hehe!). Cuma beli buah siwalan (buah dari pohon lontar), seger banget kalau dinikmati pas udara panas.

Nunggu Ashar di Masjid Jami’ yang terletak persis di samping pasar Johar, istirahat sebentar, lalu rada sorean dikit naik becak ke Stasiun Poncol, untuk bersiap pulang lagi ke Pekalongan.

Jam 16.45 kereta di jadwalkan berangkat. Aku sudah duduk di dalam kereta (kali ini aku dipastikan dapat tempat duduk, nggak nggelar koran lagi seperti pada waktu berangkat tadi). Seorang ibu datang dan nampak kebingungan ;
“ Nomor berapa bu tempat duduknya?” Ia menunjukkan karcis KA.
“Iya Bu disini, satu bangku dengan saya”
“Saya yang duduk dekat jendela saja ya, Mbak.”
Kupersilahkan ia.
“Kuliah di mana, Mbak?”
Entah gimana ceritanya, tiba-tiba aku menyebutkan Universitas Almamater-ku dulu. Terbawa nostalgia mungkin sehingga nggak sadar dan lupa kalau aku sudah lulus lama dan sekarang sudah bukan anak kuliahan lagi? Atau…Am I forever young? Sehingga si Ibu ini melihatku masih seperti anak kuliahan?l Halah!

Sepanjang jalan, Si Ibu yang ternyata orang Tegal ini bercerita tentang kedua anaknya yang kuliah di Semarang. Dan begitulah…aku terpaksa berbohong …bahwa aku masih kuliah dan sedang nyelesaiin skripsi, etc. Walah! Sudah terlanjur basah kalau untuk me-ralat lagi! Dan Sungguh aku tak bermaksud untuk berbohong!

Jam 18.15 KA pun sampai kembali di Pekalongan. Selesai sudah ceritaku mengenang Semarang. Mungkin aku memang seorang pemuja kenangan. Bukan sesuatu yang buruk menurutku, karena kenangan selalu meng-inspirasiku mensyukuri segala sesuatu yang telah Allah SWT karuniakan buatku….. :)

No comments:

Post a Comment