Monday, May 18, 2015

Sehari di Goa Tengkorak - Kab. Paser Kaltim

"Wherever you go,
becomes a part of you somehow..."
(Anita Desai)

---------------------------------------------------------------------------------------------------

Pada satu siang di Rig, saat ngobrol nggak jelas, tiba-tiba seorang kawan cerita bahwa ada goa bagus di Kabupaten Paser. Tersebutlah nama Goa Tengkorak. Jiwa petualanganku tiba-tiba menggeliat dan langsung muncul gagasan untuk jalan ke sana segera setelah turun dari Rig tanggal 29 April nanti. Tapi gencarnya rayuan mautku ke teman-teman di Rig aka Husni, Berry, Mas Kamil, Mas Lucky, Trini, Mbah Lukito...semua nggak ada yang berhasil. Satu-satunya yang antusias ikut adalah Donny! Hohoho, hajar ciiiinn....!

Sebelum hari H, sempat kubuka beberapa tulisan di internet tentang keberadaan dan kondisi goa itu. Review-nya bagus-bagus tuh. Tapi jalan ke sana memerlukan waktu yang nggak sedikit. Dari Balikpapan kami harus nyebrang pakai ferry ke Pelabuhan Penajam, lalu lanjut jalan darat sekitar 4 sampai 5 jam-an ke daerah Batu Sopang - alias jalanan ke arah Banjarmasin Kalimantan Selatan. Goa Tengkorak tepatnya berada di Desa Kasungai Kecamatan Batu Sopang Kabupaten Paser. Tapi Donny dengan semangat 45-nya memutuskan pakai mobil dia saja dan dia sendiri yang bakal nyetir. Wuih, good plan nih ciiin...! 

29 April 2015

Sekitar jam 06.30 pagi, aku dan Donny ketemu di Pilot Jetty Pelabuhan Semayang Balikpapan. Hari itu kami sama-sama turun dari lokasi kerja. Langsung capcus pakai taksi ke rumah Donny.

"Mbak, aku bawa dua temanku ya."
"Sip! Eh, "sehat" atau "sakit" nih temen-temenmu ini?" tanyaku sambil tertawa
"Mmm, satu "sakit", satunya lagi "sehat"!" jawab Donny

Wkwkw, whatever-lah Don! 

Sebelum ke rumah Donny di daerah Rapak untuk ambil mobil, taksi yang kami tumpangi sengaja ke daerah Gunung Pasir dulu jemput Panji temannya Donny yang akan ikut jalan juga. Sampai rumah Donny, ambil mobil, lalu jemput satu orang lagi yaitu Sam. 

"Dimana rumahnya Sam, Don?" tanya Panji
"Di daerah Pupuk." jawab Donny
"Wah, yang tinggal di Pupuk kan orang-orang kaya Don" lanjut Panji
"Iya, tapi ini bukan di Pupuk-nya, ya dekat-dekat dengan Pupuk-lah"  Kami tertawa.

Singkat cerita, kami berempat siap berangkat melakukan ekspedisi ke Goa Tengkorak.! Kami menuju Pelabuhan Kariangau Balikpapan untuk nyebrang ke Penajam! Let's go on a road trip, man...!

Di tengah jalan, Sam memutar lagu-lagu di playlist-nya. Dan playlist-nya isinya lagu-lagu religi semua bahkan murotal Alqur'an 30 juz! Haduh-haduh, bukan apa-apa sih, tapi masa jalan-jalan asyik gini tapi backsoundnya lagu-lagu religi? Panas....!!! Wkwkw! Tapi anehnya, nggak ada satupun diantara kami yang merasa keberatan. Kami dengarkan juga lagu-lagu yang asing di telinga ini. 

Kami mungkin sedang beruntung karena ketika kami sampai di kapal ferry, kapal tersebut sudah nyaris penuh dan siap diberangkatkan. Untuk menuju Pelabuhan Penajam, kurang lebih memerlukan waktu satu jam-an. Oke ciiin, kita berlayar ciiin...!!! Lha kok jadi bahasa salon gini yang keluar sih.


