Thursday, December 24, 2009

Peraturan Lalu Lintas Baru : "Bila Anda dicolek = Anda Harus Herhenti!"

Semoga tulisan ini tidak dikategorikan "pencemaran nama baik" terhadap polisi, meski memang imaje polisi lalu lintas sudah kadung jelek di mataku.

Siang tadi, di daerah Cawang menuju Cililitan. Jalan motorku biasa saja meski jalanan agak sepi. Sumpah, jauh dari ngebut. Helm-ku juga standar alias sangat safety. Tiba-tiba ada polisi pakai motor mengikutiku dari belakang lalu menjajariku dan mencolek tanganku. Oo...masalah apa ini! Aku cuek terus melaju (meski sebenarnya dari gerak gerik si polisi sepertiya ia nyuruh aku berhenti). Aku tidak pernah tahu kalau colekan tangan polisi berarti berhenti! Mungkin aku kuper, tapi mencolek tangan pengendara motor pada saat jalan adalah hal yang luar biasa aneh dan sama sekali tidak safety!.

Lalu si polisi tadi menyalipku dan memberhentikanku. Jalanan masih sepi. Masalah siap menghadang di depan, mau tak mau aku harus berhenti.

"Ada apa Pak?" tanyaku baik-baik.
"Saya kan tadi nyuruh Mbak berhenti, kok malah jalan terus!" bentak si polisi tadi
"Lha saya tidak tahu Pak kalau Bapak nyuruh saya berhenti" aku menjawab.
"Saya kan sudah nyolek tangan Mbak, itu artinya saya nyuruh Mbak berhenti"
"Saya tidak tahu kalau nyolek tangan itu berarti saya harus berhenti Pak!" balasku
"Mbak punya SIM nggak sih?" tanyanya dengan nada selidik dan matanya yang nyorot ke mataku. Siapa takut! Kubalas sorotan mata nggak jelasnya itu.
"Punya Pak!"
"Bener Mbak punya?" sorotan matanya seolah men-screening apakah jawabanku jujur atau tidak. Yaelah...!
"Iya Pak, bener saya punya". Nyaris aku tunjukin SIM-ku, tapi dia si polisi tadi nggak minta aku nunjukin...ya udah.
"Mbak mau kemana?"
"Pulang Pak"
"Ya udah, hati-hati di jalan, Mbak perempuan. Lain kali kalau ada polisi colek tangan itu artinya harus berhenti"
"Iya Pak, maaf ya Pak..."

Wuakakakak, sumpah aku ingin tertawa sekerasnya! Hmm, ternyata ada peraturan lalu lintas baru yang baru saja kuketahui. Bila Polisi nyolek tangan Anda pada saat Anda mengendarai motor, itu artinya si Polisi tadi menyuruh Anda berhenti!"

Ok Pak Polisi...dicopy!

Sunday, December 20, 2009

Past Tense...

Aku penyuka kata "dulu", mungkin karena aku pemuja masa lalu. Halah! Prolog yang sama sekali nggak manis untuk sebuah permulaan tulisan.

Mari bicara tentang sejarah. Seberapa penting mengingat dan menghargai sejarah. Aku sedang tidak berbicara tentang pelajaran PSPB alias Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, bagian kurikulum SD sd SMA yang sudah jadul. Aku sedang ingin membahas perjalanan hidupku. Sejarah bisa saja kemarin, seminggu yang lalu, sebulan, setahun atau beberapa tahun yang telah berlalu. Banyak yang terjadi. Tentu saja aku ingin menghargainya, sebagaimana aku merasa terhargai jika diriku pun dikenang dalam berbagai masa kehidupan beberapa teman dan kawan. Tapi entah, ada kalanya aku ingin membuang beberapa bagian dalam sejarahku, meng-cut kejadian yang kuanggap nggak seharusnya ada. Bukan berarti tak menghargai, tapi...

Jadi nggak seharusnya aku nggak menyukai keadaan dimana aku terlupakan dalam sebuah sejarah orang lain, karena toh ada saatnya aku melakukan hal serupa...

menyadari sejak awal bahwa aku hanya menikmati mimpi
memanjakan diri dengan imajinasi
tetapi aku cukup tahu diri
semua memang seharusnya berjalan seperti ini
tak tahu kapan lagi aku bisa bermimpi
mungkin esok, lusa atau tak pernah lagi


(dalam Gerbong 3 KA Fajar Utama, perjalanan Pekalongan-Jakarta)

Tuesday, December 15, 2009

Address abnormal conditions

Tenet of Operations No. 8 berkata "Always address abnormal conditions". What I have to do is...begin resolution immediatelly!!! Oh yeach...

Besok mendarat...
Aku rindu menjejak kaki di tanah

Jam 20.59 waktu MTR2 Seturian
Baru selesai bikin hand over untuk relief-ku besok.
Lalu packing, dan siap berlayar ke negeri impian.

Eits, nyaris lupa. Bagaimana kalau kita nikmati dulu keindahan laut Seturian di helidek dengan background lampu-lampu rig dan gemintang yang melimpah?

Aku akan mendarat besok, tapi aku pasti akan merindukan lautan...

Wednesday, December 02, 2009

Melaut lagi...

Untuk ke sekian kali,
dan aku belum nemu chemistry-nya
Hah, entahlah...

(@Conf. room, Attaka field)

Saturday, November 21, 2009

Make a wish...kembang pete...

Ini sebuah cerita, cerita kita bertiga. Keisengan luar biasa di sebuah Mall beberapa waktu lalu. Dengan membayar uang 2000 perak, kita bisa menulis permintaan di sebuah kertas lalu meletakkannya di pohon buatan yang mereka sebut sebagai make a wish tree. Kami bertiga sepakat menulis : "New Job, High Income, Better Life!" Hehe, namanya juga make a wish, sah-sah aja kan kalau sedikit lebay...

Entah karena alam telah berkonspirasi bersama kami sehingga harapan itu terwujud(Ups, Paulo Coelho banget ya?), atau karena memang usaha kami, yang jelas Sang Maha Kuasa akhirnya mewujudkan salah satu mimpi itu.

Minggu ini sebenarnya kami ingin merayakannya dengan pergi nggembel ke Bandung. Iseng bikin make a wish lagi dan berharap bisa meletakkannya di salah satu pohon di kota itu. Wuakakak! Tapi begitulah, dan begitulah. Salah satu di antara kami sempat menanyakan apa yang aku tulis nanti di kertas make a wish itu. Random kubilang "hmm...akan kutulis bahwa aku pengen punya suami". Dunia serentak runtuh karena gelegar tawanya, sialan! Memangnya aneh ya ketika seorang Lena akhirnya menyatakan itu. Rada aneh memang, tapi...gak aneh-aneh banget ah, rasanya tidak patut ditertawakan secara berlebihan. Hehe! Di tengah ketidakpercayaannya dia sempat menanyakan lagi tentang kriteria laki-laki yang kuinginkan menjadi suami. Gubrax deh! Well, seperti apa? Entahlah, mungkin seseorang yang mau ngasih aku kembang pete, tanda cinta abadi meski kere...(Iwan Fals mode on).

