Friday, January 27, 2012

Meretas Jogja

Sebuah perjalanan mengisi kembali jadwal off kerjaku yang bertepatan dengan long weekend tahun baru imlek. Kali ini temen jalanku adalah Sopi. Tiket murah Air Asia dari Jakarta membawa kami mblusukan ke kota gudeg Yogyakarta.

Rini, sobat lamaku jaman kuliah dulu telah menyambutku di terminal kedatangan Bandara Adi Sutjipto. Ah, kau masih seperti dulu Rin. Tak ada yang berubah, masih Rini yang super romantis, hehe. Aku juga beruntung memilikimu di kota itu, karena dengan sukarela kau pinjami aku motor untuk keliling Jogja :-)

Motor yang akhirnya penuh dengan ransel dan koper itu kemudian melaju di atas jalanan kota Jogja menuju Hotel Agung Mas di Jl. Cokroaminoto yang telah Sopi booking. Ancer-ancernya adalah....dari Bandara belok kiri, lurus terus, melewati kira-kira 10 lampu merah kemudian belok kiri, nemu rel kereta api lalu lurus terus kira-kira 100 meter setelah itu. Hah, lengkap deh Rin. Kita nggak nyasar kok :-)

Sesampai di hotel ternyata kita belum bisa langsung check in karena masih pagi dan kamar belum kosong. Jadilah kami cuma nitip barang saja untuk kemudian lanjut ke Cangkringan/Kaliadem, melihat sisa-sisa letusan Gunung Merapi.

Berbekal GPS Manual alias tanya-tanya orang sepanjang jalan akhirnya kami sampai juga di Kaliadem. Mengunjungi desa Kinah Rejo tempat tinggal Alm. Mbah Maridjan. Rumah Alm. Mbah Maridjan sudah rata dengan tanah, di atasnya dibangun sebuah gubuk kecil sebagai penanda bertuliskan "Rumah Mbah Maridjan". Tepat di sampingnya, dua motor dan satu mobil APV yang tinggal rangkanya saja, teronggok menjadi saksi kedahsyatan terjangan awan panas waktu itu. Di dekatnya pula terdapat spanduk berisi tulisan kronologi kejadian waktu itu. Masjid di dekat rumah Mbah Maridjan juga sudah didirikan lagi meski hanya menggunakan bangunan papan dan bambu. Istri Mbah Maridjan nampak di area situ. Sebentar bercakap dengan beliau menanyakan keadaannya dan beliau mengijinkan kami untuk berfoto dengannya.



Rencana sebenarnya mau langsung pulang tapi Sopi tergoda oleh offroad tour menggunakan jeep di areal Kali Gendol, Kali Opak dan areal lainnya sisa erupsi Merapi. Setelah tawar menawar dengan si pemilik jeep akhirnya dimulailah petualangan offroad kami. Yup, Sopi as a driver! Sementara si driver aslinya menjadi navigator. Aku cukup menumpang di belakang saja, sambil sesekali jadi fotografer dadakan. Guyuran hujan menambah serunya perjalanan siang itu.

Merapi tertutup kabut, ah sayang...keindahan aslinya tak terekam indah dalam foto-foto.

Setelah puas berkeliling, perut diisi dengan mie rebus, kamipun pulang kembali ke Jogja. Hujan rintik hingga sedang mengantar kami turun dari lereng Merapi.

Motor yang kubawa sampai ke daerah deket-deket Condong Catur kalau nggak salah, ketika tiba-tiba kurasakan helm yang dipakai Sopi terantuk-antuk ke helmku. Oo...ngantuk nih anak. Merasa nggak aman mboncengin orang yang ngantuk dan tidur , aku segera berinisiatif mencari masjid saja agar Sopi bisa istirahat. Tapi entah berapa jauhnya tak jua kutemukan masjid di pinggir jalan. Waduh! Motor kujalankan pelan saja sambil mata ini terus memperhatikan sisi-sisi jalan. Alhamdulillah dari sisi kiri aku bisa membaca tulisan nama masjid 50 meter belok kiri. Maka ndlongsorlah dengan sempurna Ibu Sopi di masjid tersebut. Sementara aku bengong ria menunggu dia bangun. Sholat dhuhur udah, lanjut sholat ashar...dan dia baru bangun abis sholat maghrib. Gubrax deh!

