Friday, December 12, 2014

Menyusur Flores (Bag. 4) - Kelimutu

"Everyone I come across in cages the bought.
They think of me and my wandering but I'm never what they thought.
Got my indignation but I'm pure in all my thoughts.
I'm alive..."
(Guaranteed - Eddie Vedder) 

--------------------------------------------------------------------------

16 November 2014

Selesai dengan Larantuka dan Maumere. Overland Flores ini masih berlanjut...

Travel tujuan Ende yang melewati Desa Moni yang kami naiki ternyata masih ngetem di sebuah jalan di Maumere. Menunggu 1-2 penumpang lagi katanya. Hah! Si supir kemudian menawarkan bahwa travel ini bisa langsung berangkat tanpa nunggu penumpang lagi tetapi kami harus bayar biaya lebih. Hadeuh, bikin males! Awalnya kami nggak mau. Bagaimanapun pengeluaran harus di-rem sebisa mungkin karena piknik di Flores ini masih menyisakan banyak destinasi. Tapi urusan ngetem ini ternyata bener-bener bikin bete. Akhirnya kami sepakat bayar biaya lebih asal travel bisa cepet jalan. Tapi apa yang terjadi setelah kesepakatan itu? Mereka tetap nambah penumpang di jalan, ditaruh di bagian belakang mobil berdesak-desakan dengan carrier kami. Busyet! Mau protes juga gimana. Yach, biarkan saja para penumpang tambahan itu dengan pilihannya, asal jangan ganggu gugat bangku nyaman kami bertiga ini. 

Selepas maghrib kami tiba di Moni. Moni adalah desa terdekat menuju Taman Nasional Kelimutu. Si supir travel yang awalnya juga menjanjikan akan mencarikan homestay murah meriah pun ternyata juga nggak tahu mana homestay murah di Moni. Hah, ini travel memang bikin males kuadrat berpangkat. Setelah melihat kanan-kiri jalan, maka kami memilih homestay Jhon yang terletak persis di depan pasar Moni. 

Tawar-menawar sedikit dengan pemilik homestay tentang harga yang harus kami bayar. Deal dan sekalian kami minta bantuan dicarikan motor atau ojek untuk kami sewa ke Kelimutu besok dinihari. 

Homestay itu sederhana saja dan sepi. Hanya satu kamar yang terisi oleh dua orang Bapak yang katanya dari Dinas apa gitu dari propinsi NTT yang sedang melakukan survey di daerah tersebut. Cukup lama, aku, Dame dan Ardyan ngobrol dengan mereka, sambil menunggu pemilik motor yang akan kami sewa. 

Lalu munculah seorang pemuda bernama Glenn, dialah yang kami tunggu. Nego harga dengannya agak-agak ribet tapi seru. Agreement akhirnya dibuat, bahwa kami memerlukan dua motor. Satu motor punya Glenn, satu lagi punya temannya - tapi rem tangannya nggak berfungsi. Hah, apa? Glenn menjelaskan, biar dia yang bawa motor itu karena sudah biasa. Kami akan berangkat jam 4 pagi dan Glenn juga akan menunggu sampai kami turun gunung. Motor Glenn akan ditinggal di homestay, besok dia akan datang dengan satu lagi motor milik temannya.

Kami kaget saat memeriksa motor yang ditinggal Glenn di homestay itu. Bensinnya kosong! Gila, mana bisa motor ini sampai ke parkiran Kelimutu yang berjarak sekitar 9 km dari Moni?  Daripada besok mogok di jalan, akhirnya Ardyan ngeluarin motor dan kami cari penjual bensin eceran malam itu. Kesana kemari mencari bensin, sudah nggak ada lagi yang jualan. Aku telpon Glenn, memintanya nyari bensin malam itu entah dimana yang masih jual. E...dasar Glenn, dia bilang sudah nggak ada yang jual dan dia berani jamin motor itu akan baik-baik saja pulang pergi Kelimutu besok, sudah pernah dicoba katanya. Waduh!

Daripada mikirin Glenn dengan segala tingkah lakunya yang aneh (haha!), mari kita tidur saja. Besok bangun jam 3 pagi. Ya, jam 3 pagi untuk telpon dan membangunkan Glenn, takutnya dia lupa jemput kami karena mabuk di acara pesta di seberang pasar Moni atau mabuk di cafe dimana awalnya dia ngajak Ardyan tapi ditolak mentah-mentah, hahaha!

17 November 2014

Tak ada ayam berkokok di Moni dinihari itu. Atau mungkin sudah berkokok tapi kami masih terlelap dalam mimpi. Bersiap menuju Kelimutu sekitar jam 4 pagi. Glenn berhasil dihubungi dan segera menjemput kami. 

Ardyan mboncengin Dame sementara aku mbonceng Glenn dengan motor yang rem tangannya invalid itu. Fuel indicator di motor yang dikendarai Glenn itu juga sudah berada garis merah pula rupanya. Ampun, semoga 9 km berhasil kami lewati. 

Dua motor itu masih melaju aman dan beriringan di jalan berkelok dan gelap menuju Taman Nasional Kelimutu. Berhenti sebentar di gerbang TN Kelimutu untuk membayar retribusi masuk lalu kami meluncur lagi. Tiga kilo lagi sampai ke parkiran, kata petugasnya. 