Ah, menikah? Punya suami? Hmm, jadi inget novel Anne of Green Gables, ketika si Anne kecil bercerita kepada Matthew calon ayah angkatnya dalam perjalanannya di dalam kereta: "Aku sendiri tidak pernah berpikir menjadi pengantin. Aku sangat biasa-biasa saja sehingga tak akan ada orang yang mau menikahiku-kecuali jika ada seorang misionaris asing. Aku berpikir bahwa seorang misionaris asing tidak terlalu istimewa. Tapi, aku betul-betul berharap bahwa suatu hari aku akan memiliki gaun putih. Itu adalah salah satu hal ideal tertinggi dari harapan duniawiku..."

Ups, ngelantur kemana pikiranku barusan? Beradu imajinasi dengan Anne dari Green Gables? Busyet dah! Saatnya kembali Len...!

Yang jelas, rencana perayaan ke Bandung itu akhirnya dipastikan gagal. Salah satu diantara kami sedang tepar gara-gara digigit nyamuk, payah...preman kok kena Malaria!

Yach, yo wislah. Berarti field break kali ini kan kuhabiskan di kampung halaman tercinta sambil menanti datangnya Idul Adha.

Hey, tadi aku sempat menulis tentang kembang pete kan? Tentang tanda cinta abadi meski kere. Ini dia lirik lengkapnya...Kembang Pete by Iwan Fals...

"Ku berikan padamu
Setangkai kembang pete
Tanda cinta abadi namun kere
Buang jauh-jauh impian mulukmu
Sebab kita tak boleh bikin uang palsu

Kalau diantara kita jatuh sakit
Lebih baik tak usah ke dokter
Sebab ongkos dokter disini
Terkait di awan tinggi


Cinta kita cinta jalanan
Yang tegak mabuk dipersimpangan
Cinta kita jalanan
Yang sombong menghadap keadaan

Semoga hidup kita bahagia
Semoga hidup kita sejahtera

Semoga hidup kita bahagia
Semoga hidup kita sejahtera


Kuberikan padamu sebuah batu akik
Tanda sayang bathin yang tercekik
Rawat baik-baik walau kita terjepit
Dari kesempatan yang semakin sempit"


...aku rindu perjuangan, ketika semua tidak "sesemudah" sekarang. Ketika aku harus berpikir berkali-kali dan berani bermimpi tentang "suatu hari...". Ah, kembang pete...

Tuesday, November 10, 2009

Ketika seorang pemimpi mempertanyakan mimpinya....

Ketika seorang pemimpi mempertanyakan mimpi-mimpinya. Mulai ragu akan jalan yang ditapakinya...yeah...inilah keadaanku sekarang. Terkapar dalam ribuan pertanyaan, ketidakyakinan pilihan, dan kerinduan akan banyak hal.

Bermula dari sebuah hal iseng, membuka website departemenku, mengamati isinya dan terantuk pada sebuah artikel. Artikel tentang kisah seorang profesor filsafat yang bercerita tentang batu, kerikil dan pasir di depan mahasiswa-nya. Dan...semunya berawal...

Pasir dan kerikil, itulah yang memenuhi isi otakku, hal yang sebenarnya nggak penting tetapi kupentingkan dalam hidup. Berdalih mimpi, karena itulah satu-satunya mazhab yang kukenal. Sementara batu, kutinggalkan mereka...kuabaikan mereka, dan sekali lagi smuanya berdalih mimpi!

Hah, saat ini aku sedang merindukan byk hal. Ayahku, ibuku, adikku, kucingku, rumahku. Berdalih mimpi, aku telah mengabaikan "batu-batu" itu, hal-hal yang penting yang seharusnya kuhabiskan waktuku.

Aku nggak tahu, harus mulai dari mana untuk membenahinya, mengatur ulang segalanya. Hingga batu-batu itu memenuhi kotak hidupku, sedangkan kerikil dan pasir hanya mengisi sela-sela kosongnya saja...

Tuesday, October 27, 2009

Selalu ada waktu untuk masa lalu...

Selalu ada keajaiban setiap harinya. Entah itu apa, tapi kuyakin ada. Lalu doa rutinku setiap pagi adalah "Bismillah, Tuhan...semoga aku menemukan keajaiban hari ini". Hidupku datar (mungkin), dan aku paling suka kejutan-kejutan.

Buat Rini, sahabatku jaman kuliah dulu...terima kasih telah menjadi kejutan buat hidupku kemarin. Kau tahu, tak ada yang lebih indah daripada mengenang masa lalu. Kita rangkai mozaik lama yang berserak, meski cuma 2 jam kita bertemu. Indah Rin...

Sepanjang Ngesrep-FKM Tembalang. Sepanjang gang Sumurboto II. RM Kartika Sari (dulu kita hanya mampu beli nasi rames & nasi pecelnya. Kpn kita bisa makan di sana lagi? Kalau perlu kita borong makanan paling mahal sebanyak-banyaknya! Balas dendam!Hahaha!), teman-teman kita dulu lengkap dengan segenap ceritanya, cah sumurboto II/21, sego kucing depan P2AT, Mbak Awi, Mbahe, segenap warna kost-kost-ane Pa'e, VCD ehm, apalagi yang belum kusebut Rin...?

Selalu ada waktu untuk masa lalu, mengenangnya, dan mensyukurinya...

Kelak, gantian aku yang ke Jogja, semoga! Akrabkan aku pada kebersahajaan dan kehangatan kotamu ya. Aku sudah sangat lelah dengan Jakarta...

Monday, October 26, 2009

Perahu Kertas

Aku penggemar buku fiksi. Ada satu efek yang kerap kudapat tiap selesai membacanya. Efek dahsyat buat otakku, vitamin imajinasiku, meski ada beberapa yang menjadi sumber perusak akal sehatku. Tapi aku menikmatinya. Dan sh*t! Sumpah aku sedang tidak mengharapkan efek apapun terjadi, buku itu sebenarnya ingin kusimpan dan nggak akan kubaca sampai aku ke laut lusa nanti, menjadi temanku menikmati kemahaluasan samudra kalimantan sana. Tapi ia begitu menggoda...bagaimana tidka menggoda jika ia ditulis oleh salah satu pengarang favoritku?

Novelnya mirip teenlit atau chicklit (whatever apaan itu sebutannya!). Tumben. Tapi aku tahu...pengarang favoritku tetaplah juara meski harus bermain-main dengan cerita yang ringan dan sama sekali jauh dari "kesan berat" yang selama ini diusungnya. Sebenarnya ceritanya sangat biasa...tapi efeknya begitu sialan! Mau tahu akibatnya buat diriku saat ini setelah aku katam membacanya semalam?

"bahwa aku ingin berhenti berlari, menangis, melepaskan, tapi tetap mengharapkan keajaiban. Tak perlu malu untuk menjadi lemah sejenak, dan aku tak butuh berpura-pura menjadi kuat..."

..............................

Saturday, October 17, 2009

Here...@MTR-2

Senyumku
mengikhlaskanmu
keluar sepenuhnya dari hatiku
kuyakin tak ada kesedihan
telah lama sekali aku mempersiapkannya...

Selamat berbahagia untuk semuanya :-)

Thursday, October 01, 2009

Starting New Chapter...

"Bukankah selamanya, kasih sayang itu tak menyadari kedalamannya sendiri...sampai datang saat berpisah...?" (Kahlil Gibran)

Airmataku masih tertahan sejak kemarin. Aku masih baik-baik saja saat mengirim farewell letter via email ke semua rekan kerja di Boart Longyear. Beberapa balasan , memang membuatku sempat me-rewind kembali apa yang pernah terjadi selama 5 tahun lebihku bergabung dengan perusahaan itu. Waktu packing barang-barang dari atas meja kerja, aku juga masih tersenyum. Saat keliling salaman perpisahan ke semua temen-temen di kantor, kebahagianlah yang kucoba pancarkan ke semua. Sekali lagi juga tak ada airmata yang keluar saat pesta perpisahan dengan teman-teman Dept. EHS semalam, meski sebenarnya mungkin nyaris keluar...

