Thursday, April 06, 2017

Menyapa Sang Bisma

"Lampu-lampu mulai padam
Menyisakan kenangan tentang malam
Gunung kembali ramai, kopi menyala
Adakah kamu di sana?


Langit keemasan mengusir gelap
Angin menghempas pucuk ilalang yang meriap
Pagi ini, masih bolehkah aku menyapamu? 
Meskipun kutahu kau takkan pernah menjawabku..."



19 November 2016

Nyaris subuh, saat sleeper bus yang kami tumpangi akhirnya tiba di Taman Plasa Wonosobo. Yes, sleeper bus, guys! Bis yang nggak pakai bangku melainkan tempat tidur dan sukses membuatku nyenyak tidur sepanjang perjalanan Jakarta-Wonosobo. Ester dan Cula tampaknya juga merasakan sensasi serupa. Tak salah jika kita bertiga bela-belain mencoba naik moda transportasi yang baru beberapa bulan dilaunching ini. 

Setelah tiga keril segede-gede gaban dikeluarkan dari bagasi bis, kami segera meluncur ke rumah Desi di daerah Mangli dengan ojek yang mangkal di sekitaran taman. Desi adalah host kami selama berada di Wonosobo.

Bang Harley menyambut kami di depan kolam renang Mangli yang berada tak jauh dari rumah Desi. Bang Harley, Mbak Toots dan TJ sudah duluan sampai sejak dinihari tadi. Hey, salam kenal ya semuanya! Plus Desi, maka kami lengkap bertujuh sekarang dan bersiap mendaki satu gunung di Wonosobo.

Wonosobo bukan hanya Prau, bukan cuma Sikunir, karena di sana juga ada Bisma. Gunung Bisma. Gunung Bisma yang terletak di dataran tinggi Dieng dengan ketinggian sekitar 2365 mdpl. Kami akan mendaki gunung itu, pagi ini.

Berangkat sekitar jam 8 pagi lebih, kami mencarter angkot menuju Desa Sikunang di Kecamatan Kejajar. Dari Sikunang, pendakian Gunung Bisma akan dimulai. Ternyata jarak dari Mangli ke Sikunang cukup jauh, aku bahkan terlelap nyaman di angkot. Bangun-bangun, angkot yang kami tumpangi sedang melewati jalan raya di depan sebuah perusahaan panas bumi yang ada di Dieng ini.