Ardyan sudah melaju di depan. Di tengah jalan yang gelap gulita, tiba-tiba motor yang dikendarai Glenn berhenti. Mogok. Asem! Dicoba starter berkali-kali, gagal maning-gagal maning. Jangan-jangan bensinnya sudah habis total! Cek sana sini, ternyata ada masalah di busi-nya. Ya, busi yang bentuknya sudah tidak meyakinkan dan dililit-lilit kawat seadanya nggak jelas itu. Berkali-kali Glenn memcoba ngutak-atik, tapi mesin motor tak jua hidup. Aku coba telpon Dame dan Ardyan, tapi sinyal yes-no seperti ini, gagal nyambung terus! Oh Tuhan!

Jalanan bener-bener sepi. Glenn mendorong motor ke tepi. Di tengah kegelisahanku menunggu motor yang tak kunjung bener, akhirnya sang dewa penyelamat datang. Ardyan datang menjemput setelah nge-drop Dame di parkiran. Terima kasih, teman! Meluncur kami, meninggalkan Glenn sendirian di tengah jalan, wkwk!

Akhirnya, kami bertiga lengkap dan siap menanjak Kelimutu. Soal Glenn? Entahlah apa yang terjadi dengannya dan juga motornya. Ora uruslah, hahaha!

Kelimutu ini terkenal akan danau tiga warna karena memiliki danau dengan tiga warna yang berbeda. Walaupun begitu, warna-warna tersebut selalu berubah seiring perjalanan waktu. Untuk menikmati keindahan danau ini, sudah tersedia tangga-tangga lengkap dengan handrailnya. Enak bukan? Yuk ah, capcus ke atas, ke sebuah tugu di sana, mungkin puncak triangulasinya. Ngos-ngosan juga sih, haha! Mari kita sambut matahari terbit dari ufuk timur dunia! Selamat pagi...

Dengan latar langit berwarna kuning keemasan, kami melihat dua danau bersebelahan. Cantik sekali. Saat itu dua-duanya berwarna hampir sama yaitu semacam hijau toska. Oh ya, dua danau ini dikenal dengan nama danau arwah muda-mudi (tiwu nua muri ko'o fai). 

Danau itu... berwarna hijau toska

What a story, morning glory

Telor Ceplok :-)

Kami turun dari puncak tertinggi Kelimutu, saatnya melihat sisi lain lagi.

Ada tangga yang kami naiki lagi, tepatnya di dekat public toilet. Tapi ketika sampai atas, lha kok view danau kembar hijau toska lagi? Mana danau satunya yang berwarna gelap alias tiwu ata mbupu itu? Aduh, dimana...dimana...dimana...? Panik layaknya penyanyi dangdut yang mencari alamat...

Usut punya usut, ternyata kami melewatkan danau berwarna hitam itu. Dia berada di puncak, dengan look out point yang sama dekat  tugu sana, tetapi ada di sisi sebelah baratnya. Saat kami datangi pagi-pagi tadi, ia masih tertutup kabut. Pantesan kagak keliatan! Hmm, apakah kami harus putar balik dan mendaki lagi? Gila aja! Kami kan sudah berada di bukit lain di sebelahnya Tapi baiklah, daripada menyesal seumur hidup, mari kita nanjak lagi. Kembali ke puncak lagi. Kelimutu oh Kelimutu...

Kami bergegas mendaki lagi. Ardyan berjalan secepat rusa. Aku ngikut di belakangnya dengan nafas yang tersisa. Sesampainya di atas (lagi), kabut masih menutupi sang danau tiwu ata mbupu. Tapi kami akan menunggu, sabar menunggu, hingga kabutmu berlalu...

Kabut hilang perlahan, danau berwarna hitam itu mulai tersibak pelan-pelan.


Tiwu ata mbupu, masih berselimut kabut...

Dan akhirnya, Tiwu ata mbupu dalam warna terkini :-)

Satu perjalanan lagi telah kami bertiga lewati. Lumayan puas berhasil menikmati Kelimutu, ikon terkenal di Flores ini. "Ketika Tuhan mewarnai bumi, di Kelimutu-lah Dia mencuci kuas-Nya", demikian larik puisi yang pantas menggambarkan keunikan tempat ini.

Kembali ke parkiran, ternyata Glenn sudah menunggu. Hai Kakak Glenn, apa kabarmu? Motor yang businya soak naudzhubillah itu sudah sehat kembali katanya. Awas lo kalau mogok lagi! Nggak kubayar biaya sewa motornya, haha! 

Kini saatnya pulang, kembali ke homestay, meski hari masih pagi. Move on-move on! Karena Taman Nasional 17 Pulau di Riung Kabupaten Ngada sudah menunggu. Perjalanan ini masih jauh sekali...

Sampai jumpa lagi, Kakak Glenn :-)

Kisah selanjutnya di Menyusur Flores (Bag. 5) - Riung

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Budget :
a. Travel Maumere - Moni = Rp. 100.000/orang
b. Homestay Jhon = Rp. 100.000/kamar
c. Sewa motor = Rp. 100.000/motor (PP & ditunggu)
d. Retribusi pengunjung TN Kelimutu = Rp. 2500/orang (domestik)
e. Retribusi Kamera = Rp. 5000/kamera

No comments:

Post a Comment