Monday, January 02, 2012

Pergantian Tahun di Kawah Galunggung



Cuti diapprove dan itu berarti aku bisa tahun baruan di darat. Rencana telah siap, merayakan pergantian tahun di Gunung Galunggung Tasikmalaya Jawa Barat. Bersama gank nggembel-ku, Nia dan Ayu, kita bakal camping ceria di sana. Menjauhi hiruk pikuk perayaan di ibukota dan berbagi waktu dengan alam.

Berangkat dari Pule Residence, our kost sweet kost sekitar jam 8 malam via ojek depan gang menuju Terminal Kampung Rambutan. Rencana awalnya kita bakal naik bis paling malam yang ke Tasikmalaya sekitar jam 11 malam sehingga diperkirakan bisa sampai di Tasikmalaya pagi-pagi. Tapi dengan pertimbangan "jangan-jangan macet" di Cipularang mengingat nyaris tahun baru akhirnya kami putuskan untuk ikut bis Primajasa ke Tasikmalaya yang jam 9 malam.

Doa dan harapanku adalah...semoga di jalan bener-bener macet sehingga kita sampai di Tasikmalaya pagi, tapi ternyata oh ternyata jalanan lumayan lancar sehingga kita sampai Terminal Indihiang Tasikmalaya tepat jam 2 pagi. Alamak...ini mah kepagian! Abang-abang ojeg yang standby di depan terminal langsung mengerubuti kami. Tadinya mau ikut numpang di warung deket pangkalan ojeg itu untuk menunggu sampai pagi, tapi kok kelihatan agak-agak nggak nyaman dan nggak aman, ditambah lagi para tukang ojeg itu terus menanyai kami dan tak hentinya menawarkan jasa untuk mengantarkan kami ke Galunggung saat itu juga. What? Yang bener aja!

Untung ada masjid yang menyelamatkan kami. Alhamdulillah! Sebuah masjid yang terletak di dalam kompleks terminal, tempat kami beristirahat menunggu pagi. Nggelar sleeping bag...molor-lah daku hingga shubuh...

Percakapan dengan seorang bapak yang jualan di samping masjid yang ternyata beliaunya adalah imam masjid di situ mewarnai penantian kami. "Naik angkot warna hijau teh kalau ke Galunggung. Kalau ragu tanya saja sama pengurusnya, ada di rumah makan". Begitulah pesen bapak tersebut. Walau agak sedikit bingung dengan maksud "pengurus di rumah makan", kami iyakan saja.

Matahari pagi menampakkan diri, tak lama kemudian angkot hijau tampak mangkal di pasar seberang terminal lalu kami pamitan ke bapak tersebut. Saat hendak menyeberang jalan ke arah pasar. Seorang petugas yang berada di gerbang masuk bis terminal menanyai kami dan menjelaskan transportasi menuju Galunggung. "Nyebrang ke pasar, naik angkot warna kopi", katanya. Hah? Warna kopi? Bukannya hijau...? Waduh, gimana nih Pak petugas? Jadi warna hijau atau warna kopi...???

Setelah nyebrang ke arah pasar, demi ketepatan angkot yang akan kami naiki, maka kami kembali bertanya. Kali ini kami bertanya sama seorang mbak-mbak yang sedang menyapu di depan sebuah toko untuk kembali mengkonfimasi angkot dengan tujuan Galunggung "Itu teh, angkot warna hijau itu yang ke Galunggung". Menurut supir angkotnya, dia akan berangkat jam 06.45. Jadi masih ada kesempatan 30 menit untuk sarapan. Ada ketupat sayur mangkal dekat angkot tersebut. Kali ini Nia menanyakan dulu berapa harga se-porsinya sebelum membeli. Yeah, karena pengalaman membuktikan sudah beberapa kali dalam perjalanan kami sebelum ini, makan deket terminal selalu saja dihargai mahal padahal kadang hanya makanan standar saja. Jadilah ketupat sayur ala Tasikmalaya kami santap sebagai sarapan. Bukan ketupat sayur ding karena blas nggak ada sayurnya, maka kami sepakat menamakannya sebagai ketupat kuah :-)

