Thursday, January 28, 2016

Ngelamang di Sumbawa (Bag. 3) : Desa Mantar, Apa Rungan Desa Kita Amek?

"Terbang tinggi di awan.
Mungkin ada yang bisa kutemukan.
Menyeberangi ilalang.
Walaupun jauh yang harus kutempuh.."
(Ipang BIP - Serdadu Kumbang)

------------------------------------------------------------------------------

9 Januari 2016

Selamat pagi, Benete! Sudah nggak sabar menanti datangnya hari ini, karena Desa Mantar di Kecamatan Poto Tano sana akan aku sambangi. Desa Mantar, sebuah desa yang terletak di Kecamatan Poto Tano Kabupaten Sumbawa Barat yang terkenal dengan sebutan desa di atas awan. Aku mengenal desa ini lewat sebuah film garapan Ale Sihasale dan Nia Zulkarnaen, Serdadu Kumbang judulnya. Berkisah tentang Amek, seorang anak laki-laki usia SD, kehidupan keluarga dan kesehariannya. Film tersebut mengambil setting desa ini. Keindahan dan kebersahajaan kampung serta keseharian warga tercapture dengan apik sekali.


Syuting Film Serdadu Kumbang di Desa Mantar berlatar "Pohon Cita-Cita"
(sumber: kapanlagi.com)

Waktu menunjukkan pukul 06.30 pagi saat Yuli telah siap menstarter motor, kuangkat carrier berisi tenda dan peralatan lenong untuk camping. Kami siap memulai petualangan hari ini. Yuli mengarahkan motor ke rumah Wiwin terlebih dulu, untuk kemudian berangkat bersama menggunakan motor ke Poto Tano. Sampai di rumah Wiwin, dia bilang Irwan belum datang, dan masih di rumahnya di Sekongkang. Aku dan Yuli diminta berangkat duluan saja, toh bakalan bisa disusul karena Wiwin dan Irwan adalah raja jalanan, haha!

Maka berangkatlah kami berdua. Yuli yang mengendarai motor, aku mbonceng saja dengan gembolan carrier segede gaban di punggung. Jalan raya dari Benete ke arah Jereweh ini meliak-liuk, naik turun, dipadu dengan perbukitan hijau di kanan kiri, sesekali masih diselimuti kabut, keren sekali. Santai aja naik motornya, Yul. Aku sedang ingin dimanja dengan atmosfer segar seperti ini.

Rasanya perjalanan dengan motor ini telah melalui puluhan kilometer. Kami melintasi Kecamatan Jereweh hingga kemudian sampai di Pantai Poto Batu. Yuli mengentikan motornya dan kami bermaksud menunggu Wiwin dan Irwan di bawah naungan pohon besar, bisa dikatakan sebuah rest area kecil di tepi pantai. Tapi kami tak lama menunggu, dari jauh kelihatan sebuah motor bergerak ngebut sekali. Wuzzzzz! Here they are! Kami bisa disusul juga! 

Perjalanan kami lanjutkan kembali. Tapi formasi diubah. Wiwin mengendarai motor mboncengin Yuli, sedangkan aku mbonceng Irwan. Let's go racing, guys! 

Sebentar lagi kita akan memasuki Taliwang, Ibukota Kabupaten Sumbawa Barat. Yuli menyebut bahwa kami akan melewati KTC (Komutar Telu Center), sebuah lokasi yang diperuntukkan sebagai pusat kota, keramaian serta pusat pemerintahan Taliwang. Kami berhenti di depan Masjid Darussalam, tak jauh dari tugu perempatan KTC. Foto-foto sebentar, anggap saja kita adalah para pejalan religius karena asyik berfoto di depan masjid, hehe! 

Lanjut lagi yuk, perjalanan masih panjang kawan! Mungkin sekitar 20-30 km lagi kami akan sampai di tujuan yaitu Puskesmas Seteluk. Eh, ngapain ke Puskesmas? Ada yang sakit? Haha, enggak! Tapi di sanalah meeting point kami dengan Khaerul, temannya Yuli. Puskesmas Seteluk juga menjadi semacam basecamp Komunitas Ngelamang+, sebuah komunitas jalan-jalan alias kelayapan tapi plusnya adalah mengenalkan potensi wisata khususnya di Sumbawa Barat.

Yup, akhirnya kami sampai juga di Puskesmas Seteluk. Khaerul tak bisa menemani petualangan kami hari ini, tapi dia telah mendelegasikan tugasnya kepada Komeng, dedengkot komunitas Ngelamang+. Ada pula temannya Komeng dari Lombok yang bakal join juga yaitu Mauliddin. Eh, titipin motor dulu dan gembolan ransel yang belum diperlukan ini dulu yak! Oke, capcus kita...! 

Sebelum jalan, ada yang agak menggoda di seberang Puskesmas. Cilok pentol, tampak begitu sedapnya dengan panci yang ngebul menggoda lidah. Wiwin memborongnya seplastik, tapi apa daya...terkadang penampakan tak seindah rasanya. Haha, sabar ya!