Pelabuhan Penyeberangan Kariangau Balikpapan

Model-model nggak jelas dari majalah yang nggak jelas

Tiga anak terlantar...

Sekitar jam 11 siang kami sampai di Pelabuhan Penajam. Perjalanan darat siap dilanjutkan. Lagu-lagu religi itu kembali berkumandang di dalam mobil. Sam kelihatan asyik ikut bersenandung, sementara aku, Donny dan Panji sama-sama bingung, wkwk! Sumpah!


Pelabuhan  Penyeberangan Ferry Penajam 

Menjejak Penajam. Bersiap melakukan perjalanan panjang

Keluar dari Penajam, kami melewati terminal Lawe-Lawe, lalu masuk ke Kecamatan Babulu, Long Kali, Long Ikis dan lain-lain. Perjalanan darat itu serasa jauh sekali! Di tengah jalan, fuel indicator di mobil Donny sudah nyaris merah, tak ada tanda-tanda SPBU di dekat sini, maka kami putuskan untuk membeli bensin eceran saja. Kami merapat ke sebuah warung di pinggir jalan.

"Berapa harga per liter, Bu?" tanya Donny
"9000 rupiah" jawab si Ibu penjaga warung
"Yaelah, mahal amat!" komentar kami
"Ya sudah, 8500 rupiah saja" kata Ibu.
"Batu Kajang masih jauhkah, Bu?" tanya Panji
"Masih. Sekitar dua atau tiga jam-am lagi." jawab si Ibu

Hah, apa??? Masih panjang kah perjalanan ke Goa Tengkorak ini? Jam sudah menunjukkan jam dua siang, saudara-saudara! Semangat kami sudah semakin surut. 

"Beli sepuluh liter aja deh, Bu" kataku.

Selesai refuel dan istirahat sebentar, perjalanan ini kembali dilanjutkan. Tapi kira-kira sepuluh meter-an dari warung itu, ternyata kami menemukan SPBU. Walah, sialan! Tahu gini kan kami beli bensin di SPBU saja! Hah!

Dengan sisa asa yang masih ada, akhirnya kami sampai juga di pertigaan yang dimaksud. Panji pernah kerja di daerah sini, jadi dia lumayan ngertilah. Jika ambil jalan lurus bakal sampai di Tanah Grogot, ibukota Kabupaten Paser. Kami mengambil arah ke kanan, jalan raya ke arah Batu Kajang. 

Jalanan semakin naik dengan view yang makin keren dan menyejukkan mata hati. Dengan melewati pemandangan seperti ini di sepanjang jalan, maka ekspetasiku tentang Goa Tengkorak menjadi sangat tinggi. Terbayang sebuah goa di atas tebing, ber-aura seram dan berada di tengah hutan yang perawan, haha!


Pemandangan di sebuah jalan 

By the way,  lagu-lagu yang terputar di mobil masih playlist-nya si Sam alias lagu-lagu religi. Tiba-tiba Panji nyeletuk "Aduh tolong dong lagunya diganti. Males banget deh dengernya, masa ada kata-kata malaikat mencabut nyawa gitu." Kami semua tertawa! Akhirnya ada yang protes juga setelah lama terpendam dalam dada! Wkwkw! Kali ini, tak ada lagi lagu-lagu religi itu, playlist-nya sudah menjelma menjadi lagu pop masa kini! Huahaha!  

Kami melewati bukit-bukit dimana orang menyebutnya sebagai Gunung Rambutan. Di tepi jalan kami juga melewati sebuah sebuah air terjun. Ah, nanti pulang dari Goa Tengkorak, kami harus berhenti di situ!

Lalu Goa Tengkoraknya dimana sih? Masih jauh nggak ya? Daripada tersesat di jalan dan susah mencari jalan pulang, mari kita bertanya saja. 

"Adek, tau Goa Tengkorak nggak? Masih jauhkah?" aku bertanya pada seorang anak kecil yang sedang bermain dengan sepedanya.
"Iya tahu. Jalan lurus terus, nanti ada Masjid besar, lalu belok kanan." jawab anak kecil itu.
"Terima kasih, adek"

Oke ciiin, lanjut lagi ciin...! 