Tepat jam 7 pagi kurang sedikit, kami bersama angkot warna hijau akhirnya berangkat ke Galunggung. Angkot penuh sesak, bukan oleh penumpang tapi oleh barang-barang. Carrier dan daypack kami berdiri di antara tumpukan box-box minuman mineral bahkan juga sekarung sayur yang memenuhi hampir separuh isi angkot. Jalan menuju Galunggung bener-bener sudah rusak. Amat disayangkan betapa destinasi wisata yang aku yakin telah menyumbangkan pendapatan asli daerah ini, tidak begitu diperhatikan aksesnya. Tapi meski dengan kondisi jalan yang rusak dan mengakibatkan ketidaknyamanan duduk di dalam angkot, kulihat si Ayu tetep bisa molor tuh. Yeah, selamat bermimpi indah di dalam angkot :-)

Entah berapa kilometer jarak dari Terminal Indihiang ke Galunggung, perasaan perjalanannya lumayan lama. Meski jalanan rusak, tetapi kuperhatikan petunjuk arah menuju Galunggung sangat jelas. Akhirnya sampailah kami di Pos Retribusi Galunggung. Naik ojeg menuju tangga Galunggung sudah masuk dalam itenerary kami plus budgetnya, jadi...marilah kita mengirit tenaga saja naik ojeg daripada jalan kaki, hehe...

Ojeg mengantarkan kami tepat di dekat tangga semen menuju kawah Galunggung. Ha3x, naik gunung kok pakai tangga semen ya? Waktu masih menunjukkan pukul sembilan pagi. Sebelum naik, kami singgah dulu di sebuah warung sekalian membeli perbekalan camping nanti. Nasi bungkus, telur dadar, air minum dll. Sang Ibu penjaga warung juga menyarankan agar kami naik ke Gunung lewat jalan setapak di samping tower BTS saja yang tepat berada di samping warung tersebut, lebih dekat sampai bibir kawah dan jalannya tak begitu menanjak. Okelah kalau begitu, kita hajar bleh!

Kabut merayap naik. Hmm, seger...

Perjalanan sampai bibir kawah tak begitu jauh pun nanjak, bener kata si Ibu penjaga warung tadi. Melihat dari atas, kok area kawah yang sudah menjadi danau di bawah masih sepi, tak terlihat ada tenda camping di sana. Waduh, jangan-jangan cuma kita bertiga yang nge-camp di sana! Setelah foto narsis sebentar, kitapun turun melalui setapak ke arah kawah.

Sampai di tepian kawah, eh nemu warung. Walah, tahu ada warung gini ngapain kita bawa perbekalan dari Jakarta plus tambahan makanan di warung atas tadi ya? Harga juga cuma beda gopek doang. Sayangnya, warung yang kemudian kita namai menjadi Ibu D2 alias "Depan Danau" ini tak tersedia gorengan yang masih panas kemebul. Coba kalau ada, wuih pasti sempurna!


Suasana sekitar danau masih sepi. Ada tenda yang telah berdiri cuma jaraknya juga lumayan jauh dari lokasi tempat kami nenda. Beruntung tak lama kemudian, datanglah segerombolan orang yang akhirnya menjadi tetangga dan mendirikan tenda tepat di belakang kami. Hehe, spot tempat buang air darurat meski kegusur, wkwkwk. Tambah seru juga punya tetangga yang kelakuannya lucu-lucu bin aneh-aneh ini.

Tenda berdiri, makan siang...lalu molor! Oalah, pindah tidur doang ini ceritanya :-)

Menjelang sore, Galunggung diguyur hujan deras, angin kencang plus guntur yang menggelegar. Tenda kami yang imut serasa berjuang keras melawan penderitaan. Tangan kami terus menopang tiang-tiang tenda dari dalam. Tak lupa pula berdoa pada yang Kuasa. Hah, lega rasanya ketika semuanya kemudian berakhir dan langit kembali cerah ceria menanti malam pergantian tahun.



Satu lagi keuntungan punya tetangga, yaitu kami tak perlu susah-susah bikin api unggun malamnya alias tinggal nebeng saja. Kembali disayangkan, kenapa si Ibu D2 tak menyediakan jagung sehingga bisa kami bakar bersama. Ups, ada yang ngasih susu anget juga, tapi cuma 1 orang yang menghabiskan 3 gelas susu anget tersebut. Nia nggak mau karena takut cepet pup sedangkan aku nggak mau karena takut laktosa intoleranku beraksi. Alhasil, 3 gelas susu hangat tersebut dihabiskan oleh satu orang saja (hayo tunjuk jari...!. Sang penikmat 3 gelas susu ini, juga kelihatan begitu nikmatnya klepas-klepus dengan asapnya. Yang lain serasa ngontrak aja ya, Yu? Hehe...