Jam 7 malam-an kamipun keluar dari masjid tersebut. Tujuan selanjutnya adalah makan malam di Bale Raos kompleks Keraton Jogja. Sejenak mencicipi hidangan favorit para Sultan. Aku pilih, aduh lupa nama menunya tapi semacam suwiran daging bebek panggang yang dikasih saos kedondong. Yummy juga. Tak lupa dengan minuman wedang jahe gulo klopo. Ah, serasa dinner dengan keluarga kerajaan.

Lanjut lagi ke alun-alun Kidul. Menjajal mitos berjalan di antara dua beringin. Ah, Sopi gagal. Aku nggak nyoba karena sudah bisa kupastikan aku akan mbelak-mbelok juga, hehe. Di alun-alun Kidul sempet ketemuan dengan anggota milist Petualang24, ngobrol, kemudian cao dan janjian besoknya akan ke Gunung Kidul bersama.

Nah, dari alun-alun Kidul menuju hotel, kami nyasar. Muter-muter nggak karuan, bolak-balik kok jebulnya sini lagi sini lagi. Proses penyasaran tersebut berlangsung sekitar 1 jam! Akhirnya, kami berhasil menuju jalan kebenaran dan sampai ke hotel dengan selamat.

Esoknya, seperti rencana kami sebelumnya, pantai-pantai di Gunung Kidul akan jadi tujuan selanjutnya. Sejatinya aku bukan pecinta pantai, lha wong tiap 2 minggu dalam sebulan hidupku sudah di tengah laut dan melihat laut seperti sudah eneg dan mau muntah rasanya, haha. Tapi, buat Jogja mungkin bisa jadi exception deh. Kami pergi berdua saja, karena teman yang tadinya janjian akan menemani batal ikutan. Berbekal rambu-rambu di jalan dan sekali lagi GPS Manual...Valentino Rossi jadi-jadian ini meluncur di jalanan Jogja-Gunung Kidul. Hajar blehhhhh....

Busyet dah, serasa nggak inget waktu aku terus melajukan motor. Jalanan berkelak-kelok dan naik turun, ampuun! Pegel banget tangan dan pantatku naik motor tanpa istirahat selama 2 jam lebih, begitupun Sopi yang meski cuma membonceng tapi pastilah capeknya kerasa. Akhirnya, dengan selamat sentosa...sampailah kami di pantai pertama...Pantai Baron.

Pantai Baron, ramai orang siang itu. Pengeras suara dari pengelola pantai mengumumkan acara-acara dan fasilitas yang tersedia bagi pengunjung. Sesekali suara Ebiet G Ade bernyanyi, menjadikan langit kelabu yang tak menyisakan biru itu menjadi melow mendayu (hehe). Pantainya cukup indah. Apalagi kalau kita naik ke atas bukit karangnya dan memandang ke bawah. Setelah menyantap es kelapa, fotografer super amatiran ini jeprat-jepret sesukanya. Dan Sopi, ah...come on, tak maukah kau foto-foto di sini? Dia menggeleng, pengen istirahat saja katanya :-(

Tak berapa lami, kami lanjut lagi ke pantai sebelahnya yaitu Pantai Kukup. Wuih, keren euy. Ada view yang mirip kayak Tanah Lot di Bali (emang udah pernah ke Tanah Lot, Len? Hi3x, cuma lihat di gambar maksude!). Airnya kehijauan, ada semacam ganggang hijau yang menyelimuti air di tepi pantainya. Tapi langit semakin abu-abu...

Lalu kami menyusur jalan ke pantai di sebelahnya lagi. Tercantum rambu "Pantai Sepanjang". Pantainya memang panjaaaaaaaaaaaang banget. Masih sepi. Kami cuma lewat saja dengan motor sejalan garis pantainya. Tak sempat berhenti di sana.