Dari jauh, akhirnya kelihatan juga sebuah kubah masjid. Itulah Masjid Batu Sopang yang dimaksud anak kecil yang kami tanya di jalan tadi. Berarti kami harus belok kanan. Dan betul terdapat sebuah papan petunjuk bertuliskan  "Objek Wisata Goa Tengkorak & Goa Loyang". Akhirnya! 

Setelah mengikuti jalan ke arah Goa Tengkorak, akhirnya kami sampai juga di dekat sebuah sungai. Parkir mobil dulu. Terlihat di atas tebing di seberang sungai sanalah Goa Tengkorak itu berada. Yeah, akhirinya!


Jembatan di atas sungai menuju Goa Tengkorak

Kami sebrangi sungai itu. Ah, kenapa jembatan ini di-cat dengan warna ungu sih? Aneh saja menurutku. Tapi sudahlah, apa arti sebuah warna, hehe! Setelah menyeberan sungai, tampak di depan kami seperti sebuah taman wisata, ada danau lengkap dengan bebek-bebekan di sana. Oalah, kenapa sudah ramai seperti ini? Nggak ada serem-seremnya sama sekali, tempat ini sudah sangat terbuka dan menjadi tempat wisata.

Kami berjalan ke arah Goa Tengkorak yang berada dalam satu kompleks dengan tempat wisata itu. Goa itu ada di atas tebing, mungkin tingginya sekitar 20 meter-an. Ada tangga kayu yang harus kita naiki. Dan lagi-lagi...tangga itu juga berwarna ungu! Bahkan tulisan "Objek Wisata Goa Tengkorak" yang berada di dekat mulut goa itu juga berwarna ungu. Sumpah ini nggak ada unsur seram seperti yang ada dalam bayanganku.

Di atas tebing sono Goa Tengkorak berada
Capek manjat kah Ciin...?
Setelah naik sampai atas, ah...kami hanya temukan sebuah cerukan atau lubang di atas tebing, tinggi cerukan sekitar 1,5 meter, panjang 3 meteran dan lebar 2 meter.  Di dalamnya memang ada tumpukan tengkorak dan tulang belulang manusia. Tengkorak beneran sih karena katanya tengkorak dan tulang belulang tersebut berasal dari nenek moyang daerah sana yang memang diletakkan di tempat tersebut. Agak kotor kondisi goa-nya dengan sampah di sana-sini. Dan you know what...Goa Tengkorak ini nggak ada serem-seremnya blas. Biasa saja! Nggak ada aura menakutkan sama sekali. Rasanya kecewa banget, setelah hampir lima jam lebih di jalan, hanya seperti inikah Goa Tengkorak itu? Hiks! Goa Tengkorak tak se-seram namanya! Mungkin dengan cara melihatnya dengan mata kepala sendiri seperti ini maka kita bisa menemukan hal yang sebenarnya, hehe!


Inilah interior Goa Tengkorak 

Wajah-wajah kosong nan kecewa, haha!

Auw...tengkoraknya bangun ciiin...!

Kami nggak ngabisin waktu lama di Goa Tengkorak, nggak ada yang dinikmati lagi. Tempat wisata ini mungkin cocok untuk wisata keluarga, tapi bukan wisata untuk kami yang memang sengaja nyari horor-hororan, wkwk! Nggak mungkin juga  kami naik bebek-bebekan di danau bawah sana, hahaha! Mungkin hanya Donny yang bahagia di sini, karena bisa tukeran nomor hp dengan penjaga Goa Tengkorak. Wkwkw, sadar Ciin...sadar!


Taman Wisata di area Goa Tengkorak

Yo wis cabut pulang saja. Sempat kepikiran untuk ke Goa Loyang yang berada tak jauh dari Goa Tengkorak, tapi informasi yang kami dapatkan sepertinya Goa Loyang juga biasa saja. Ya sudahlah, kami juga kehabisan passion untuk jalan ke sana. Tepatnya sih, males kecewa untuk kedua kali, haha!