Kawah Galunggung mulai ramai. Banyak yang datang. Satu demi satu tenda diberdirikan. Menunggu pergantian tahun, kami molor lagi. Alarm disetel jam 11 malam.

Akhirnya, pergantian tahun 2011 ke 2012 kami nikmati di kawah Gunung Galunggung. Tak kalah seru dibanding di kota. Nyatanya pesta kembang api juga kita nikmati di sana. Plus jedag-jedug musik disko dari tenda kawan-kawan yang nge-camp di seberang sana. Langit cerah. Bintang bertaburan, berkerlip indah. Meski tak ada bintang jatuh yang kulihat, boleh kan make-a wish. Dan harapanku di tahun 2012 adalah...hmm...apa ya? Ada deh! Selamat tahun baru 2012 untuk semua!

Pagi yang cerah di awal 2012. Selesai menamatkan sarapan dengan makanan instan, kamipun cabut dari Galunggung. Kini kami menggunakan jalur tangga semen untuk turun gunung. Ternyata pengunjung yang naik tangga lumayan banyak, mulai dari anak kecil sampai oma opa, terus berjuang menaiki tangga. Ayo…kamu bisa!!!

Tujuan kami selanjutnya adalah pemandian Cipanas yang letaknya tak jauh dari kawah Galunggung. Tentu saja kami ingin mandi! Hehe, secara sudah dari kemarin kami absen mandi meski sebenarnya ada sungai yang lumayan besar bahkan musholla di dekat kawah.

Kembali kami memanfaatkan jasa ojeg menuju Cipanas. Hujan rintik menyertai kami selama perjalanan. Jalanan beraspal bagus tetapi dengan track yang kadang membuat jantung mau copot. Sesampainya di Cipanas…waduh, sudah kayak cendol euy. Ramai sekali. Namanya juga tahun baru. Tapi yang penting, akhirnya…kami mandi juga! Air hangat pula!

Kami berniat langsung kembali ke Terminal Indihiang Tasikmalaya dengan angkot warna hijau dari gerbang pos retribusi. Tapi jalanan desa dengan kondisi rusak dan tidak begitu lebar tersebut tiba-tiba berubah serasa Jakarta, alias macet luar biasa. Gila! Sepertinya semua orang se-Tasikmalaya tumpah ruah di Galunggung semua untuh tahun baru-an. Namun perjalanan macet dan lama bersama penumpang lain yang ternyata warga sekitar Galunggung itu membawa cerita tersendiri. Mereka adalah warga desa yang lugu yang dengan antusiasnya bercerita tentang seorang bos di daerah situ yang luar biasa kaya karena usahanya dalam pengelolaan pasir Galunggung. Dua ikat rambutan yang kami beli di Cipanas, ludes juga menjadi teman perjalanan selama menikmati kemacetan, di antara cerita tentang si bos pasir tersebut.

Sekitar jam 1 siang kami sampai di Terminal Indihiang. Sholat sebentar di masjid dalam terminal yang kemarin kita datangi. Bapak imam masjid masih mengenali kami bertiga dan menanyakan bagaimana suasana tahun baru di Galunggung sana. Lalu Bis Budiman jurusan Jakarta membawa kami pulang ke Kampung Rambutan.

Trip yang singkat tapi mengesankan. Begitu banyak kejadian lucu sepanjang kisah perjalanan. Special thanks untuk para tetangga, yang maaf banget sampai nggak hafal satu persatu namanya. Terima kasih untuk segala kebersamaan. Sampai jumpa suatu hari nanti entah di pelosok gunung mana…

“Berbagi waktu dengan alam. Kau akan tahu dirimu siapa yang sebenarnya...” (Okta feat Eros, OST Gie).

2 comments:

  1. mbak ada sesuatu yang menarik yang bisa di ambil di blogku

    ReplyDelete
  2. Wah, apaan tuh? Segere ke TKP !!!

    ReplyDelete