Monday, January 18, 2016

Ngelamang di Sumbawa (Bag. 1): Mendadak Lombok

"You will never completely be at home again, because part of your heart will be elsewhere. That is the price you pay for the richness of loving and knowing people in more than one place..."
(Miriam Adoney)

--------------------------

7 Januari 2016

Pesawat yang kutumpangi mendarat mulus di Bandara Internasional Lombok (BIL) di Praya sekitar jam 08.15 pagi. Selamat datang di Lombok. 

Pertama kalinya aku menginjak bandara ini. Dulu ke Lombok masih via Bandara Selaparang, kebayang kan jadulnya, haha! Kalau tidak salah ingat, terakhir kali ke Lombok pada tahun 2008. Delapan tahun lalu, saat aku masih bekerja di salah satu kontraktor perusahaan tambang Newmont Nusa Tenggara di Sumbawa sana. Lalu mengapa tiba-tiba aku balik ke sini? Karena aku mau liburan dan tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan, hehe! 

Yup, aku sudah janjian dengan Yuli, temen kerjaku dulu yang kebetulan juga putri asli Sumbawa. Nggak tahu tiba-tiba aku kangen dengan Sumbawa dan pas juga kami punya jadwal libur yang sama di bulan Januari ini. Tak banyak cingcong, kami langsung capcus saja :-)

Aku ngopi di sebuah cafe di BIL sambil menunggu Yuli. Dia akan terbang dari Denpasar dan baru sampai Lombok sekitar jam 11.30 nanti. Dan dalam secangkir kopi, ternyata banyak kenangan yang terngiang kembali (halah, bahasamu).

Masih teringat jelas, panas yang menggantang di tengah open pit raksasa itu. Haul truck dan alat berat lainnya yang berlalu lalang. Pantai-pantai yang indah di  Maluk dan Sekongkang. Ah, apa rungan Sumbawaku? Kemana berlalunya waktu? Ya, aku mendadak melo mengenang semua itu. 

Hpku berdering, Yuli telepon, mengabarkan bahwa ia gagal naik pesawat siang karena antrian penumpang yang mengular hingga menyebabkan waktu check in sudah tutup saat dia sampai di depan meja check in. Hadeuh! Tapi dia masih bisa naik pesawat sore katanya, dan baru sampai Lombok jam 15.30 sore. Wokelah kalau begitu. Tetapi, hal ini tentu  berefek domino terhadap transportasi kami ke Sumbawa nanti. Kami dipastikan nggak bisa mengejar boat jam 16.00 sore ke Benete Sumbawa, namun masih ada cara lain yaitu naik Bis Damri dari Sweta Lombok jam 19.00 malam nanti dan akan tiba di Maluk Sumbawa esok dinihari. Siplah, apapun itu ;p

Tapi masalah kedua muncul yaitu jika Yuli bari sampai di Lombok sore nanti, maka aku juga dipastikan akan cengok dot com berjam-jam di bandara ini doing nothing! Lha terus mau ngapain coba? Keluar bandara lalu jalan-jalan dulu? Mungkin bisa, tapi males, mana bawa gembolan carrier segede gaban, wkwk! Walhasil aku bener-bener mati gaya. Duduk di bangku depan Solaria sejam sambil maen hp, pindah duduk di depan Bakso Lapangan Tembak sejam, move sebentar ke mushola bandara, makan siang di CFC sambil cengok, pindah lagi ngemper di depan Indomart bandara, balik lagi ke mushola dan lain-lain. Sungguh teramat nggak produktif, wkwk!

Tapi penantian itu akhirnya berujung. Suara merdu announcement di bandara menyebutkan bahwa pesawat dari Denpasar baru saja landing. Oh, Yuli! Setelah sekian tahun, akhirnya kita bertemu kembali!

Kami keluar dari bangunan bandara. Dengan bis Damri, kami menuju poolnya di Sweta Lombok. 

Aku dan Yuli ngobrol tentang banyak hal mengisi perjalanan. Mendung di Lombok. Jalanan tak begitu ramai. Kepikir juga untuk jalan-jalan di Lombok sebentar sambil nunggu Damri jurusan Maluk yang baru berangkat dari pool jam 19.00 malam nanti, gembolan ransel besar ini toh bisa dititipkan sebentar di kantor pool.  