Balik ke jalan besar lagi, ada rambu kecil bertuliskan "Pantai Watukodok". Kutawarkan ke Sopi, mau mampir nggak? Dia bilang nggak usah. Oke deh. Lanjoot lagee...!

Lurus jalan, kami menjumpai tulisan "Pantai Drini". Motor kugeber ke situ. Jalanan menanjak. Sampai di dekat pantai, tiba-tiba Sopi berteriak kegirangan "Eh, masjid-masjid!". Hah, ini anak tiba-tiba berubah jadi alim sekarang, lihat masjid langsung hijau matanya. Usut punya usut, ternyata dia pengen tiduran karena capek dan ngantuk. Oalah, kirain! Lalu menggeleparlah dia dengan sempurna, sekali lagi di sebuah masjid.

Akhirnya aku sendirian mengeksplore pantai ini. Eh, ada yang lagi foto pre-wedding di situ euy. Pantainya cantik, dengan deburan ombak besar khas pantai selatan. Dari atas batu karang, pantai tersebut terlihat semakin cantik. Background langit mendung, menjadikan pantai ini tambah sayu (halah, bahasamu...Len).



Setelah puas menikmati pantai Drini, aku kembali ke masjid dan masih menemukan Sopi molor dengan nikmatnya. Walah! Padahal kostum pantainya yang sudah ia siapkan telah menjejali ranselku, tapi nyaris tak ada photo session di pantai satupun karena dia telah tepar sedari awal. Sorry nek, sepertinya dikau perlu dibiasakan untuk jalan jauh pakai motor, hehe...

Hujan tiba-tiba deras mengguyur ketika kami bermaksud pulang dari pantai Drini. Yup, stop di pantai Drini saja dan tak melanjutkan ke pantai-pantai yang masih tersisa di sebelahnya. Hiks, lumayan kecewa juga sebenarnya karena pantai Krakal, pantai Sundak dan entah apalagi belum sempat terjelajahi. Sudah terbayang 3 jam naik motor untuk kembali ke kota Jogja, terbayang pegel dan capeknya maksudnya. Lalu kami putuskan untuk nginap di Wonosari saja, kota terdekat yang hanya menempuh perjalanan kira-kira 1 jam.

Event Kejurnas Balap Sepeda Tingkat Nasional di Wonosari, menjadikan hampir semua hotel dan penginapan di kota itu penuh. Tapi Alhamdulillah, akhirnya kami menemukan kamar juga. Dan Losmen Tilam Sari di sebuah gang di Wonosari menjadi saksi dilakukannya pemijatan oleh sang ahli pijat ke tubuh Sopi. Hehe, Sop...Sop...kamu kok lucu sampe kepikiran panggil tukang pijat segala. Yo wis selamat menikmati, aku terusin motor-motoran keliling Wonosari, dan berharap berharap nggak nyasar...hehe

Esoknya kami melanjutkan perjalanan ke kota Jogja. Valentino Rossi jadi-jadian ini kembali menggeber motor pinjeman Jeng Rini. Love u, Rin :-)

Bukit Bintang terlewati begitu saja. Ah, Bukit Bintang...seharusnya aku menikmati kamu semalam. Melihat kerlip lampu-lampu Jogja dari atas sana. Hiks, lain kali ya :-)

Kami belok ke arah Piyungan. Sopi pengen liat Keraton Ratu Boko katanya. Oke deh, siap nek. Keraton Ratu Boko mah nggak bakal pernah lelah kucumbui, meski baru sebulan lalu aku pergi ke sana.

Dan Sopi-pun berganti busana, merias diri cantik sekali sesampainya di Ratu Boko. Wkwkw, kostum pantainya yang tak terjamah kemarin selama di pantai, ia pakai sekarang. It's time for...pemotretan model! Hmm, padahal aku belum pernah belajar sekalipun motret model. Tapi biarin ajalah, trial and error, kalau hasilnya ntar error ya wajar, hehe...

Rencana lanjut jalan ke Candi Ijo dan Candi Banyunibo di dekat Ratu Boko gagal sudah karena jeng Sopi pengen langsung pulang ke kota Jogja. Hiks, lain kali lagi ya...(aku akan ke sana!).

