Saturday, May 21, 2016

Kisah Dari Sangihe

"Pergi ke laut lepas, anakku sayang
Pergi ke alam bebas!
Selama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau
................
Kembali pulang, anakku sayang
Kembali ke balik malam!
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
Tentang cinta dan hidupmu pagi hari"
(Surat Dari Ibu - Asrul Sani)

------------------------------------------------

30 April 2016


Aku masih berada di sebuah homestay di Kota Tomohon Sulawesi Utara. Jam 3 pagi aku terbangun. Terpaksa bangun tepatnya. Masih dalam kondisi mata 5 watt dan capek setengah mampus setelah mendaki Gunung Soputan kemarin. Aku baru balik dari gunung jam 9 malam tapi sekarang harus packing dan check out. Pakaian dan sepatu basah sisa pendakian kumasukkan sekenanya saja ke dalam carrier. Taksi akan menjemputku jam 4 pagi nanti menuju Manado. 

"Nggak usah ngebut-ngebut, Pak. Pesawat saya masih jam 7 pagi kok. Saya sengaja berangkat pagi biar nggak terburu-buru." kataku pada Pak Alvin, sang pengemudi taksi. 

Jalanan dari Tomohon ke Manado yang berkelak-kelok serta naik turun tampak sudah sangat diakrabi oleh driver ini. Aku bahkan ketiduran di dalam taksi dan baru terbangun ketika dari jauh kulihat Patung Yesus Memberkati di sebuah bukit di dekat gerbang sebuah perumahan mewah. Ah, sudah sampai Manado kita rupanya. 

Pagi buta, Bandara Sam Ratulangi Manado sudah sedemikian ramainya. Aku langsung check in ke counter Wings Air tujuan Naha. Meski namanya mirip bahasa Jepang, sejatinya Naha adalah bandara di Kota Tahuna, Ibukota Kabupaten Kepulauan Sangihe (sebagian orang lebih akrab dengan kata Sanger atau Sangir) Propinsi Sulawesi Utara. Pagi ini aku akan bergabung dengan teman-temanku yaitu Dian, Yuni, Dame, Ester dan Kusuma untuk bersama menuju Sangihe. Mereka telah berangkat dari Jakarta ke Manado dinihari.