Pagi tadi juga aku masih baik-baik saja, tapi tidak setelah itu...
Tiba-tiba aku merasa kehilangan...ada yang hilang...banyak yang hilang. Ujung mataku basah. Hah...!!!
Banyak yang terjadi. Dari kantor sampai site, dari site mining sampai eksplorasi, semuanya luar biasa.

Dalam kurun waktu 5 tahun lebih, aku pernah bahagia di dalamnya, aku pernah sedih bersamanya, aku pernah berjuang untuknya, aku pernah tertawa karenanya...bagaimana bisa aku meninggalkan semua itu tanpa rasa begitu saja? Kepingan jiwaku sudah terlanjur bertebaran di sepanjang jalan itu...

Terima kasih untuk semuanya!

Tapi hidup tak bisa menunggu...

Bismillah, aku akan menjalani babak baruku. No another Lena in BLY, tapi pasti akan datang Lena Lena yang lain yang lebih segalanya dari Lena ini...:-)

Aku menangis dulu sebentar, setelah ini...semuanya akan kembali normal.

PS. Special thanks untuk teman-teman di Dept. EHS, thanks untuk pestanya, trims untuk kenang-kenangannya, dan yang paling penting adalah...terima kasih untuk pertemanan & persahabatan kita semua!!!

Saturday, September 12, 2009

Im Left Behind, Chokin On The Dust

Baru sadar,
kalau yang kupunyai tentang mereka,
hanyalah masa lalu

Untuk semua yang pernah ada,
terima kasih untuk seluruh masa itu
untuk keindahan itu
untuk mimpi itu
di waktu itu

..................

Sunday, August 30, 2009

Mencintai Hujan Part 7

Aku memelihara empat ekor ikan mas koki dalam akuarium, dua berwarna oranye, dua lagi berwarna putih. Sudah kupelihara setahun ini. Senang rasanya melihat mereka bergerak-gerak minta makan tiap kali aku mendekatinya, keempatnya tumbuh makin gemuk. Mereka memang tanpa nama, tapi merekalah makhluk hidup yang setia menemani hari-hariku dalam kost.

Siang tadi kutemukan dua ekor ikan mati. Dua-duanya yang berwarna putih...

"Kemarin kau tinggal lama ya? Nggak ada yang ngasih makan." ucapnya di saat aku menguburkan kedua ekor ikan itu di pekarangan depan kost.
"Iya, tapi biasanya juga mereka baik-baik saja meski ditinggal lama"
"Tapi mereka butuh makan..."
"Iya, tapi...?"
"Kau berencana pergi lagi? Bagaimana dengan ikan-ikanmu? Kau biarkan mereka mati satu persatu?"
"Kalau aku jadi pergi nanti, aku bisa menitipkannya ke tetangga, atau kukasih ke tetangga sekaligus akuariumnya. Beres!" kataku. Kuambil makanan ikan dan kuberikan kepada dua ekor ikan oranye yang tersisa. Lahap keduanya memakannya. Hah, dulu ada empat yang berkecipak-cipak...

"Jadi mereka tak bisa menahan kepergianmu...?"

Apakah hanya karena alasan ikan aku harus menyetop semua mimpiku? Tak ada alasan lainkah selain soal kehidupan ikan-ikan ini? Bukannya aku tak menyayangi mereka, tapi ...

"Nggak ada yang memberatiku, termasuk ikan-ikan itu..."

Dia pulang. Hah, dia datang hanya untuk berkomentar tentang kematian ikan dan hubungannya dengan keprgianku. Padahal kuharap lebih dari itu. Aku berharap ia memintaku untuk tidak pergi. Ia yang meminta, dan bukan dengan alasan ikan. Tapi dia memang tak pernah mengucapkannya. Ia membiarkanku pergi...

Thursday, August 27, 2009

Tentang...

Tiga minggu di site, kerinduanku terbalas. Dua tahun lalu...aku pernah ikut membidani keberadaannya, melihat ia berkembang, dan menemaninya merangkak dan belajar jalan. Kini ia beranjak besar dan sudah bisa berlari.

Dua puluh hari di Martabe, mengenyam kembali sejuknya...masih sesegar dulu. Meski kadang "panas" nya lumayan bikin dada sesak. Ha3x, terlalu didramatisir ya?

Tapi sungguh, aku sangat terikat dengan site tersebut. Lalu kaki ini harus melangkah pergi. Bau segar gunungmu, angin dan kabutmu kan berlalu. Menyisakan kenangan lagi...

Perutku tiba-tiba mual ketika sampai di Bandara Polonia Medan. Aku tiba-tiba gerah dengan keramaian dan kesesakan. Hampir 4 jam lebih menunggu penerbangan ke Jakarta, sungguh aku merasa tak nyaman.

Kepalaku pusing ketika sampai di Bandara Soekarno-Hatta. Tambah eneg ketika berada dalam taksi menyisir jalan-jalan Jakarta, dan pengen muntah di tengah kemacetan.

Apa yang terjadi denganku?
Ada yang aneh, aku merasa tak bisa menikmati lagi "peradaban"...

Aku baru bangun tidur
kelelahan dari site terluapkan
Hah...aku muak padamu, Jakarta!
Aku jujur, aku bosan padamu!

Monday, August 24, 2009

Random Acts of Me

1. Aku sedang menjadi manusia paling bodoh, entah sedunia atau seantero jagad raya. Yeah, gila! APa yg harus ku-defend-kan, kalau toh memang kenyataannya seperti itu? Entah di mana otakku, mungkin sudah kutaruh di dengkul, atau karena lama gak kepakai maka fungsi otakku semakin lemot dan susah diajak mikir. Aku akui.

2. Bosanku merajai, dan seperti biasa aku benci. Tapi pemimpi kecil ini memang gak tau diri. Ingin rasanya pergi. Entah kemana...

3. Masih indah rasanya, tapi menyesakkan dada. Sementara biarkan saja, toh aku sudah terbiasa mengadakan deal dengannya.

4. Airmataku sudah habis. Bukan hal yang parah kukira, tapi bukti semakin ke-tidak pedulian-ku pada sekitar. Mungkin rasa sensi-ku sedikit demi sedikit mengalami degradasi. Atau imunku terhadap kesedihan sudah semakin tinggi. Gubrax deh!

5. Selamat berbahagia untuk semua...

6. Tenang, aku masih suka bermimpi dan berkhayal. Karena cuma itu yang bisa aku lakukan.

7. Aku rindu Jakarta, jangan tanya kenapa. Ah, nggak juga. Tidak, aku tidak rindu Jakarta.

8. Aku ingin segera pamit pada zona nyaman, aku kangen tantangan, obat yang paling keren dalam perjuangan!

9. Dah jam 2 pagi sekarang. Ramadhan ke-2 di site. Ramadhan yang gak nyaman. Aku rindu Tuhan, tapi kenapa aku sedemikian cuek pada bulan sebaik ini?

10. Rindu kampung halaman, pengen pulang. Hanya rindu pada ibu, ayah dan adik. Titik!

11. Semakin gak karuan, semakin kubiarkan! Dasar!

12. Lelah...

13. .........................

