Thursday, December 15, 2022

Puncak Buthak

Pagi hari kuawali dengan secangkir minuman hangat
Dalam suasana kabut sabana yang terbilang masih pekat
Semalam adalah malam yang panjang
Sedang rujuk dengan ketenangan nan girang

Puncak itu kupandang nanar
Tak jauh juga sebenarnya tak tenar
Dari tempat tendaku hanya selemparan lontar
Kumulai langkah melewati ilalang yang menyebar

Kuawali jalan dengan mengambil minum
Dari sumber air yang diseduh kagum
Oleh para penghuni sabana
Dalam aliran yang besar, sampai membasahi celana

Tak kusangka, aku sampai di batas sabana
Disini sangat mengesankan, ada barisan puncak Kawi di kejauhan sana
Jajaran cantigi menyapa
Menunjukkan keindahan dan cerianya

Cantigi cantigi kecil tampak riang bermain diantara ilalang
Dalam pengawasan cantigi senior berbaris estetik yang tak kalah indahnya

Jalanan mulai semakin menanjak
Goresan berat bekas sepatupun meninggalkan jejak
Di tanjakan tanah yang semakin miring dalam dekapan bebatuan yang bersajak
Kami tetap melangkan mengalir demi menunaikan serangkai kemauan yang tak bisa dianulir

Aku selalu mengawasimu
Tapi tak bisa mendekatimu
Kamu cukup bahagia dengan dunia sekitarmu
Akupun pasrah tersenyum kaku

Kujejak
Tanah pertama jajaran puncak
Tak elak, inilah ujung atas gunung Buthak

Ah ..
Indah sekali diatas sini
Gugusan awan melayang berlari kesana kesini
Maka aku ijin kepada sang putri
Menginjakkan kaki di mahkotamu dalam duniaku yang menyendiri

(21 Oktober 2022)

No comments:

Post a Comment