Wednesday, February 10, 2016

Ngelamang di Sumbawa (Bag. 4): Bersama Savana Kenawa

"I had a dream so big and loud
I jumped so high I touched the clouds
I stretched my hands out to the sky
We danced with monsters through the night
I'm never gonna look back, I'm never gonna give it up
No, please don't wake me now
This is gonna be the best day of my life...."
(American Authors - The Best Day of My Life)

--------------------------------------------------------------------

9 Januari 2016

Desa Mantar kami tinggalkan, dengan segenap kenangan meski hanya secuil waktu yang kami habiskan. Kembali ke Puskesmas Seteluk, bersiap dengan perjalanan lanjutan. Hari masih siang. Formasi tetap berenam. Packing ini itu, lalu kita konvoi menggunakan tiga motor, Wiwin dengan Yuli, Mauliddin dengan Komeng, serta aku dan Irwan. Kami siap melaju di jalanan Seteluk-Poto Tano sepanjang sekitar kurang lebih 20 kilometer, menuju gugusan pulau-pulau kecil di seberang Pelabuhan Poto Tano - Sumbawa Barat.

Yup, kami akan camping di Pulau Kenawa, sebuah pulau kecil yang lagi ngehitz banget di dunia persilatan. Tapi pulau-pulau di dekat pelabuhan Poto Tano tak cuma Kenawa, konon terdapat 14 buah pulau, berharap kami bisa menyambangi beberapa di antaranya.

Sesampai di dekat pelabuhan, kami belanja kebutuhan camping terlebih dulu. Kami memang hanya camping semalam, tapi serasa shopping untuk kebutuhan hidup seminggu, wkwk! Roti, mie, kopi, snack, minuman dan teman-temannya tumpah ruah ke dalam empat tas kresek berwarna putih itu.

Kapal yang akan membawa kami berlayar ke pulau-pulau sudah diatur oleh Komeng. Kami titipkan motor dulu di rumah Bang Ami, si pemilik kapal.

Lautan tenang, langit agak mendung sedikit, kami akan menuju Pulau Paserang sebagai destinasi awal. Mari kawan, kita segera berlayar!


Pelabuhan Poto Tano
Foto Keluarga dulu
Letak pulau-pulau kecil di Poto Tano. Sumber: sumbawabaratkab.go.id


Kapal merapat di sebuah jetty kayu di pinggir pantai berpasir putih. Inilah Pulau Paserang, pulau kecil dengan bukit  hijau memanjang dengan jalur berupa tangga semen permanen menuju puncak bukitnya. Tampak pula beberapa bungalow cantik tak jauh dari pinggir pantainya. Woi, Udin Mauliddin, jangan langsung tidur kau! Jauh-jauh ke pulau hanya untuk pindah tidur? Hadeuh...! 

Yup, pulau ini bener-bener sepi. Praktis hanya ada kami berenam dan tiga orang bapak yang tampaknya sedang memperbaiki bungalow. Komeng sempet minta izin terlebih dahulu kepada seorang bapak (yang sepertinya owner dari bungalow-bungalow tersebut), izin untuk sekedar jalan dan foto-foto sebentar di pulau ini. 



Hijau kami sepanjang hari
Kami hanya berlima. Satu orang lagi sedang tidur entah dimana
 
Seluas mata memandang di Paserang...


Selesai dari Paserang, kapal kembali bergerak. Kali ini menuju sebuah pulau tak jauh dari Paserang, namanya Pulau Kambing. Hmm, kambing? Iya, tapi jangan berharap kita bisa menemukan kambing di sana meski terdapat rerumputan hijau di atasnya. Ini pulau karang, cukup terjal. Sepertinya kita bahkan harus menaiki karang-karang tersebut jika hendak menginjak pulau ini. 

 
Tak ada kambing di Pulau Kambing ;p

Hari kian sore. Pasti indah menikmati senja di atas bukit Pulau Kenawa. Jadi mari segera ke sana. Kapal  melaju lagi. Dalam perjalanan di kapal, Bang Ami bilang bahwa besok akan digelar hajatan pesta laut. Kami bakal dijemput pagi di Kenawa dan bisa mengikuti pesta laut dengan kapal ini. Yeaay, cucok sudah! 

Kami tiba di dermaga kayu Pulau Kenawa. Dermaga baru sepertinya, tampak dari struktur kayunya yang masih cling. Kami turun satu persatu bersama gembolan ransel dan tentengan berkresek-kresek bertuliskan Alfamart. Kami datang pada peralihan musim kemarau ke musim penghujan, sehingga Kenawa menyambut kami dengan padang savana berwarna hijau kekuningan. 