Tuesday, August 18, 2009

Sunday, August 16, 2009

Martabe, Hujan & Boru Panggoaran

Martabe sedang hujan, deras. Kenapa harus hujan sih? Sore nanti final lomba tarik tambang, nanti malam malah ada panggung hiburan perayaan 17-an di basecamp. Kenapa hujan selalu datang pada waktu yang kurang tepat, saat aku sama sekali tak menginginkannya. Ngantuk, sementara training database setumpuk yang kukerjain tak kunjung kelar diselingi mati lampu berkali-kali.

Kau tahu apa yang paling enak dilakukan dalam situasi seperti ini selain tidur? Marilah menikmati secangkir kopi sipirok, plus ndengerin lagu batak! Wkwwkwk! Sumpah ni lagu keren banget! Gara-gara di lomba karaoke 17-an pada banyak yang nyanyiin lagu ini, daku sampai ikut-ikutan googling mp3 dan syairnya!

BORU PANGGOARAN

Ho do borukku
Tappuk ni ate atekki
Ho do borukku
Tappuk ni pusu pusukki

Burju burju maho
Namarsikkola i
Asa dapot ho
Na sinitta ni rohami

Molo matua sogot au
Ho do manarihon au
Molo matinggang au inang
Ho do namanogu-nogu au

Ai ho do borukku
boru panggoaranhi
Sai sahat ma da na di rohami
Ai ho do borukku
boru panggoaranhi
Sai sahatma da na di rohami


Sekarang...tinggal googling arti lagu tersebut. Hmmm, nyeruput kopi dulu ah!

Monday, August 10, 2009

Solitude...

Tak ada yang memberatiku mengambil ini
Ah, bukan tak ada, tapi mungkin ada
Tapi apalah artinya jika itu cuma kepingan masa lalu tak berarti?
Pernah berarti mungkin, tapi tak lagi.

Hah, kota ini sepi malam-malam begini
Jendela kubuka
Memandang pemandangan kosong dari lantai 5
Angin mendesir dingin

Mungkin akan kuambil ini
Mungkin
Semoga bukan pilihan yang salah...
Entahlah, aku takut

Hidup berjalan ke depan
Meski aku pernah punya mimpi yang begitu sempurna
Tapi toh cuma mimpi
Sekali lagi, kupastikan tak ada yang memberati
Hah...kenapa jalannya harus serumit ini?

Sumpah, aku ingin menangis malam ini
Diantara lelah membuncah perjalanan ke kota ini
Entah memangisi apa, tapi aku memang merasa perlu menangis.
Anggap saja menangisi banyak hal yang telah terlalui
pun yang belum terlewati
Aku hanya ingin membuat lega jiwa
Feminin sekali ya? Lega setelah menangis
Hah...yeah...I'm a woman btw

Channel TV yang terlalu banyak membuatku muak
mungkin aku tak terbiasa
Bagiku channel berita lebih menarik
Bukankah aku terbiasa dininabobokan oleh Radio Elshinta
24 hours news & talks..? Ha3x

Menangis
lalu nonton TV
what next?

Aku ingin tidur....
dan membayangkan bahwa semua akan baik baik saja
Tirai jendela itu masih terbuka
Aku ingin mengintip langit sekali lagi
tersenyum pada bulan penuh di langit sana
Kau indah, kau masih yang terindah sejauh ini
Sayang...kau tak terjangkau
bahkan oleh alam khayalku...

Selamat malam semua
Esok akan baik-baik saja
Akan kusambut dunia
dengan senyumku
Senyum Lena...

Dan ketika ditanya kabarku, aku akan menjawab "Super!!!"
Wuakakakakak...Mario Teguh mode on

(Pacific Hotel - Balikpapan, 4 Agustus 2009)

Wednesday, August 05, 2009

GUBRAXXXXXXXXXXXXXXXX

GUBRAXXXXXXXXXXXXXXXXXx......!!!!
Harus seperti inikah?
Dari hutan malah menuju ke laut?
Lalu apa bedanya?
E, banyak sih, tapi...
Ya masak sih harus seperti itu perubahannya?
Waduhhhhhh.....
Tidaaaaaaak!!!!!!!!!
Meski aku pernah memimpikan itu, tapi...please kenapa harus nyaris nyata seperti ini?
Sumpah Tuhan, aku nggak sengaja memimpikannya, cuma selintas tak berbekas. Tak lebih dari itu...
Gubrax, sungguh Tuhan...aku nggak tahu...
Akan terbawa kemana semua ini....

Tuesday, August 04, 2009

The Time Of My Life

I'LL TASTE EVERY MOMENT
AND LIVE IT OUT LOUD
I KNOW THIS IS THE TIME TO BE...
MORE THAN A NAME
OR FACE IN THE CROWD
I KNOW THIS IS THE TIME OF MY LIFE

(The Time Of My Life, by David Cook)

Bismillah.......

Monday, July 27, 2009

Dalam Keheningan Baduy...

Aku tak akan berkisah tentang perjalanan ke Baduy, bagaimana caranya ke sana, naik apa, apa yang harus dipersiapkan, apa yang ada selama perjalanan, serta apa yang bisa dinikmati di sana. Mengapa? Karena aku yakin teman-temanku pada trip yang sama pada hari itu pasti akan menulis hal tersebut pada blognya masing-masing. Aku ingin menulis sesuatu yang lain, Baduy dalam pandanganku, pandangan seorang Lena, yang notabene cuma semalam bermalam di sana.



Aku tak pernah googling apapun tentang Baduy sebelumnya. Yang kuketahui tentang Baduy sangat terbatas. Tadinya aku mengira Suku Baduy merupakan suku terasing, terpencil atau terisolasi dari perkembangan dunia luar, padahal jaraknya mungkin hanya sekitar 5 jam perjalanan dari ibukota. Aku jadi ingat kisah tentang Suku Tugutil di pedalaman Halmahera Tengah sana, yang notabene kerap kudengar ceritanya saat ditugaskan di Site Wedabay Halmahera beberapa tahun lalu.

Nyatanya setelah sampai di Baduy dan menikmati kebersahajaannya, pandanganku tentang Baduy berubah. Suku Baduy (baca: Baduy Dalam) ternyata bukanlah suku yang terasing, terpencil atau terisolasi dari perkembangan dunia luar! Sungguh! Mereka mengetahui dan tidak anti terhadap dunia luar, mereka bisa berkomunikasi baik dengan kita, mereka makan makanan yang sama dengan kita, berbagai produk kota telah dikenal oleh mereka. Suku Baduy adalah suku yang memegang teguh adat. Meski kadang ketika kita bertanya "mengapa di Baduy harus begini, mengapa mandi nggak boleh pakai sabun, mengapa gak boleh motret, mengapa rumah bentuknya sama, mengapa gak ada listrik, mengapa harus jalan kaki dan anti transportasi, mengapa gak pake sendal dll" mereka hanya bisa menjawab itu adalah ADAT, dan tidak bisa menjelaskan secara lebih lanjut...aku yakin makna di balik itu semua begitu luar biasa.



Walaupun banyak tamu dari luar Baduy yang berkunjung ke sana dan aroma teknologi yang menggoda serta iming-iming metropolitan yang menggema, semoga Baduy tak pernah berubah! Tetaplah menjadi apa adanya, tetaplah menjadi oase di tengah gurun peradaban yang makin nggak karuan ini...

Tetaplah hening Baduy! Tetaplah bersahaja!



