Monday, November 28, 2022

Mengunci Hujan

Aku Larut…
Pikiran pun tersudut
Tenggelam dalam bayangan
Menatap, tanpa isian

Aku Larut …
Dalam malam yang terbuai runut
Ketika datang sapuan hujan
Membasahi rumput hingga jalan

Ingin sekali aku mengunci
Semua ini yang telah nyaman duduk dalam memori
Sampai kapanpun tanpa batas waktu
Bagai bunga abadi yang tak pernah layu

Namun, …
Sampai kapanpun akan kutunggu
Kabar baik, dalam haribaan pangkuanmu
Hingga akhirnya tak seorangpun mampu
Memilah pisah antara jejakku dan jejakmu

Aku bersyukur,
Setidaknya aku masih mampu mengunci hujan
Pun bisa didapat dalam ringan
Tanpa perlu payah
Akan ku dekap di mataku yang basah

Ilusi Cantigi

Aku berjalan menyusuri setapak
Kala mengejar sebuah harapan
Disana ..
Ada penantian melambai perlahan
Dalam terpekur terkadang menghilang

Harapan ini ….. tercipta dari imajinasi
Dalam irisan naluri, berkabut sepi

Imajinasi memang tak pernah menyakiti
Akan selalu menawarkan keindahan 
Layaknya gugusan awan

Di jalan ini…
Kutemui barisan cantigi
Sedang bercengkrama membicarakan siapa saja yang melaluinya, termasuk kita

Disini …
Dahulu hingga kini
Terpatri pertemuan raga dan jiwa
Terangkai utuh dalam dekapan bumi
Ditandai susunan rapi bebatuan 
Pertanda bingkai keabadian

Ah .. Aku sadar itu ilusi, 
kebersamaan yang indah dalam impian
Akanlah selalu membekas dalam ingatan, dikuatkan oleh kenangan

Namun…..
Cantigi akan tetap tumbuh
Dari sanubari yang butuh
Kembali hingar dari jiwa yang runtuh

Pasar Dieng Puncak Lawu, September 2022