Tuesday, November 30, 2010

Whats The Story...Morning Glory...

Seandainya saja...

Ah,bukankah kosakata "seandainya" pernah kutekadkan untuk dihapus dari kamus kehidupanku? Tapi apa daya, banyak hal yang kerap menjadi sebuah "excuse" bagiku untuk tetap menggunakannya, mengulangnya dan memujanya.

Aku tidak baik-baik saja. Sangat kacau boleh dibilang.

Sedang tanpa tujuan, aku duduk di kursi sebuah taman di pinggir jalan sebuah kota. Selalu indah menikmati pemandangan sejuk di depan, yup..anak-anak yang bermain dan berlarian di tengah taman.

Tapi aku sedang tidak baik-baik saja...

Aku tak pernah menghargai waktu. Aku terlalu memuja mimpi-mimpiku. Sibuk membayangkannya dalam ranah otak dan jiwaku, hingga aku lupa bahwa seharusnya aku tak boleh se-egois itu.

Seorang anak kecil tiba-tiba mendekatiku, memintaku menolongnya membukakan plastik makanan kecilnya. Yeah, paling tidak...aku masih berguna. Dia tersenyum lucu sekali, pipi chubbynya merah mirip tomat. Kembali ia berlarian.

Seekor kucing duduk di dekat kakiku.

Hari ini aku merasa betapa banyak yang telah kulewatkan, betapa banyak yang kukecewakan...

Aku sedang tidak baik-baik saja.

Mungkin akan sampai sore aku duduk di taman ini, hingga air mancur di tengahnya beroperasi. Pedagang akan memenuhi tempat ini nantinya, begitupun banyak keluarga dengan anak-anaknya yang tertawa bahagia menikmati air mancur sambil mandi di tengah kolamnya. Ya, akan banyak orang di sini...hingga aku tak merasa sendiri dan sesepi ini.

Aku tahu, aku akan baik-baik saja...

(@Taman Bekapai Balikpapan, suatu pagi...1 Muharam)

&^%$#@&(%

Summary dari banyak hal...

1. Menjadi orang yang bersyukur itu susah. Entahlah, selalu saja ada alasan untuk menuntut. Sampai detik ini, aku masih berstatus menjadi hamba Allah yang sangat tidak tahu diri...

2. Adakah yang yang tahu dimana aku bisa membeli yang namanya semangat dan motivasi? I need them...NOW...

3. Ok, aku sangat tergila-gila dengan dua acara TV. Pertama adalah "Minta Tolong" yang diputer di RCTI. Terlepas apakah itu acara beneran atau sudah diskenario sedemikian rupa, tapi sumpah aku selalu mewek bila nonton program tersebut. Yeah, setidaknya aku sadar bahwa Allah sudah menganugerahiku banyak hal. Ini obat mujarab bagiku bila sedang "sedikit lupa" kepada Allah...

4. Satu lagi acara TV yang juga membuatku tergila-gila, yaitu acara masak-memasak. Nggak tahu kenapa. Aku jarang masak, meski aku bisa. Sedang membayangkan...hidangan lezat buat Suami dan anak-anakku kelak pasti akan tersaji suatu saat nanti. Suatu saat nanti, Insya Allah.

5. Satu mimpi, sekali lagi...ah...

6. Kemarin, di angkot yang membawaku dari Stasiun Jatinegara ke Pasar Rebo. Alkisah seorang ibu dan anak kecil ikut menjadi penumpangnya. Anak kecil itu duduk tepat di sampingku sambil menggendong dan memainkan boneka bayi yang kelihatannya baru dibelinya dari Pasar Prumpung. Bila tangan kanan si boneka di tekan, maka akan keluar kata "Mama...Mama..." dari mulutnya. Jika tangan kirinya dipegang, maka terdengarlah suara tangisan bayi. Kakinya, demikian juga...suara tawa lucu akan muncul jika kaki kecilnya disentuh. Yang paling aneh adalah jika dot susu dimasukkan ke mulut bayi tersebut maka kedua matanya akan berkedip-kedip serasa puas ngedot susunya. Lucu memang, dan aku acungi jempol untuk teknologi. Tapi sayangnya, yup...ada satu sayangnya, dan itu fatal bagiku. Yaitu...mengapa wajah boneka bayi itu sama sekali tidak lucu selayaknya bayi? Wajah boneka bayi itu...boros! Waduh!!! Ngomong-ngomong soal boneka, waktu kecil aku punya 3 boneka. Dua boneka plastik yang seadanya dan satu boneka panda. Boneka plastik pertama adalah boneka bayi yang kuberi nama "Nana", boneka plastik kedua adalah boneka anak perempuan yang kuberi nama "Nunik". Kedua boneka tersebut kerap berpakaian Korpri, kenapa? Karena ibuku kerap menjahitkan baju untuk kedua boneka tersebut dari kain perca sisa jahitan baju korpri seragamnya. Hehe...!