PS. Terima kasih banyak untuk semua teman yang menyertai perjalanan seruku ke sana (Sofie, Dwi, Evi, Tyas, Shinta, Luis, Bembi, Ebiet, Ian, Apple, Cincin, Upi, Joko, Imam). Sampai jumpa di trip selanjutnya :-)

Wednesday, July 22, 2009

Dan Hari Ini Mengenangmu...

Hujan mengguyur Jakarta malam ini. Hujan membuat kota ini tampak rapuh, dan kunikmati kerapuhan itu.

Aku sedang berada di ATM ketika tiba-tiba hujan turun yang seakan-akan tanpa didahului oleh gerimis. Jas hujan tak terbawa. Aku meneduh di pertokoan samping ATM. Hujan tak kunjung berhenti...

Bukankah indah menikmati derasnya?
Curahan air dengan warna yang berpendar disapu lampu-lampu jalan, mobil dan motor.
Lalu jadilah aku penikmat hujan.
Berkendara pelan di atas motor dan memang sengaja hujan-hujanan.

Aku sedang mengais mimpi
Remah-remah mimpi tepatnya...
Sambil menikmati tangisan langit malam ini

..........................

Monday, July 20, 2009

Eleven Minutes

Paulo Coelho, pengarang asal Brazil ini pernah membiusku lewat novel The Alchemist. Kisah tentang mimpi dan bagaimana kita berani mewujudkan mimpi-mimpi itu. Novel yang luar biasa!. Begitupun novel berikutnya yang kubaca, Di Tepi Sungai Piedra Aku Duduk dan Tersedu. Novel yang indah, tentang pertarungan diri akan pencarian cinta sejati. Sementara The Fifth Mountain, tak kunjung selesai hingga hari ini meski kubeli entah beberapa tahun lalu. Halaman-halaman awalnya membosankan hingga aku tak berniat meneruskannya. Ia kini tergeletak manis di antara tumpukan novel-novel lain di rak buku.

Tapi aku rindu karangannya. Pilihan bacaanku akhir-akhir ini rada-rada aneh, sehingga aku melewatkan novel-novel Paulo Coelho lainnya.

Cukup untuk berlama-lama di Gramedia Matraman kemarin, lantai 2 jelas pilihanku. Novel, emang ada lagi yang menarik perhatianku berlama-lama di gedung itu selain novel? Cuma novel yang membuat hati dan otakku interest. Parah ya? Hehe...

Eleven Minutes alias sebelas menit, begitu judulnya. Sialan, yang terpajang masih tersampul plastik semua alias nggak ada testernya. Membaca sekilas review di belakang buku itu, lumayan. Tapi nggak apalah untuk Paulo Coelho, bagus atau tidak isinya...ya biarin aja. At least kata berbagai sumber yang dapat dipercaya, buku ini bagus.

Lalu lanjutan libur long weekend Senin ini kutuntaskan membaca novel itu. Eleven Minutes, cerita tentang ...waduh nggak nyangka juga Paulo Coelho bisa menulis cerita demikian. Busyet, serasa membaca novel Harlequin tapi dikemas dengan bahasa dan cita rasa yang berbeda, kalau boleh dibilang seperti itu. Meski penuh dengan kutipan-kutipan agak vulgar dan beberapa bagian yang rada nggak penting menurutku, secara umum novel ini lumayan untuk dibaca dan ditamatkan (asal dibaca dengan open mind loh). Pengembaraan, pencarian jati diri, mimpi dan cinta sejati...ah, Paulo Coelho banget!

Dan aku jadi tahu, apa makna dibalik "11 menit"! Wuakakakakakak!

Friday, July 17, 2009

Another "Abal-abal" Story

Sudah kuduga
Ternyata "ke-abal-abalan" itu sudah mendarah daging
Dan aku hanya bisa tertawa...
Lucu
Meskipun patut ditertawakan, tapi aku ingin segera menjadi bagian itu secepatnya.
Akan seru pastinya
Sudah nggak sabar lagi

Wah, jan abal-abal tenan
Kok bisa selama ini bertahan???

...........

Sunday, July 12, 2009

If I Could Reach...Higher...

Ekspedisi Gunung Gede, 3-5 Juli 2009

Subhanallah...
Thanks for all my friends: Ayu, Dedi blnk, Ndoro Indra, Heru, Dodi, Andri, Ucup, Henry, Ryan, Damar.
Next project...gunung mana yang akan kita daki nih? Hihi, gpp kudu jalan ngengkang abis turun gunung dan counterpain abis satu tube...yang penting hajar bleh!



















....................

Thursday, July 09, 2009

(&*&*&^^&%^$R#@$^W

Aku tahu, ini pasti akan terjadi
suatu hari nanti
Hanya masalah waktu.

Dan aku baik-baik saja

Rasa menerima bukanlah hal yang baru buatku
Tak perlu lagi beradaptasi atau pura-pura

Tapi entah mengapa aku tak suka bulan penuh di langit sana
Aku kehilangan bintang itu
bintang paling redup favoritku

Dan biarkan aku menjadi penonton saja buat semua
Penonton yang paling bahagia

Aku tak akan menyalahkan masa lalu
Masa lalu yang membuatku terbentuk seperti ini
Tidak, tak ada yang salah dengan masa lalu

Aku akan menjalani sisanya
Hingga ujungnya
dengan senyum lapang di dada

Mari bersulang untuk masa depan
Semoga tak sesuram bintang paling redup favoritku
Tapi meskipun redup
Bukankah dia bintang?

..............

Tuesday, June 30, 2009

Mencintai Hujan (part 6)

Selamat tinggal padamu, pada masa muda yang kuhayati bersamamu,
Baru kemarin rasanya kita jumpa dalam mimpi ini,
Telah kauisi hari-hari sunyiku dengan lagu nyanyianmu,
Dan kujulangkan menara langit dari kumpulan rindu hati.
Tetapi kini buain mimpi telah meninggalkan kami,
Dan mimpi pun telah berakhir,
Hari telah tinggi.
Terik siang mulai menerpa, dan sadar kita sepenuhnya : Saat perpisahan pun telah tiba.
Dalam keremangan senja abadi,
Kita masih akan berjumpa lagi,
Dan kita bakal berwawan-sabda lagi,
Di situlah laugu yang kau nyanyikan untukku, lebih dalam berisi.
Dan pabila tangan kita bersentuhan di lain mimpi,
Mari tegakkan menara langit lagi, menjulang tinggi...

(Sang Nabi, Kahlil Gibran)

Ah, aku ingin tidur lelap malam ini. Tak berharap tentang kamu, meski cuma dalam mimpiku...

......to be continued.......

Sunday, June 28, 2009

Mencintai Hujan (part 5)

Sudah lama aku nggak ke sini. Kesibukan atau pura-pura sibuk yang membuatku melewatkan tempat ini? Entahlah.

Sudah banyak yang berubah. Seingatku dulu lay out cafe ini tidak seperti ini. Warna dominan merah masih tetap dipertahankan. Taman itu masih ada, tapi dipercantik dengan air terjun buatan. Dan library itu...sepertinya nambah satu blok lagi.

Kuambil duduk tepat dengan view taman di depanku setelah meminjam satu novel yang tebelnya halaman yakin bakal bisa kuhabiskan satu atau dua jam ke depan. Kupesan makanan kecil dan segelas ice lemon tea. Sore itu semoga bisa terlewatkan dengan nyaman. Di depan taman inilah, dulu aku sering duduk, ya...dulu. Tuhan, betapa aku merindukan kenangan itu. Aku merasa rapuh saat ini.

