Friday, March 06, 2009

Mencintai Hujan (part 1)

Kunyalakan rokok, membiarkan ujungnya membara dan berasap untuk sesaat. Aku tak menghisapnya. Aku hanya menghirup asapnya yang mengepul dan memenuhi udara kamarku yang sempit. Asap rokok lebih nikmat dibanding menghisap rokok itu sendiri, begitulah menurutku.

Aku sedang stres. Ah, bukan stres kurasa, tapi sedang kacau. Kacau? Yach, mungkin jiwaku sedang meradang tepatnya. Meradang? Bukankah, ah sudahlah, mungkin aku terlalu meng-hiperbolakan sesuatu. Aku lelah, dan biarkan perasaan itu tak terdefinisikan.

Akumulasi masalah membuat kepalaku mau pecah! Ditambah lagi kepergiannya, kehilangan seseorang yang...Shit, mengapa aku serapuh itu?

Aku terbiasa menderita, aku berkawan lama dengan rasa menerima, aku bersahabat dengan perjuangan. Bersama mereka aku menjadi tegar dan pandai berkamuflase dalam keadaan apapun. Lalu kenapa tiba-tiba hari ini aku jenuh dengan semua itu?

Aku ingin tidur. Tapi asap rokok yang kuhirup ternyata lebih nikmat dibanding tidur dan mimpi buruk...

(to be continued).

No comments:

Post a Comment