Friday, March 18, 2016

Ketika Minyak Tak Lagi "Manis"

"Bukankah selamanya, kasih sayang itu tak menyadari kedalamannya sendiri, sampai datang saat berpisah..." (Kahlil Gibran)

Terus terang, aku benci  menulis deretan kalimat di atas itu. Indah memang quote tersebut, tapi ngilu rasanya.

Enam tahun lebih aku bekerja di lapangan migas lepas pantai. Bekerja di berbagai barge ataupun rig dengan jadwal on-off yang melenakan. Menikmati sunrise dan sunset terindah, bertemu dan bekerja dengan banyak kawan yang luar biasa. Ah, minyak memang "manis", tapi tidak untuk setahun belakangan ini. 

Kini keadaan telah berubah...

Perusahaan tempatku bekerja tentu saja menyikapi perubahan yang terjadi. Memang tak ada kata efisiensi secara eksplisit, tapi kurang lebih maknanya sama meski diplintar-plintir dengan istilah re-organisasi. 

Detik-detik menunggu sebuah pengumuman. Entahlah, seharusnya aku nggak perlu secemas itu. Toh, selama ini saya tak pernah merencanakan atau mentargetkan hidup, apalagi karir. Ibaratnya ngalir saja hingga mbleber kemana-kemana juga bodo amat. 

Di depan masih gelap, apapun bisa terjadi. 

Mari kita nikmati saja hari ini, dengan secangir kopi, masih memakai coverall warna biru, di tengah lautan maha luas tak bertepi. Aku tahu, kelak akan kurindukan semua ini...

Dan satu persatu email "pamitan" itu ada. Bisa saja besok adalah giliranku. Entahlah...

No comments:

Post a Comment