Suara seretan kursi dari seberang mengagetkanku. Aku berpaling ke arahnya bersamaan dengannya yang juga menoleh ke arahku. Tiba-tiba suara air terjun di depanku serasa diam dan kalah gemuruh di banding suara jantungku sendiri.

Setengah berlari ia menujuku, menjabat tanganku dan menanyakan kabarku lalu mengambil duduk di sebelahku.

"Aku kangen tempat ini. Kau masih sering ke sini?" tanyanya canggung.
"Jarang. Terakhir ke sini mungkin setengah tahun lalu."

Suara air terjun buatan itu kembali terdengar normal di telingaku. Tak ada lagi yang bisa diobrolkan di antara kami, entah mengapa. Aku sibuk dengan novelku dan ice lemon tea yang sudah nyaris habis. Diapun diam.

Si Mbak pengantar makanan menyelamatkan kebekuan kami.

"Kau masih ingat kan, sop iga di sini paling enak sedunia."
"Iya. Semoga rasanya belum berubah"
"Cicipin deh, biar aku minta sendok satu lagi"
"Thanks, aku sudah kenyang"

Dia tertawa setelah merasakan satu sendok kuahnya "See, masih enak...tambah enak malah!"

Aku tersenyum, melihatnya ia melahap makanan di depannya. Lucu, dia masih seperti dulu. Ah...

Aku bangkit dari tempat dudukku.

"Mau kemana?"
"Buku ini sudah selesai kubaca, aku hanya meyewanya di tempat. Makananku sudah habis. Mau apalagi? Aku harus pulang"

Dia tak mencegahku, sesuatu yang sebenarnya sangat kuharapkan ia lakukan. Ia membiarkanku pergi...

Ah, tak ada untungnya mengingat kenangan. Sesuatu yang indah di masa lalu, tapi toh cuma masa lalu.

(to be continued)

Saturday, June 20, 2009

Just breath and ....

Seandainya,
Adakah?

Satu-satu,
Dan aku memang tak pernah tahu...
..........

Mimpi abadi
Mimpi yang sempurna
Mimpi yang mustahil
.........
..........

Semoga semuanya baik-baik saja.
Seperti biasa
meski aku sedang bosan dan nyaris menyerah
menjadi seorang pemimpi
yang tak pernah bisa memperjuangkan mimpi

If this is it
Well...this is it!

Finish !!!

Tuesday, June 16, 2009

Who said the dream never comes true?

5 tahun berteman denganmu
dalam segenap perjuangan, keterpurukan, pun kegembiraan.
Sedih ketika akhirnya kau putuskan untuk membangun mimpi di tempat baru,
Tapi kenapa harus sedih, harusnya aku senang bahwa akhirnya masa depan lebih benderang di depan matamu.
Aku tahu, aku tak kan pernah kehilanganmu dan kegilaanmu!

Inget "make a wish card" kita di Margo City, yang kau taruh di make a wish tree paling tinggi? New Job, High Income & Better Life...! Hehe, akhirnya!

Well, selamat jalan kawan
Sampai jumpa di kehidupan yang lebih baik.

Hidup tak bisa menunggu, dan kau buktikan itu!
Kamu layak dapat semua itu...
Semoga sukses dalam babak barumu!

Kupajang salah satu foto kita bersama temen-temen EHS Boart Longyear.
Kudedikasikan untukmu: salah satu sahabat terbaikku, Budi Wiryawan.

Monday, June 15, 2009

How To Be part 2

Jika skenario itu sudah jadi,
Bila sutradara berteriak "action..!"
sebagai pemain, aku otomatis ikut saja
kadang bisa sedikit improvisasi
tapi lagi-lagi tak bisa lari jauh dari apa yang sudah ditulis.
Meski settingnya tiba-tiba berubah, entah.
Sang sutradara belum berteriak "cut...!"
dan aku masih bermain di atas panggung,
tanpa pernah tahu endingnya bagaimana
bahkan dialognya pun...sudah tertata
Tetapi,
Panggung itu seperti sebuah mimpi yang aneh sekali
Dimana aku baru sadar setelah menjalani babak-babaknya.

Aku ingin menjadi pemain yang baik
bukan berharap menang di piala Oscar ataupun piala Citra,
atas judgement para juri atau vote via sms.
Aku harus menjadi pemain yang baik
biar aku puas berlakon
puas melakoni diri dan mebahagiakan semua yang sepanggung denganku
dan membanggakan sutradaraku
yang sudah memberiku peran yang luar biasa ini.

Aku masih blank dengan dialogku besok, bahkan beberapa jam, menit atau ke detik ke depan
Bismillahirrahmanirrahim...
Semoga semuanya baik-baik saja dan semakin baik
Amin...

PS. Buat sutradaraku sekaligus pembuat skenario untukku..terima kasih untuk begitu banyak peristiwa serupa keajaiban. Kesempatan ini, ijinkan aku berterima kasih untuk satu moment itu, sungguh luar biasa! Hanya KAU dan aku yang tahu...apa itu!

Sunday, June 14, 2009

How To Be

"Life is a stage
on which we all play
the world is a symphony
of sarcastic lust
I'd like to be a part
of the global game
but I'm left behind
choking on dust..."


Seorang sahabat telah memilih, kehidupan tampak lebih baik di depannya. Kesempatan yang datang tepat pada waktunya. Selamat, kamu memang berhak untuk semua ini! Semua yang akan membayar lelah dan jenuhmu 7 tahun terakhir.

Tinggal aku yang masih terpuruk. Terkapar di dalam gelimang kebosanan dan stuck dalam pekerjaan yang...damn it! What should I say! Belum kelihatan terang di depan. Tapi semoga masih ada jalan keluar dari semua ini, semoga...

Masih gelap...

To Roam

.................
Some people were born to roam
Some people they roam this world alone
Some people were born to roam
Some people they roam this world alone
.................

(To Roam, by Robert Pattinson)

Friday, June 12, 2009

Machu Picchu

Mulutku ternganga menikmatinya. Begitu luar biasa. Meski bukan sebuah petualangan nyata, karena Machu Picchu baru saja kujelajahi lewat sebuah virtual tour di internet. Cuman mimpi kalau bisa ke sana. Tapi biarlah, toh Machu Picchu akhirnya kadung masuk list tempat yang harus kukunjungi suatu hari nanti di ujung mimpi! Ngayal mode on!

Kusalin dari wikipedia :
Machu Picchu ("Gunung Tua" dalam bahasa Quechua; sering juga disebut "Kota Inca yang hilang") adalah sebuah lokasi reruntuhan Inca pra-Columbus yang terletak di wilayah pegunungan pada ketinggian sekitar 2.350 m diatas permukaan laut. Machu Picchu berada di atas lembah Urubamba di Peru, sekitar 70 km barat laut Cusco.
Merupakan simbol Kerajaan Inka yang paling terkenal. Dibangun pada sekitar tahun 1450, tetapi ditinggalkan seratus tahun kemudian, ketika bangsa Spanyol berhasil menaklukan Kerajaan Inka. Situs ini sempat terlupakan oleh dunia internasional, tetapi tidak oleh masyarakat lokal. Situs ini kembali ditemukan oleh arkeolog dari universitas Yale Hiram Bingham III yang menemukannya kembali pada tahun1911. Sejak itu, Machu Picchu menjadi objek wisata yang menarik bagi para turis lokal maupun asing. Machu Picchu dibangun dengan gaya Inka kuno dengan batu tembok berpelitur. Bangunan utamanya adalah Intihuatana, Kuil Matahari, dan Ruangan Tiga Jendela. Tempat-tempat ini disebut sebagai Distrik Sakral dari Machu Picchu.