Berbeda dengan Paserang yang masih sepi, maka Kenawa sabtu sore ini adalah pulau yang dipenuhi dengan orang! Tak ada lagi slogan "hanya ada aku, alam dan Tuhan".  Tentu saja kondisi ini cukup wajar. Kenawa sudah sedemikian terkenalnya. Apalagi acara jalan-jalan My Trip Maemunah (hahaha!) sempat meliputnya beberapa bulan lalu sebagai tempat merayakan dua tahun kejayaan acara TV tersebut. 

Pulau ini sudah jamak sebagai tempat camping terutama saat hari libur. Terdapat fasilitas toilet meski tidak diperkenankan untuk mandi karena terbatasnya air. Ya, tidak ada sumber air di sini sehingga air harus didatangkan dari daratan Sumbawa. Stan pedagang juga berjejer, menyediakan kebutuhan minum, makanan ringan bahkan ikan. Tapi amat disayangkan bahwa potensi wisata sekeren ini belum dikelola dengan baik. Tak kulihat ada bak/tempat sampah di pulau ini. Maka dengan gampangnya orang membuang sampah sembarangan. Memang tak ada retribusi atau tiket khusus untuk berwisata di tempat ini. Seandainya pun ada, pasti kamipun tak keberatan. Dana retribusi dari wisatawan bisa digunakan untuk menata tempat ini menjadi lebih bagus dan lebih terawat kebersihannya. 

Okay, meskipun ramai setidaknya masih banyak tempat untuk mendirikan tenda di tengah padang rumputnya, jauh dari tenda yang lain yang banyak berdiri di tepian pantainya. Kami segera memasukkan seluruh barang ke dalam tenda karena sudah tak tahan lagi untuk segera jalan-jalan di pulau ini serta mendaki bukitnya yang terletak di sisi utara.


'Coz there is a path on every mountain :-)
Sedang terkesima dengan pemandangan sekitar


Formasi lengkap lagi

Dari atas bukit, pemandangan sekitar tampak lebih ajib. Padang savana nan luas, pulau-pulau di seberang serta lautan dengan gradasi warnanya. Tapi mendung agak menggayut. Senja tak begitu sempurna di ufuk barat. Tak apalah. Toh harapan kami sederhana saja, semoga tak ada hujan nanti malam. 

Di permulaan malam, kami belum di sambut hujan tapi angin cukup besar menyapu depan tenda kami yang menghadap ke timur. Walhasil kami pindahkan matras ke belakang tenda sehingga kami bisa bersantai makan malam tanpa diganggu angin yang tak lagi berkategori sepoi ini. Eh, Bang Ami dkk datang mbawain terpal, terpal baru pula. Makasih :-)


Menunggu senja di Kenawa
Mari kita berbincang, tentang apa saja...

Semua anteng kalau lagi makan

Dan hujanpun akhirnya turun, tiba-tiba deras. Kami beringsut ke tenda masing-masing. Jiaah! Gagal sudah impian kami camping berlatar taburan gemintang di langit yang tinggi dan amat banyak menghias angkasa.

Tapi hujan tak lama, ia kemudian berhenti, lalu hujan lagi berselang-seling. Tenda mungil yang diisi aku, Yuli dan Wiwin ini tiba-tiba rasanya gerah dan bikin nggak bisa tidur. Aneh! Biasanya kan dingin. Hmm, camping di gunung ternyata beda suasana dengan camping di laut gini, hehe! Nggak kuat dengan gerahnya, aku dan Yuli keluar dari tenda, menyisakan Wiwin yang tampaknya sudah terlelap sempurna. 

Di luar tenda, sudah ada si Komeng dan Mauliddin yang asyik ngobrol. Jadilah kami tambah ngobrol ngalor ngidul sampai jam satu dinihari. 

Saat kantuk tiba, maka lebih mudah memejamkan mata. Selamat istirahat, teman-teman. Jangan ngorok ya, hahaha! 

10 Januari 2016

Hoammm! Gara-gara telat tidur semalam, bener-bener masih ngantuk nggak ketulungan. Setengah males rasanya keluar tenda demi menikmati matahari terbit di ujung dermaga. Tapi ini adalah pagi di Kenawa, yang sayang dilewatkan begitu saja. 