7. ...............
8. ...............

Monday, November 01, 2010

Mungkin...

Baiklah, akhirnya aku datang juga ke kampus ini. Sudah lama tak ke sini, terakhir mungkin empat bulan yang lalu. Well, setidaknya aku masih terdaftar sebagai mahasiswi di sini, hehe. Yup, aku memang bukan mahasiswi yang rajin dan pintar. IP dengan angka lumayan sejauh ini mungkin cuma keberuntungan. Aku stuck di thesis, dan rasa malas terus menerus menguasai, ditambah lagi jadwal kerjaku di luar pulau yang tak memungkinkanku berpredikat mahasiswi yang rajin datang ke kampus dan kuliah. Teman-teman seangkatanku sebagian besar sudah lulus, menyisakan aku dan beberapa lagi yang entah kapan nyusul menjadi alumni.

Siang ini aku cuma mampir, tanpa tujuan jelas, secara aku memang cuma tinggal nyelesain thesis dan tak ada lagi mata kuliah yang kuambil.

Datang ke kampus kadang memberiku pemandangan-pemandangan indah. Suasana ramai, spirit adik-adik kelas yang luar biasa dengan kegiatan kampus, mendengarkan mereka ngobrol seputar kuliah, yup...semuanya serasa menjadikanku muda kembali, ha3x!

Perpustakaan juga males kukunjungi. Mungkin jika di dalamnya meyediakan novel-novel fiksi, aku pasti akan rajin ke sana, ha3x! Kadang aku pikir, aku salah milih jurusan, salah milih pekerjaan...gubraxxx!!! Semoga tidak, aku masih terus berusaha mencintai non fiksi kok...

Angin sepoi. Mendung. Hujan mungkin akan mengguyur Depok dan sekitarnya sebentar lagi. Aku penyuka hujan, tapi jangan sekarang hujannya Allah, tunggu sampai aku pulang ke kost ya...please! Tapi aku masih males pulang sekarang! Ah, mungkin aku terlalu banyak menuntut pada Allah...

Aku melipat sebuah kertas brosur berisi promosi kegiatan kampus, ia tergeletak tak bertuan di atas meja di taman mangga tempat aku duduk. Kulipat ia menjadi kapal-kapalan, yup aku cuma bisa membuat kapal-kapalan dari kertas, model lain nggak bisa. Yeah...lusa juga naik kapal lagi...kapal beneran. Kembali ke platform, ke rig...dan siklus pun berulang...

Mungkin aku bosan, mungkin aku jenuh. Mungkin...

(@Taman Mangga, FKM UI-Depok)












Wednesday, October 06, 2010

Sawasdee Ka, everyone...!!!

Hmm, mungkin sudah dua puluh lima hari ini aku menjadi bagian dari warga Bangkok Thailand (ha3x, secara wajah juga nggak ada bedanya sama orang Thai). Training dari perusahaan memberikanku kesempatan mencicipi negeri King Bhumibol Adulyajed ini. Dan another day has gone...tanggal 9 Oktober nanti saatnya pulang.