Dan inilah beberapa gambar Machu Picchu yang kugrab dari beberapa blog travelling. Indah dan luar biasa mengagumkan!





<

Tersenyum miris, ketika ingat kembali bahwa Lena kecil pernah bercita-cita menjadi arkeolog! Cita-cita lama yang terlupa, terkubur...dan sekarang aku malah menjadi seorang EHS Officer! Well, this is life!

Sunday, May 31, 2009

...........

I miss my mom,
I miss my dad
I miss my brother
I miss my cats
I miss my home sweet home....

Let me cry today...for one reason!

..............

Monday, May 25, 2009

Beautiful Wedabay, Here I come and...

Sebuah catatan yang tertunda...

Kau tahu, lagu apa yang paling enak didengerin sambil menikmati senja di jetty tepian Camp Tanjung Ulie. Lagu-lagunya Ebiet. Ha3x, meski jadul & meski mengalun lirih lewat hp perjuangan Nokia 6600 yang speakernya sudah substandard ini, perpaduan antara pantai, senja dan suara Ebiet bisa ter-mix dengan sempurna. Lagu ini kerap kuputar dulu, kala menikmati fly camp demi fly camp itu…

Wedabay…ini aku! Kau masih ingat? Aku pernah di sini 2 tahun lalu...

Setahun bersamamu, dulu…
Kau tlah menjadi bagian dari babak kehidupanku. Darimu, aku belajar banyak. Kau mengajariku mencintai alam, dan aku belajar menjadi pribadi yang tegar dan percaya bahwa hidup adalah perjuangan.

Fan fawa, Wedabay... (bahasa sawai : Fan Fawa = apa kabar)

Kini aku kembali, menjejakmu…meski sebentar. Ijinkan aku menyambangimu dengan segenap rindu. Aku yakin, kau masih senyaman dulu.

Kau, ah...aku masih mengenalmu. Baumu gak berubah. Meski fisikmu sudah luar biasa sempurna sekarang. Dan...mereka...teman, kawan dan sahabat lamaku...mereka masih mengenalku, tersenyum indah padaku, aku serasa pulang kembali ke rumah...

Walau kemudian ternyata dalam sepekan kedatanganku di sana kau sambut aku dengan masalah demi masalah, tapi tak menyurutkan artimu...

Terima kasih untuk semua.
Sampai jumpa di kehidupan yang lebih baik, suatu hari nanti...

Sunday, May 17, 2009

Where Am I...???

Aku berada di tempat yang salah pada waktu yang salah dan moment yang salah. Mengapa bisa? Entahlah, sungguh sebuah pengaturan yang manis, skenario ini memang luar biasa. Ternyata perjuangan itu tak pernah berakhir, ketegaranku masih perlu diuji secara berkala...;p

Friday, May 15, 2009

)*(*&*^&%^$%#$

Aku memang telah meremehkan-Mu,
menentang-Mu

Kau kerap melakukan sesuatu
untuk menyentilku, membentakku
memperingatkanku
betapa kuasanya Diri-Mu atasku
tapi aku tak pernah jera
dan semakin tak tahu diri

Kini bahkan aku tak mampu lagi menangis
Kelenjar airmata seperti kering
serasa beku
hati hanya meratap
menyesali kebodohan kronisku

Aku mencium asap neraka
bau daging panggangku sendiri

Aku mengaku dosa
dosa yang entah sudah setinggi gunung apa
Aku malu
memohon ampun pada-Mu untuk kesekian kalinya...

Astaghfirullahaladzim.....

Tuesday, May 12, 2009

Sawarna, Sebuah Cerita...

Mungkin aku sudah kadung punya ekspetasi tinggi terhadap desa yang akan kusinggahi tgl 8-10 Mei lalu. Aku berharap mengunjungi sebuah desa yang masih natural, agak2 terpinggirkan dan mungkin mirip-mirip Badui (ha3x, kok bisa? Entahlah!). Terus terang agak kecewa setelah sampai di sana ternyata aku bisa bilang desa itu sudah maju dan...ah, jauh dari bayangan awalku. Tapi its okelah, mungkin ada sisi lain yang bisa kunikmati dari perjalanan itu.

Temen-temen di Gank Gelondongan, merekalah pelipur laraku di Sawarna. Gank yang resmi ditahbiskan berdiri di tengah deras hujan dan acara makan indomie. Disebut "Gelondongan" karena satu alasan yang tak bisa kusebutkan (huahaha, malu euy!). Tapi benar, ketika sekumpulan orang dengan pemikiran sama dan dipertemukan dalam sebuah peristiwa, and that's it! Bersatu dan seru! Aneh tapi begitulah!

Ekspetasiku kandas sudah. Acara susur goa yang agak seru tapi biasa. Susur sawah di antara pematang yang...aduh, kampung halamanku juga penuh sawah bo'! Semuanya nyaris dan tidak spesial. Untunglah, ada satu yang bisa membayarnya. Pantai. Ya, pantai di sepanjang Sawarna bersih dan indah. Pantai Sawarna, Pantai Laguna Pari, Pantai Ciatir, Pantai Pulau Manuk, dan Pantai Tanjung Layar.

Have I mentioned Tanjung Layar? Mungkin disebut begitu karena terdapat dua karang besar yang berbentuk mirip layar kapal. Indah. Meski sebenarnya letak keindahan itu bukan pada karang besar itu. Di belakang karang berbentuk layar itu terdapat karang yang agak panjang dan tidak begitu tinggi. Sangat biasa dari kejauhan. Tapi karena "biasa" itulah yang membuatku tertarik nyebrang ke sana. Sayang kamera tak berani kubawa ke sana karena untuk nyebrang ke sana, air lautnya nyaris sedada dg karang2 di bawah yang licin sekali. Dan ternyata...di balik karang "biasa" itu...terdapat...God, sumpah aku gak bisa mendeskripsikan keindahan itu. Begitu luar biasa! Ketika ombak berair biru menyeruak dan Subhanallah...aku tak bisa menjelaskannya!

Yeah, ini cuma sekelumit cerita...











Monday, May 11, 2009

Anggota DPR-RI (wannabe)

Terima kasih sedalam-dalamnya kepada facebook, yang telah mempertemukanku kembali dengan teman-teman jadulku plus foto-foto jadul nan keren berikut ini. Sumpah, jadul banget! Tahun 2000, sekitar bulan Februari kalau nggak salah. Tim Undip ber-photoshoot di gedung wakil rakyat, di sela-sela acara Pekan Ilmiah Mahasiswa nasional XIII di Jakarta.









Hi3x, lumayan bangga pernah menorehkan sebuah prestasi jaman kuliah dulu dan menaklukkan Jakarta pada waktu itu. Untuk temen-temen seperjuanganku menunju kursi DPR pada waktu itu (hehe!), Budiaji, Ronin, Toro, Sandi, Tejo, Zuli, Yudhi & Asep, ayo bangun negeri ini, dengan berkiprah optimal di pekerjaan masing2. Semangat!!! Hehe..;p

Friday, May 08, 2009

Mencintai Hujan (part 4)

Adakah yang lebih indah dibanding impian? Ketika bisa mengkreasikan dunia sesuka kita, menjadi siapa dan apa saja. Dan aku mungkin sedang bermimpi.