Langit pagi Kenawa
Good morning, good people :-)

Pop mie tak begitu nendang untuk sarapan pagi. Tapi adakah yang bisa menampik kenikmatan menyeruput kopi, berlatar langit biru, padang rumput serta siluet Rinjani dari kejauhan? Ah, ternyata aku sudah mulai ngelantur sepagi ini, hehe! 

Nungguin air yang nggak mateng-mateng ;p
Tapi background indah itu menjadi agak-agak absurd saat menoleh ke sebelah kanan, sekitar dua puluh meter dari tenda kami. Ada pemotretan model sejak kemarin. Dua mbak-mbak bergonta ganti kostum dan gaya, lengkap dengan fotografer serta asistennya. Dari gaya centil, elegan sampai bergaya ala-ala pendaki gunung (lengkap dengan carrier, trekking pole dan topi rimbanya). Aih...! Untuk Komeng, Irwan dan Mauliddin, jangan ngiler ya melihat pemandangan indah di depan. Wkwk!

Tapi kami harus packing lagi. Mengemas tenda dan perlengkapan lenongnya kembali. Bekal camping masih banyak tersisa, gara-gara nafsu belanja kemarin yang menggelora, wkwk! 

Kapal menjemput sekitar jam 08.30 pagi. Telah kami ambil foto dari setiap sisi indahmu, telah kami bawa pulang sampah kami. Saatnya meninggalkan Kenawa, tetap hijau, semoga tetap lestari!

Kapal beranjak pergi menuju ke Pulau Kalong. Satu lagi pulau yang bertebaran di Poto Tano ini. Dari jauh, pulau terliht lebih besar bila dibanding Kenawa.

Kapal semakin mendekati Pulau Kalong. Kami, para penumpang ini bersiap turun dari kapal satu-persatu. Tapi ada satu insiden kecil terjadi yang pasti sakit bagi yang merasakannya tapi malah membuat semua orang yang melihatnya tertawa. Sepertinya Wiwin sangat antusias dan tak sabar segera turun dari kapal. Saking semangatnya, kakinya sampai kesrimpet (kesrimpet apa ya Win waktu itu?), pokoknya kesrimpet sesuatu di haluan kapal sehingga dia sampai terjun bebas ala salto ke air! Eh, katanya sih itu semacam tarian penyambutan ala Pulau Kalong, hahaha! Di-iya-in aja dah, wkwk! 

Satu sudut di Pulau Kalong
Abis salto, masih bisa foto-foto ;p

Pulau Kalong ini juga masih sepi dari wisatawan. Ke depannya, pulau ini bisa menjadi alternatif untuk camping jika Pulau Kenawa sudah semakin ramai seperti cendol, hehe! Kami hanya sebentar saja di pulau ini. Meski sebenarnya bakalan seru jika bisa jalan-jalan mengelilingi pulau ini dari ujung ke ujung. Dan bukitnya....ah, sumpah nyolot banget tuh bukit pengen didaki, hehe! Keren banget pastinya pemandangan dari atas sana. 

Komeng mengambil alih peran sebagai nahkoda saat bertolak dari Pulau Kalong. Dengan bambu panjang dan semangat pelaut ala nenek moyangnya ia kerahkan segenap jiwa raga untuk memanuver kapal berbalik arah keluar dari pulau. Kelihatan cukup sukses dan tinggal dibiasakan, hehe!

Kami pulang kembali ke Pelabuhan Poto Tano. Satu lagi keseruan dan kebersamaan yang telah kami lewati. Dan soal pesta laut yang kabarnya akan dilakukan pagi itu, sepertinya masih nggak jelas kapan akan dimulai. Pelabuhan masih sepi-sepi saja, belum ada suara tabuhan genderang, kapal-kapal juga belum berhias.

Waktu semakin beranjak siang, sementara kami masih punya satu destinasi lagi yang ingin kami datangi. Ya sudah, kami pamit dulu pada Poto Tano dan pada pulau-pulau kecil berpasir putih serta berumput hijau di seberang sana...

My trip...! Maemunah...!!!

Kisah selanjutnya di Ngelamang di Sumbawa (Bag. 5): Satu Lagi, Aik Banyu!

---------------------------------------------------------------------------

Budget :
1. Sewa kapal (mengelilingi pulau-pulau, PP) = Rp. 600.000;-

2 comments:

  1. savana di kenawa emang keren, bro. ane jadi mau lagi ke sana. hakakkkaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wow! Video Kenawa-nya keren banget mas bro!

      Delete