Akhirnya aku terlelap setelah novel itu tamat terbaca. Bangun tidur dengan agak malas, tapi sesuatu yang beda telah terjadi.
Pernahkah kau jatuh cinta pada sebuah buku? Perasaan betapa buku tersebut "gue banget"? Yeah, aku telah jatuh cinta pada novel yang kubaca semalam sejak kubaca prolog-nya. Aku merasa linglung. Aku menangis tak terhingga di kamar mandi. Untung tangisku tersamarkan oleh suara kran pengisi air bak. Ibuku yang memasak makanan paling enak seduniapun tiba-tiba terasa hambar di mulutku. Lidahku kelu untuk sarapan.
Aku benar-benar sedang jatuh cinta. Jatuh cinta pada sebuah novel yang kubaca semalam.
Siangnya aku harus kembali ke Jakarta dengan Kereta Api Fajar Utama. Field breakku di kampung halaman selesai. Sesuatu bernama rutinitas pekerjaan memanggil. Agak gerah ketika membayangkan lusa aku harus kembali lagi ke Balikpapan. Menyapa Ramadhan pertama di offshore dan dengan jadwal kerjaku maka sudah kebayang akan mengumandangkan takbir Idul Fitri di sana. Dadaku sesak. Ini akan menjadi lebaran pertamaku di site...
Novel itu sengaja kubawa, buat teman perjalanan tadinya meski telah tamat terbaca. Kupikir bisa kubaca ulang pada bagian-bagian tertentu yang menyentuh kalbu (jiahh...!). Tapi ternyata aku tak sanggup lagi membacanya. Mataku malah kembali memerah. Untung aku duduk di dekat jendela. Pura-pura melihat pemandangan perjalanan Pekalongan-Jakarta, padahal mata sedang berkaca-kaca, sehingga tak perlu malu pada penumpang di sebelah.
Ah, aku memang bukan penikmat perjalanan. Tapi penikmat tidur di perjalanan. Malas ngobrol dengan siapapun yang duduk di sebelahku. Pernah suatu ketika obrolan asyik sudah ada, ujung-ujungnya kenalan baruku tersebut malah menawarkan asuransi atau malah jarigan MLM-nya. Atau coverku di-judge dengan "agak rendah" oleh penumpang di sebelahku maka aku akan berpura-pura menjadi buruh pabrik, pegawai rendahan, tukang jahit, pengangguran atau apa saja. Ha3x, tapi memang begitulah. "Mau ke Jakarta Mbak? Kerja apa di Jakarta?" Maka jawaban seperti..."lagi nganggur, nyari kerjaan,numpang saudara di daerah anu" jadi kalimat andalanku atau "ikut tetangga di kampung, njahit di usaha konveksinya di daerah anu". Lebih jelas, padat dan singkat daripada aku jujur dan akibatnya malah panjang. Pernah suatu ketika aku jujur kerja di sebuah perusahaan minyak. Malah si kenalan baruku tersebut balik nanya "minyak goreng, Mbak?" Whoaaaaaaaa, jadi panjang njelasinnya dan aku malassssssssssssssss dan apakah mereka percaya sama penjelasanku???!!! Ah, mending tidur! Beginilah nasib orang yang covernya kurus, kecil, kucel dan kumel...mau dipermak bagaimanapun tidak akan bisa menyembunyikan wujud aslinya! Wkwkkw
Tapi aku terlalu mencintai kereta api kelas ini...murah meriah dan "sangat Indonesia". Aqua-aqua...tahu-tahu...rujak-rujak...yang dingin-yang dingin...! Lagian juga aku alergi kalau naik kelas eksekutif, gak kuat dingin, yang ada aku bolak-balik kamar mandi. Mahal pula! Ha3x
Sampai di kost, terhenyak kaget melihat kasur anginku kempes gak karuan. Sialan! Tidur pakai apa nanti malam...??? Aku terlalu cinta pada kasur angin! Parahnya supermarket terdekat yang tadinya menjual dua jenis kasur angin yaitu yang harganya mahal dan harganya murah ternyata hanya menyisakan yang berharga mahal. Mampus!
Kuambil laptop dan novel itu menyembul sedikit backpack-ku yang terbuka. Cinta tak pernah tepat waktu, begitu judulnya, karya Puthut EA.
Hah...sepertinya aku harus mencoba menghapus kata "seandainya" dari kamus hidupku. Dan seperti Puthut yang sempat tulis dalam novel itu "...mencoba memberi harga pada berbagai peristiwa, juga hal-hal yang sepintas dianggap tidak menyenangkan"
Aku benar-benar sedang jatuh cinta. Jatuh cinta pada sebuah novel yang kubaca semalam.
(@Pule 126, Sedang terkapar lemas setelah mompa kasur itu dengan pompa tangan. Sebungkus nasi warteg yang tadi kumakan tiba-tiba tak berarti karena energi baru dibutuhkan kembali)
No comments:
Post a Comment