Aku tahu, akan ada banyak yang kurindukan. Kebersamaan dengan teman-teman yang luar biasa: Jodi, John, Terrence, Lisa, Kathy, Karla, Jirawatt, Thinya, Aom, Nu, Deer, Yudi, Alvin, Andy, Raity, Luke, Sultan, Yelena, Aibol, Bareket, Anarbek, Irine & Michael...you're great, I know Im gonna miss you all! Atmosfer kota Bangkok yang lumayan nyaman. Segenap perjalanan. BTS, MRT, Tuk-tuk, Benjasiri Park, Baht, Pak Usman, Tom Yam, semua yang terlewati dan tercicipi...

Again, kap kun ka...(spellingnya bener gak ya?Ha3x)

Agak malas kalau mengingat aku harus kembali ke tengah laut nanti, kembali ke habitatku semula. Yeah, dan entah apa yang kucari...

(@Emprorium Suites 37th floor, Sukhumvit, Bangkok)

Friday, August 27, 2010

Khayalan

Sedang di beranda di sebuah kamar hotel. Memandang laut lepas di sebelah timur. Aku merasa sangat lelah. Aku sudah eneg dengan bandara demi bandara yang meski kusinggahi, kamar-kamar hotel yang kuinapi, semua kantor cabang dan lapangan yang harus kukunjungi, entahlah...aku muak dengan pekerjaan ini.

Perjalanan ini sudah begitu jauh. Tak tahu kapan bisa terhenti. Aku pernah mendengar, mungkin sebuah ayat dalam kitab suci, bahwa Tuhan tidak memberikan apa yang hamba-Nya inginkan, tapi apa yang hamba-Nya butuhkan. Lalu apakah semua ini yang aku butuhkan? Entahlah. Aku tak pernah merasa membutuhkan ini, pun menginginkannya. Aku jalani hari-hariku...berlalu...tanpa pernah memaknai.

Hujan baru saja berhenti. Satu-satunya hiburanpun berlalu. Hujan adalah surga dunia nomor satu bagiku. Yeah, tapi mungkin bisa menjadi bencana di beberapa bagian negeriku.

Telpon genggamku berbunyi, sms. Darinya, temenku, sahabatku...entahlah, apa tepatnya ia dalam hidupku.

"Kapan pulang?" sebaris tulisan tampak di layar
Kubalas "minggu depan"
"miss u..." kaget, gak pernah ia nulis seperti itu. Dia pasti lagi mabuk, ngelantur atau apalah, yang jelas pasti jiwanya sedang tidak berpijak pada bumi.
"miss u too" aku ikut mabuk akhirnya, membalas sekenanya.
"Sampai di bandara jangan keburu naik taksi dulu" tulisnya
"Kenapa"
"Aku mau jemput kamu" Yeah, mungkin dia sudah berada di langit nomor tujuh.
"Tumben"
"Pengen aja"

Tak kubalas lagi.

Dan seminggu kemudian...

Sudah beberapa bulan terakhir dia tak pernah kasih kabar. Entah melanglang ke bagian dunia mana, sibuk atau pura-pura sibuk. Aku tak pernah mencoba menghubunginya, males dicuekin. Simbiosis mutualisme dalam hubungan kami adalah rokok dan asapnya. Tapi gembiraku membuncah ketika siang ini aku melihatnya. Dia, dengan senyum paling manisnya telah menungguku di terminal kedatangan terminal dua.

"Kenapa, ada yang aneh?" tanyanya
"Biar aku yang nyetir, aku nggak mau disopirin sama orang mabuk"
"Kurang ajar!" dia tertawa, mengkucak rambut berantakanku lalu mengambil alih backpack-ku.

Sore ini, aku menikmati kembali asap rokok yang dihembuskannya. Aku tahu, aku juga merinduinya...

to be continued...

(@Pule 126, Ramadhan hari ke 17)

Tuesday, August 17, 2010

Berkibarlah benderaku...jayalah negeriku!

Sudah lama sekali aku nggak mengikuti upacara bendera. Jaman kuliah jadul mungkin terakhir aku menyaksikan langsung sang saka dikibarkan. Dan terus terang, rasanya biasa saja.

Hari ini, 17 Agustus 2010. Untuk pertama kalinya aku merayakan 17-an di tengah lautan bebas. Bersama seluruh karyawan Chevron dan kontraktornya yang bekerja di lokasi drilling MTR2 di wilayah perairan Attaka. Sedari glasi resik kemarin, aku sudah sangat terharu. Bagaimana tidak terharu, ketika di lautan pun 17-an dirayakan dan gemanya begitu luar biasa. Terima kasih untuk semuanya!