Tentang Desa Mantar. Desa ini terletak pada ketinggian sekitar 800-an mdpl dengan akses berupa tanjakan terjal berbatu dan jalan yang sebagian besar belum diaspal atau dibeton dan masih dalam proses pengerjaan. Ya, tak mudah menuju desa yang bisa dikatakan cukup terpencil itu. Mobil dengan double gardan sangat disarankan untuk menjangkau desa ini.

Maka inilah kami berenam, aku, Yuli, Wiwin, Irwan, Komeng dan Mauliddin, berada di bak belakang sebuah mobil double gardan. Tubuh kami terpelanting kanan-kiri, depan-belakang, menyusuri jalan berbatu nan terjal menuju Desa Mantar. Kalau bisa bicara, mungkin mobil itu sudah meraung kesakitan dan perlu di-gips sana-sini karena patah tulang.



Pintu Gerbang Desa Mantar

Setelah perjalanan seru dalam bak belakang mobil, akhirnya kami memasuki Desa Mantar. Kami minta diturunkan di tempat palarayang. Letak desa ini yang tinggi memang cocok untuk kegiatan olahraga semacam itu. Bulan November 2015 lalu, sebuah event paralayang dalam rangka memperingati HUT Kabupaten Sumbawa Barat telah sukses dilaksanakan.

Sesampai di tempat itu, wow....! Luar biasa, serius! Terbentang di hadapanku pemandangan yang bukan saja memanjakan mata lahir tapi juga batin. Tampak areal persawahan nun jauh di bawah sana, laut biru, Pelabuhan Poto Tano, Pulau Kenawa, Paserang, Kalong, dan pulau-pulau kecil lainnya yang tersebar di sisi utara Pulau Sumbawa. Cantik sekali. Ah, bahkan puncak Guung Rinjani bisa kita intip dari sini!


Aku menyukai indahnya, sepinya, senyapnya...
Dan tempat seperti ini membuat kesepianku bertambah garang....

Segala pose foto sudah kami coba, serasa tak ada bosannya. Tapi ada satu orang di antara kami yang tampak galau karena nggak pegang kamera. Haha, yang sabar ya! Silahkan beli lagi di toko kamera terdekat :-)

Kami lanjut jalan kaki ke timur, melihat pemandangan yang memukau lainnya dari sebelah sana. Kami melewati "Pohon Cita-Cita". Pohon ini sangat terkenal di film Serdadu Kumbang sebagai tempat menggantungkan botol-botol kosong yang di dalamnya berisi kertas yang tertulis cita-cita mereka. Dalam film ini, pohon ini tampak sebagai pohon yang bercabang banyak, tanpa daun dan berdiri di dekat padang rumput yang luas sekali. Kenyataannya, pohon cita-cita yang asli atau yang sekarang kami dapati adalah pohon kemiri yang berdaun banyak dan dibatasi dengan pagar. Tak apalah, namanya juga film ;p

Berjalan lagi sedikit, terdapat semacam gazebo atau orang lokal menyebutnya sebagai baruga. Tempat ini sekaligus bisa menjadi tempat istirahat maupun look out point untuk menikmati pemandangan. View di sini mirip dengan di tempat paralayang tadi, sama-sama keren. Maka kubayangkan bermalam di sini, lalu menyapa pagi esok harinya dengan suguhan alam negeri di atas awan. Pasti sempurna!


Ada yang mau tidur di baruga? Monggo...

Hanya nge-set timer saja, dua orang ini sampai sebegitu sibuknya ;p


Setelah makan siang di baruga, kami harus segera beranjak karena waktu semakin siang dan sudah janjian dengan driver mobil bahwa jam 13.00 siang nanti kami pulang. Berjalan melewati persawahan, ladang, padang ilalang, kuda-kuda yang berkeliaran, segala nuansa damai jauh dari kesibukan dan keegoisan kota. Perkampungan dengan model rumah-rumah panggung yang samar-samar kuingat ada di film Serdadu Kumbang. Amek, ayo tunjukkan pada kami dimana rumahmu dan masjid tempat kamu dan kawan-kawan belajar mengaji bersama Papin (papin=bahasa Sumbawa untuk menyebut kakek)

Lumbung Padi 

Lapangan Desa Mantar
Rumah panggung ber-cat biru, rumahnya Amek ;p
Di satu sudut desa

Sekitar jam 13.00 siang, kami tinggalkan Desa Mantar. Kami pulang dengan membawa banyak ingatan manis tentang segala sisi keindahan serta keunikan desa ini. Kupikir, aku harus kembali lagi ke tempat istimewa ini suatu hari nanti.

Apa rungan desa kita, Amek? Rungan balong, jawabmu....

Cerita selanjutnya di: Ngelamang di Sumbawa (Bag. 4): Bersama Savana Kenawa

--------------------------------------------------------------

Budget :
1. Biaya mobil 4WD dari Seteluk-Desa Mantar (pulang-pergi) = Rp. 250.000,-/rombongan


2 comments:

  1. Hanya ada aku... alam... dan tuhan...

    ReplyDelete
  2. @Mauliddin: Iya banget! Yang lain ngontrak aja ya...:-)

    ReplyDelete