Long weekend membuat Jogja jadi penuh luar biasa. Lampu merahnya yang rata-rata lamanya di atas 1 menit lebih dan lampu hijaunya yang cuma 20 detik, agak-agak bikin macet jalan. Dan...ketika sampai di deket Mall Saphir, waduh-waduh...partner jalanku kembali ngantuk. Ditahan dulu, Sop...lima lampu merah lagi kita sampai hotel. Tapi apa daya, tingkat kengantukan Sopi sudah di atas ambang batas. Akhirnya dia memutuskan turun dari motor ketika melihat ada salon Natasha di seberang Mall Saphir. Mau tidur dan facial aja katanya di sana :-)

Jadilah aku meneruskan perjalanan sendiri. Sebelum balik ke hotel, aku mampir dulu ke Mirota Batik di Malioboro untuk membeli sesuatu. Satu set miniatur gamelan, menggoda imanku. Tapi harganya yang selangit membuatku sadar bahwa lebih baik uang tersebut ditabung saja, hahaha.

Sekitar jam 4 sore, Sopi telepon katanya sudah selesai facial dan sudah tidur. Good! Mau balik dulu ke hotel untuk mandi kemudian kita akan jalan-jalan di Tamansari. Tapi sampai maghrib, dia tak juga muncul di hotel. Lha, nyasar ke mana? Sms nggak dibales, telepon nggak diangkat. Sumpah, aku panik luar biasa! Lha wong jarak Mall Saphir ke hotel nggak begitu jauh kukira. Khawatir terjadi sesuatu padanya.

Hah, akhirnya dia datang juga tepat jam 7 malam. Bercerita tentang kemacetan Jogja dan kemungkinan pengemudi taksi yang memutar-mutar jalannya. Yo wislah, yang penting kamu selamet nduk...

Malam itu aku sudah janjian dengan Rini dan keluarga untuk makan di luar. Tunjukkan aku ciri khas Jogja, Rin. Makan di angkringan juga hayo aja. Itu malah yang ingin banget kunikmati, yup kebersahajaan kotamu. Akhirnya kami makan di warung nasi goreng sapi di pinggiran Kota Baru sambil ngobrol tentang masa lalu. Asli, belum terbayar utuh rinduku padamu.

Senin, 23 Januari 2012. Pagi-pagi aku motor-motoran sendiri keliling kota Jogja. Sori Sop, kamu masih molor di kasur, jadi nggak enak membangunkanmu, hehe. Mencium pagi Jogja (tanpa acara nyasar)...dan aku jatuh cinta... :-)

Flight kami kembali ke Jakarta sekitar jam 1 siang. Masih ada kesempatan untuk jalan-jalan ke Tamansari. Mengunjungi reruntuhan bangunan masa lalu yang pasti megah pada saat jayanya dulu. Eh, ada yang lagi foto pre-wedding juga! Hmm, kemarin di pantai Drini, sekarang di Tamansari. Lagi musim kali ya?

Petualangan kami di Jogja berakhir di Tamansari. Pesawat Air Asia siang itu menerbangkan kami pulang ke Jakarta. Jogja, aku pamit dulu...

Untuk Rini, thanks banyak sist untuk semua bantuanmu. Aku pasti kembali suatu hari nanti, kau tahu.. bahwa aku telah jatuh cinta pada keindahan pagi di kebersahajaan kota-mu...

"Aku terpejam, kuhirup nafas dalam
di gerbang kotaku, Yogyakarta
Hari ini aku pulang, hari ini aku datang
bawa rindu, bawa haru, bawa harap-harap cemas
..........................
Setiap sudutmu menyimpan derapku, Yogyakarta
Setiap sudutmu menyimpan langkahku, Yogyakarta"
(Ebiet G. Ade, Yogyakarta)


2 comments:

  1. wah akhirnya jadi keliling jogja juga mbak....dari utara sampai selatan.mantap

    ReplyDelete
  2. @rumput ilalang : Iya, walau pegelnya minta ampun pegang setang motor berjam-jam :-)

    ReplyDelete