(@MTR2 Barge, Attaka Juliet)

Tuesday, August 10, 2010

Khayalan (2)

"Aku capek" kataku
"Aku juga..." desahnya

Dia kembali menyalakan rokok untuk ketiga kalinya. Dia tahu aku memang suka bau asapnya, maka dengan sengaja dia hembuskan asap rokok itu ke dekatku.

"Kata orang, perokok pasif lebih berbahaya dibanding perokok aktif" Dia keluarkan asap terakhir dari mulutnya. Aku hirup asap terakhir itu.
"Yup, nanti kita buktikan siapa yang akan mati duluan. Kamu atau aku"

Meledaklah tawanya, hingar. Aku suka dan aku benci ketika tawa itu terhenti.

"Ayo tertawa lagi. Kamu cakep kalau lagi bahagia." ujarku
"Dasar!!!" Dia tertawa lagi, agak lama. Aku menikmatinya.

Tak banyak yang kami lakukan ketika bersama. Duduk, ngobrol, memandang langit, senja, malam, hujan...entahlah kelihatan sangat nggak produktif sebenarnya. Dulunya, kami sering merangkum semua hal yang terjadi dalam pekerjaan masing-masing, perjalanan, dsb untuk kemudian kami ceritakan pada saat kami bertemu. Sangat sedikit cerita bahagia, lebih banyak kalimat "Aku capek" atau "Aku lelah".

Suatu hari dia pernah bilang "Kau tahu, bila kita bersama maka capek itu akan jadi capek kuadrat, lebih parah. Kita sama, bisa dikatakan dalam semua aspek. Apa sih yang beda di antara kita? Aku perempuan, kamu laki-laki. Aku perokok aktif sedangkan kamu pasif."

"Tapi paling nggak kita sudah saling mengerti, nggak ada yang komplain satu sama lain" jawabku. Bagiku, bagaimanapun kesamaan kami berdua, ia bisa melengkapiku entah untuk bagian mana.

Sekuat tenagaku aku pernah ingin menjadi berbeda dibanding ia, paling tidak dalam penilaiannya. Bukan aku kini yang seperti dia tetapi dalam versi cewek. Namun aku tak pernah bisa.

"Aku nggak perlu orang yang sama. Aku sudah lelah menjadi diriku dan aku tak perlu satu orang lagi yang sama denganku...sepanjang sisa umurku." jawabnya

Tapi kami masih sering bertemu meski dalam pertemuan-pertemuan selanjutnya kami lebih banyak diam. Hanyut dalam kelungkrahan dan kejenuhan kehidupan kami. Lelah tentang pekerjaan, mimpi dan entah apalagi. Dia menghabiskan rokoknya dan aku menghirup asapnya. Satu-satunya simbiosis mutualisme dalam pertemanan kami selama ini. Kemudian dia akan mengakhiri pertemuan kami dengan senyum yang manis sekali...

(@Bandara Soekarno Hatta, gate B2).

Sunday, August 08, 2010

Random Act of Me...hari ini

Akhirnya aku terlelap setelah novel itu tamat terbaca. Bangun tidur dengan agak malas, tapi sesuatu yang beda telah terjadi.

Pernahkah kau sangat menyukai sebuah buku? Perasaan betapa buku tersebut "gue banget"? Yeah, aku sangat menyukai novel yang kubaca semalam sejak kubaca prolog-nya. Aku merasa linglung. Aku menangis tak terhingga di kamar mandi. Untung tangisku tersamarkan oleh suara kran pengisi air bak. Ibuku yang memasak makanan paling enak seduniapun tiba-tiba terasa hambar di mulutku. Lidahku kelu untuk sarapan.

Aku benar-benar sedang menyukai buku itu.  