"Dua Tiket Damri ke Maluk, Pak"
kata Yuli ke perugas loket Damri, segera setelah kami tiba di pool.
"Habis, mbak. Penumpang penuh malam ini"
jawab si bapak sambil menunjukkan list manifest penumpang bis jurusan Maluk Sumbawa untuk kepergian nanti malam. Whoaaa, hancur sudah semua rencana kami!

Kami mendapat ketidakberuntungan yang bertubi-tubi. Dimulai dari Yuli yang ketinggalan pesawat ke Lombok sehingga kami nggak bisa mengejar boat sore ke Sumbawa, dan sekarang Damri ke Sumbawa untuk jadwal malam nanti juga penuh! Sumbawa bener-bener gagal kami jangkau hari ini. Tak ada pilihan lain, kami memang harus menginap semalam di Lombok. 

Dengan gontai, kuangkut lagi ransel ini dan menuju sebuah taksi yang mangkal di depan pool Damri. 

"Kita ke Hotel Viktor 3 di Cakranegara, Pak" kata Yuli ke sopir taksi, hotel langganan Yuli tiap ke Lombok katanya.

Kususuri lagi pemandangan kota ini dari jendela kaca taksi. Lombok yang ramai. Samar ingatanku tentang kota tempat dulu aku transit sebelum menuju site di Sumbawa ini.

Dan inilah kami sekarang. Mendadak berada di hotel di Lombok, sesuatu yang nggak ada sedikitpun dalam rencana. Tapi setidaknya, setelah ngemper selama berjam-jam di bandara Lombok, kini setidaknya aku bisa meluruskan kaki dan punggung di atas kasur ;p

Selonjorin kaki dulu, boleh?


Lapar? Ah, tentu saja! Sehabis maghrib kami capcus jalan kaki ke dekat Mataram Mall di daerah Cakranegara, tak jauh dari hotel ini. Lidah kami (aku tepatnya) sudah rindu bin ngiler ingin makan Ayam Bakar Taliwang dan Plecing Kangkung, dua makanan khas Lombok itu. Yup, ketika dua makanan tersebut bersatu, maka nikmat Tuhan manakah yang kau dustakan?



Ayo dilap dulu ingusnya, eh ilernya...

Satu ekor ayam itu awalnya terlihat sangat besar porsinya. Eit, tapi tunggu dulu, karena ternyata setelah selesai makan...semuanya ludes dan nyaris tinggal kepalanya saja yang tersisa, wkwk! 

Kenyang! Tapi malam masih panjang. Kemana lagi kita? Nge-mall yuk? Haha, daripada bengong di hotel kan ya. Maka dengan sebuah taksi kita menuju ke sebuah mall yang baru dibuka di Lombok, mall yang lagi nge-hitz pastinya, Lombok Epicentrum namanya.

Aih, mallnya megah, luas, masih bau cat dan dipenuhi gerai dari brand-brand ternama.  Baiklah, mari menjadi bagian dari dunia kekinian. Kita cuci mata (tapi nggak belanja) dan ngopi-ngopi cantik saja, haha!

Hampir malam di Lombok

Ngopi dulu kakak? Yuks!


Lagi-lagi kita membahas banyak hal yang tak terduga yang terjadi hari ini. Tak ada yang perlu disesali. Toh ngetrip kita kali ini juga tanpa itinerary, even tiket pulangpun belum kubeli. Jadi kita nikmati apa saja apapun di depan sana.

Tapi malam semakin bergerak seiring sruputan cappucino dalam gelas kertas ini yang mulai habis. Satu demi satu lampu dari gerai-gerai di mall ini mati. Ya, meski kita masih betah menikmati kekiniannya Lombok, tampaknya kita harus segera beranjak pergi.

Sumbawa, tunggu kami esok hari. Insya Allah, semuanya lancar jaya :-D

Catatan: Ngelamang (dalam judul di atas) adalah bahasa Sumbawa, artinya kelayapan/keluyuran.

Kisah selanjutnya di Ngelamang di Sumbawa (Bag. 2): Sekongkang, Sepanjang Jalan Kenangan

-----------------------------------------

Budget :
1. Damri Bandara BIL - Pool Damri Sweta = Rp. 25.000,-
2. Taksi Pool Damri - Hotel Viktor 3 (Cakranegara) = Rp. 20.000,-
3. Hotel Viktor 3 = Rp. 150.000/kamar
4. Taksi Mall Mataram - Lombok Epicentrum = Rp. 25.000,-
5. Taksi Lombok Epicentrum - Hotel = Rp. 25.000,-

No comments:

Post a Comment