Kami lewati lagi jalan yang sama seperti saat berangkat tadi. Lagu-lagu religi tak terdengar lagi di mobil. Hahaha, sorry bingit Sam, kami masih terlalu banyak dosa, jadi panas dan berasap kuping ini mendengarnya.

Waktu sudah menunjukkan sekitar jam 4 sore ketika kami sampai di air terjun yang berada di pinggir jalan itu. Berhenti istirahat dulu yuk sambil main-main air sebentar.


Main air lebih asyik dibanding liat tengkorak ;p

"Langgar Musyafir" demikian tertulis pada mushola di dekat air terjun itu

Ketika mobil ini melewati bukit-bukit di sekitar Gunung Rambutan, kami terkesima dengan sebuah pohon besar  yang terletak di pinggir jalan dekat sebuah tikungan. Dari tempat yang berada di area yang cukup tinggi itu, kami bisa melihat hamparan tanah beserta isinya di bawah sana. Keren! Jeprat-jepret dulu dong ah!


Aku tahu, Tuhan telah merawatmu...

Lompat lagi ciin....! Yang tinggi!


Perjalanan kembali di lanjutkan. Aku baru memperhatikan dengan seksama kalau hampir semua bangunan kantor pemerintah, sekolah dan lain-lain di Kabupaten Paser ini warnanya ungu semua, baik tembok maupun pagarnya. Bahkan sampai trotoar dan pot bunga pun berwarna ungu cuy! Oh, dan objek wisata Goa Tengkorak tadi juga pernuh warna ungu! Ada apa dengan warna ungu di Kabupaten Paser ini? Pengen geleng-geleng kepala tapi sekaligus penasaran banget!

Saking penasarannya, maka saat menuliskan catatan perjalanan ini, aku bela-belain googling tentang "serba ungu" di Kabupaten Paser itu. Dan ternyata oh ternyata, hal ini bahkan diatur dalam Peraturan Bupati, tepatnya Peraturan Bupati Paser No. 48 Tahun 2013. Wow!




Isi Peraturan Bupati, semua tentang "per-ungu-an"  d Kabupaten Paser


Kecamatan Long Ikis sepertinya menjadi daerah yang areanya paling panjang dan lama kami lewati. Perasaan sudah jalan jauh, tapi masih Long Ikis lagi...Long Ikis lagi. Halah-halah! Donny, kuat-kuatin nyetir ya? Nggak ada yang nggantiin kamu soalnya, hehe!

Oh ya, playlist di mobil sudah ganti dengan playlist lagu-lagu favorit-nya Panji.

"Nah, enak-enak kan lagunya. Semua bisa menikmati juga." kata Panji.

Semua tertawa. Iya, playlist-nya Panji sama sekali tidak mengingatkan tentang neraka soalnya, wkwk! Hahaa, apapun itu yang penting bisa menemani perjalanan pulang ke Balikpapan yang kian melelahkan ini.

Jam delapan malam lebih, akhirnya kami sampai di Pelabuhan Ferry Penajam. Setelah memasukkan mobil ke ferry, kami naik ke deck penumpang. Tepar semua! Haha!

Goa Tengkorak memang tak sesuai harapan. Namun pada akhirnya semua bukanlah tentang sebuah destinasi, tapi tentang perjalanan dan kebersamaan :-)



4 comments:

  1. wah sayang bngt, padahal ada bukit sembinai di sekitar sana yang lumayan keren dan unik mba,silhkan searching aja tentang bukit sembinai

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, keren banget bukit sembinainya! Aduh, knapa kami baru tau skrg ada bukit itu di sekitar batu kajang. Makasih infonya Mas. Insya Allah klw ada kesempatan, kami bisa piknik ke bukit itu 😃

      Delete
  2. Dikirain namanya aja tengkorak, taunya emang ada tengkoraknya hahaha

    ReplyDelete
  3. Yoih, beneran ada tengkoraknya tapi blas nggak serem ;p

    ReplyDelete