Siangnya aku harus kembali ke Jakarta dengan Kereta Api Fajar Utama. Field breakku di kampung halaman selesai. Sesuatu bernama rutinitas pekerjaan memanggil. Agak gerah ketika membayangkan lusa aku harus kembali lagi ke Balikpapan. Menyapa Ramadhan pertama di offshore dan dengan jadwal kerjaku maka sudah kebayang akan mengumandangkan takbir Idul Fitri di sana. Dadaku sesak. Ini akan menjadi lebaran pertamaku di site...

Novel itu sengaja kubawa, buat teman perjalanan tadinya meski telah tamat terbaca. Kupikir bisa kubaca ulang pada bagian-bagian tertentu yang menyentuh kalbu (jiahh...!). Tapi ternyata aku tak sanggup lagi membacanya. Mataku malah kembali memerah. Untung aku duduk di dekat jendela. Pura-pura melihat pemandangan perjalanan Pekalongan-Jakarta, padahal mata sedang berkaca-kaca, sehingga tak perlu malu pada penumpang di sebelah.

Ah, aku memang bukan penikmat perjalanan. Tapi penikmat tidur di perjalanan. Malas ngobrol dengan siapapun yang duduk di sebelahku. Pernah suatu ketika obrolan asyik sudah ada, ujung-ujungnya kenalan baruku tersebut malah menawarkan asuransi atau malah jarigan MLM-nya. Atau coverku di-judge dengan "agak rendah" oleh penumpang di sebelahku maka aku akan berpura-pura menjadi buruh pabrik, pegawai rendahan, tukang jahit, pengangguran atau apa saja. Ha3x, tapi memang begitulah. "Mau ke Jakarta Mbak? Kerja apa di Jakarta?" Maka jawaban seperti..."lagi nganggur, nyari kerjaan,numpang saudara di daerah anu" jadi kalimat andalanku atau "ikut tetangga di kampung, njahit di usaha konveksinya di daerah anu". Lebih jelas, padat dan singkat daripada aku jujur dan akibatnya malah panjang. Pernah suatu ketika aku jujur kerja di sebuah perusahaan minyak. Malah si kenalan baruku tersebut balik nanya "minyak goreng, Mbak?" Whoaaaaaaaa, jadi panjang njelasinnya dan aku malassssssssssssssss dan apakah mereka percaya sama penjelasanku???!!! Ah, mending tidur! Beginilah nasib orang yang covernya kurus, kecil, kucel dan kumel...mau dipermak bagaimanapun tidak akan bisa menyembunyikan wujud aslinya! Wkwkkw

Tapi aku terlalu mencintai kereta api kelas ini...murah meriah dan "sangat Indonesia". Aqua-aqua...tahu-tahu...rujak-rujak...yang dingin-yang dingin...! Lagian juga aku alergi kalau naik kelas eksekutif, gak kuat dingin, yang ada aku bolak-balik kamar mandi. Mahal pula! Ha3x

Sampai di kost, terhenyak kaget melihat kasur anginku kempes gak karuan. Sialan! Tidur pakai apa nanti malam...??? Aku suka tidur di atas kasur angin! Parahnya supermarket terdekat yang tadinya menjual dua jenis kasur angin yaitu yang harganya mahal dan harganya murah ternyata hanya menyisakan yang berharga mahal. Mampus!

Kuambil laptop dan novel itu menyembul sedikit backpack-ku yang terbuka. Cinta tak pernah tepat waktu, begitu judulnya, karya Puthut EA.

Hah...sepertinya aku harus mencoba menghapus kata "seandainya" dari kamus hidupku. Dan seperti Puthut yang sempat tulis dalam novel itu "...mencoba memberi harga pada berbagai peristiwa, juga hal-hal yang sepintas dianggap tidak menyenangkan"

Aku benar-benar menyukai novel yang kubaca semalam.

(@Pule 126, Sedang terkapar lemas setelah mompa kasur itu dengan pompa tangan. Sebungkus nasi warteg yang tadi kumakan tiba-tiba tak berarti karena energi baru dibutuhkan kembali)

Sunday, July 25, 2010

........??

Yeah, sangat mudah mencari kesalahan orang lain, terlalu mudah. Berkebalikan dengan introspeksi diri, dijamin sangat susah dan tidak semua orang mampu melakukannya.

Dan siang ini aku berkaca. Pantulan cerminnya menyatakan bahwa aku...well...tak sebaik yang kukira.

(@FF1 barge YWB, bentar lagi mo towing...)

Monday, July 19, 2010

Sebuah moment di dalam angkot...

Sebuah kisah lama, tapi kerap masih membuatku tertawa. Alkisah, tibalah hari off-ku setelah 2 minggu di offshore. Turun dari boat, akupun nyegat angkot dari depan pilot jetty deket Pelabuhan Semayang Balikpapan. Murah meriah bo, dengan 2 kali naik angkot yang berarti cuma 6000 perak, dia akan membawaku sampai ke Sepinggan Airport. Dan sebuah percakapan dengan supir angkot terjadi di angkot nomor 07 dari terminal Balikpapan Permai.

"Abis darimana, Mbak? Kok bawa ransel segala?" si supir nanya
"Dari laut, pak" jawabku sekenanya.
"O, kerja di rig ya, Mbak?" tanyanya lagi
Aku menjawab "ya, Pak"
"Kerja apaan di rig, Mbak? Tukang masak ya?"

Gubrax, agak-agak nyaris meledak ketawaku, tapi ku-empet.

Lalu kujawab "Bukan tukang masak Pak, saya jadi petugas laundry di rig. Ya nyuci-nyuci baju gitu di rig" sekali lagi pengen ketawa, tapi kutahan, dan aku menjawabnya dengan tampang serius.

"O, begitu ya Mbak. Berapa gajinya di sana?"
"Wah, biasa aja Pak. Yang penting cukup buat makan" jawabku
"Sama, Mbak. Narik angkot begini sudah beda sama jaman dulu. Sekarang penumpang juga sudah jarang. Yang penting halal-lah Mbak" imbuhnya
"Iya, Pak. Betul"

Angkot melaju di sepanjang jalan raya...(entahlah, aku tak tahu nama jalannya, secara tak pernah lama menyinggahi Balikpapan). Penumpangpun naik-turun.

"Turun mana, Mbak?"
"Bandara, Pak"
"Lha mau kemana, Mbak?"
"Jakarta" jawabku

Si supir angkot tersebut kaget.

"Tinggal di Jakarta ya Mbak?"
"Iya Pak"
"Berarti bolak-balik Jakarta-Balikpapan?"
"Iya, Pak"

Si supir kelihatan makin bingung.

Entahlah. Yang jelas kemudian aku turun dari angkot ketika sampai di Bandara. Jadwal check in ku sudah mepet.

Sekali lagi aku pengen tertawa. Dulu, jaman dulu, aku ingat ketika naik sebuah maskapai penerbangan dari Manado ke Jakarta, bahkan si pramugari tidak percaya kalau aku duduk di kelas bisnis bahkan sampai boarding passku diminta untuk ditunjukkan dan dibawanya untuk dicek kembali. Dia kembali ke tempat dudukku kemudian sambil bilang "Maaf Mbak, saya kira petugas check in di depan salah ngasih nomor tempat duduk ke Mbak". Gubraxxx!

Well, marilah kita nikmati hidup! Dan berdansa dengannya...hahaha...

Sunday, July 18, 2010

Berputar, Kembali Lagi

Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
Minggu
Senin lagi
Selasa lagi...dan seterusnya

Jam 12,1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 00, 1, 2 lagi...

Berputar, kembali lagi...

Aku sedang merindukan banyak hal
segala yang terimpikan
dan semua yang terbuang
sedih ketika ternyata terlalu banyak yang tak bisa berulang


(@FF1 barge, Yakin West Bravo, di sela gerimis mengundang...)

Sunday, June 06, 2010

Untuk Feb...

Kupikir, masih banyak waktumu buat kami
Kukira, kamu tak akan pergi secepat ini

Selamat jalan, kawan
Beristirahatlah dengan tenang...

(Untuk Feb-RIP)

Wednesday, May 26, 2010

Melanjutkan Hidup (Part 3)

Well, whout should I write now?

Duduk di lantai,agak kotor memang, di sebuah pojokan di Bandara Sepinggan. Yeah, toh pantat ini bisa duduk dimana saja kok. Dan aku tak sendiri. Di sebelahku, seorang Ibu malah tidur-tiduran tanpa alas, seorang Bapak yang asyik merokok, Mas-mas yang ketiduran dengan tangan di kepalanya, dan juga nampak sebuah keluarga yang sedang makan nasi bungkus rame-rame.

Aku sedang tanpa aktivitas. Hanya menghabiskan waktuku sampai jam 5 sore nanti, sebelum ditunggu boat di Pelabuhan Semayang. Sekaleng fanta sudah habis masuk ke tenggorokanku. Betapa membosankannya. Semuanya...

So, what should I do now...???

Sunday, May 16, 2010

Melanjutkan Hidup...(part 2)

Hah......

Dua minggu field break-ku nyaris berakhir. Agak sedih ketika aku memutuskan untuk nggak pulang mudik demi paragraf-paragraf proposal tesis yang nyatanya tetap tak kelar jua. Ma..Pa...you know I miss you so much!

Sore selalu mengguyur Jakarta akhir-akhir ini, begitupun sore ini. Dan tak ada yang lebih menyenangkan di sore melo yang sempurna ini selain mengenang banyak hal di masa lalu. Ya, semuanya telah berubah. Tapi, berubahkah aku? Aku tak pernah menyadarinya. Aku serasa serasa stagnan seperti ini, selalu dan begini. Entahlah.

Kumandang maghrib mengalun. Allah, ijinkan aku bermimpi lagi, hingga tak sekosong ini. Hanya sebuah mimpi Allah, tolong...terlalu berlebihankah permintaan ini?

Ya, mungkin berlebihan. Karena aku tahu, aku merasa semakin jauh dari-Mu...aku tak tahu bagaimana lagi untuk kembali ke arah-Mu. Aku kangen Allah, aku kangen pada-Mu...sejujurnya...

Tuesday, April 20, 2010

Melanjutkan Hidup...

Just landed @Sepinggan Airport Balikpapan. Ah, sejujurnya sejak 2 jam lalu. Tapi sesuatu mengharuskanku menunggu hingga jam empat nanti baru kabur dari Bandara dan menuju tempat transit murah meriahku di kota minyak ini.

Well, kumulai esok dengan balik ke tengah laut...rutinitas yang bakal kunikmati selama dua minggu. Agak malas memulainya lagi(hello, sejak kapan seorang Lena nggak malas sih?). Entahlah, ditambah lagi pikiran tentang tesis yang tak kunjung nemu "it" -nya.

Sampai dengan jam 3 sore waktu Balikpapan, dan semua masih datar. Kau tahu, aku ingin tidur sekarang...

Air mengalir, angin bertiup dan...akupun masih melanjutkan hidup.

Ma & Pa, doakan anakmu...aku sedang merasa rapuh sekarang.

Thursday, April 15, 2010

^&%^%E%#E%^R^)@#

Dan tiba-tiba aku ingin bisa terbang. Mengepak sayap sendiri menembus langit biru dan menyapa awan. Ya, seandainya aku terbang, mungkin aku bisa sampai ke Jakarta lebih cepat dibanding dengan Kereta Api Fajar Utama yang sedang kutumpangi ini. Tapi aku pasti akan kelelahan, siapa tahu sayapku tak cukup kuat menjalani perjalanan lebih dari 300 km itu dan kantong udaraku tak cukup beradaptasi menanggungnya.
Tapi aku ingin seperti Max, Maximum Ride....

Ya, aku ingin terbang seperti Max. Tapi aku ingin terbang sendiri. Bukan maksudku meninggalkan kawananku. Angel kecilku yang bak malaikat betulan, Iggy, Gasman dan Nudge yang luar biasa. Dan Fang! Tidak, aku tidak ingin terbang sendiri. Aku ingin Fang menemaniku, bersamaku. Aku takut perkataan Angel benar (shit, mengapa ia bak Mama Lauren yang bisa meramal masa depan? Dan mengapa harus Fang? Mengapa Angel bilang bahwa Fang yang akan mati duluan diantara kami?)

Fang, sayap hitamnya memang mirip iblis jika ia kembangkan. Tapi dia indah.Dan...aku menyayanginya (damn, mengapa akhirnya kuakui ini, yeah meski hanya dalam sebuah tulisan di blog?). Aku nggak tahu sisa waktuku bisa melewati kebersamaan dengan Fang. Angel tak pernah menyebutkan kapan waktunya (sialan, kenapa pikirannya hanya tertuju pada boeka beruang dan anjing kecilnya itu. Padahal urusan Fang adalah penting! Penting buat seluruh kawananku dan...sangat penting buatku!) Aku tetaplah Max, pemimpin kawanan itu, yang sok tangguh, tapi kadang rapuh ketika menyadari bahwa aku punya cinta buat Fang, cinta yang aku tahu tak mungkin terkatakan hingga...(f*ck, tidak..! Jika Fang mati aku juga mati!).


Ha3x, lebay mode on Lena!! Gara-gara kerasukan novel Maximum Ride nih, teman bengong di jalan tapi malah pikiran beneran terbang hingga langit ke tujuh (bersama Fang! wkwkwk)

Pemandangan di sepanjang jalanan masih berupa sawah, entah sampai di mana ini. Belum Tegal setahuku tapi sudah melewati stasiun Pemalang. Masih 4-5 jam an lagi untuk sampai ke Jakarta. Membosankan.

Ah, I'll be there as soon as I can but I'm busy mending broken pieces of the life I had before...begitu nyanyian Matthew Bellamy, lagu Unintended lirih terdengar dari ipod warna merah jambu(norak lu Len milih warna! Ha3x!). Muse memang luar biasa.

Dan Fang...(Fang lagi, Fang lagi). Lama-lama aku bisa bikin fanfiction nih!.

"Selamat Datang Di Kota Tegal", kereta api ini baru melewati rel dengan tulisan itu.Pedagang asongan menyerbu masuk ke kereta yang dipastikan berhenti di stasiun terebut untuk beberapa saat. It's time untuk pura-pura tidur...(abis males ditawarin ini itu sama pedagang asongan, "Aqua Mbak? Nasi rames Mbak? Koran Mbak?" Capek bilang "Nggak Pak/Bu, terima kasih").

Dan kereta jalan lagi. Berhenti sangat sebentar tadi, mungkin karena hari ini sepi penumpang.

Agak aneh, ketika dari dentuman keras Muse tiba-tiba beralih ke Iwan Fals. Kembang pete pula lagunya...

"Aku dan Fang istirahat sebentar, dari perjalanan jauh kami. Aku tahu Pekalongan-Jakarta rutenya nggak melewati pegunungan melainkan pantai. Tetapi ini fiksi, dan nggak ada hukum tidak boleh ngayal dalam fiksi. Kami beristirahat di sebuah bukit. Melipat sayap kami sejenak dan menemukan huma di atas bukit! Wkwkkwk, makin ngaco (inspired by an old song "Huma di atas bukit")"

"If in twenty years we haven't expired yet, and the world is till more or less in one piece, I'll see you on the top of that cliff where we first met and learned to fly with the hawks...you know the one (Fang; Maximum Ride)"

Oh no...batterai netbook-ku tinggal seiprit. Berharap masih bisa online dengan kisah sepanjang perjalanan Pekalongan-Jakarta, tapi apa daya. Sementara hape-ku pun cuma bisa buat telpon dan sms doang...!

Saturday, March 06, 2010

Ketika seorang pemimpi tak lagi punya mimpi...

Meski cuma mimpi, tapi setidaknya ada yang kuharap, meski sebenarnya sadar betul bahwa harapan itu tiada. Tapi aku sangat menikmati saat-saat seperti itu. Entah mengapa, mungkin karena aku punya hobby membangun menara mimpi. Tak peduli bagaimana, yang jelas aku suka membuatnya menjulang...meski tahu semua akan sia-sia. Aku enjoy, dan aku rindu atmosfernya...

Tapi aku sedang tak punya mimpi sekarang. Dan betapa menderitanya! Segalanya menjadi kosong. Sangat kosong.

Otakku buntu, ruang imajinasi-ku mendadak beku...

(@FF1 Barge, perairan Yakin Platform sorrounding, sedang bosan lihat lautan...)