.....(to be continued)

Monday, May 04, 2009

My Life, My Adventure

Setelah dari jaman Februari lalu woro-woro ke semua orang di kantor tentang ide "pelampiasan stress" dengan ber-arung jeram, tapi gagal maning gagal maning gara-gara satu, dua, tiga orang yang berhalangan atau minta di-reschedule, akhirnya rencana itu nyaris terpeti es kan. Maka spontanitas malah bisa menjadi pergerakan yang cepat dan nyata.

Peserta memang menciut menjadi empat orang. Aku nggak tahu, mungkin empat orang inilah yang paling punya nyali di antara semua orang yang bekerja di Jl. Suci 12B atau malah empat orang tersebut yang paling stress hingga butuh pelarian secepatnya! Hajar...!!! (kyknya yg sempet nulis kata "hajar", adalah yang tingkat ke-stresannya paling full dan sudah di ubun-ubun! Wuakakak, sorry jeng Deb).

Sempet ada kejadian di kantor Jumat sore, yang membuat diriku jadi mikir...I have to escape and runaway now!!! Soal bikin report etc mah urusan hari Senin!

Start jam 5 sore kita meluncur dari kantor menuju Sukabumi. Rencananya kami akan rafting di Riam Jeram Sungai Citatih Sukabumi pada Sabtu siang (Jal, btw sungai Citatih beda sama Citarik kan?). Jeng Nia sudah siap ber-adventure dengan sandal gunung barunya. Tinggal Jeng Debbie yang mampir sejenak ke toko peralatan outdoor activities. Aku yakin, itulah sandal2 gunung yang pertama kali dibeli seumur hidup kalian! Hehe...

Mendung nyaris mengelayut. Krupuk kulit, meski cuma bisa bikin terbang tapi lumayan mengganjal perut kami hingga makan malam yang kami rencanakan di Restoran Gumati Bogor. Berdasarkan penelitian mengenai kekurangan glukosa yang bisa bikin lemot otak, sepertinya hal ini terbukti pada Jeng Nia. Untung urat malu-mu udah putus Ni. Tapi sumpah, jangan sampai kelemahanmu itu ter-ekspose ke orang lain! Cuma kita berempat yang tahu rahasiamu dan tergantung dari uang tutup mulut yang akan kau berikan ;p



And @ Gumati, vitamin otaknya Nia sudah di-charge kembali. Semoga tetep pinter sampai ke tujuan. Amin..;p

Hujan menemani kami menuju Sukabumi. Begitupun dua kantong plastik besar berisi makanan dan minuman yang kami beli di Indomart pinggir jalan yang sempat membuahkan sepatu Rizal menginjak sesuatu. Alunan musik dari CD dan cerita sepanjang jalan, praktis nggak membuat kami ngantuk di jalan. Thanks for all, yang sudah sudi mendengarkan lagu "Huma Di Atas Bukitnya" Ahmad Albar, meski kalian gak kenal itu lagu...(pls deh! perasaan kita lahir pada tahun yang berdekatan!)

Nia sudah pede dengan alamat hotel tempat kami akan menginap semalam di Sukabumi. Sebuah hotel bernama Rafflesia, dengan ancer-ancer pasar Cibadak lurus ke arah pelabuhan Ratu dan hotel tersebut dekat dengan sebuah Rumah Sakit bernama Sekar Wangi. Meluncurlah mobil itu ke arah yang dituju, tetapi hotel tersebut tak jua kami jumpai. Malu bertanya sesat di jalan. Meski sebenarnya aku malu bertanya (gimana gak malu, lha wong mobil diberhentikan persis di depan sebuah rumah dimana di depan rumah tersebut duduk sepasang muda-mudi yang kuyakini 99% pacaran). Dan aku akan bertanya letak sebuah hotel pada orang yang lagi pacaran? Sialan! Yang bener aja! Untung pertanyaan itu bisa sedikit terkamuflase dengan pura-pura menanyakan dimanakah letak Rumah Sakit Sekar Wangi. Dan ternyata oh ternyata...kami salah arah alias nyasar!

Aku baru nyadar, kyknya pas sebelum berangkat, kami lupa berdoa agar kami nggak nyasar. Doa kami cuma terbatas pada mohon diberikan keselamatan.

Setelah berbalik arah dan Insya Allah menuju arah yang benar, nyatanya kami tetap kesulitan mendapatkan letak hotel itu. Katanya berada di dekat RS Sekar Wangi, lha ini RS sudah terlalui jauh sekali kok belum tampak juga tanda-tandanya. Akhirnya, kami nggak mau tersesat untuk kedua kalinya dan nggak perlu malu untuk bertanya. Untungnya kali ini Rizal memberhentikan mobil bukan di depan orang yang pacaran, sehingga aku lumayan enak menanyakan dimanakah letak hotel yang kami tuju tersebut. Empat kilo lagi kata mereka, entahlah...empat kilo beneran atau empat kilo bohongan, kami menyangsikan keakuratan jarak yang mereka sebutkan.

Finally, sampailah kami. Tiba-tiba kami dihantui perasaan ragu. Hotel itu kelihatan sepi dan...ah! Setelah melakukan survey dan risk assessment (halah!) ternyata dalamnya nyaman dan semua mobil memang diparkir di depan kamar masing2 and thats why di depan hotel kelihatan sepi.



Capek menggelayut. Meski sempat serius di depan TV menyimak berita tentang Antasari Azhar beserta gosip-gosipnya tentang Rani (ni cewek tiba-tiba namanya melambung, mungkin bisa disejajarkan dengan Manohara! Hi3X), akhirnya kami terlelap...menuju mimpi masing-masing.

Malas bangun paginya, tapi aroma bubur Sukabumi tiba-tiba menyentak perut kami. Betapa sulitnya memilih bubur ayam, entah sulit atau bingung. Yang ada malah putar balik gak karuan. Sepertinya kami lupa untuk berdoa, agar diberikan petunjuk untuk menemukan letak bubur Sukabumi yang enak dan nyaman.

Jam sepuluh pagi, kita check out dari hotel. Sungai Citatih....here we come!!!

Tanpa belajar dari pengalaman kemarin, nyatanya sebelum pergi kami memang cuma berdoa agar diberi keselamatan sampai tujuan, dan lupa memohon pada Tuhan agar tidak nyasar. Setelah meliak-liuk hingga 27 kilo ke arah Cikidang (bahkan sempat berfoto-foto di sepanjang jalan), Rizal baru sadar kalau nyasar. Yang ada kami malah menuju ke arah sungai Citarik. What? Nyasar kok 27 kilo! Pls deh Jal, kami nggak butuh untuk tahu dimana sungai Citarik itu, dimana rafting Arus Liar etc! Kayaknya penyakitnya Nia mulai nular, Rizal bukannya balik arah tapi malah niat lurus terus...wuakakak! Hari yang aneh!



Hajar! Mobil balik arah dan melaju kencang, berpacu dengan waktu yang bersisa 2 jam lagi. Secara kita dijadwalkan harus ada di meeting point Riam Jeram pada jam 2 siang. Lapar!!!

Akhirnya, dengan mengucap Alhamdulillah kami sampai juga dan belum terlambat ngumpul di meeting point. Semangkuk indomie telur kemudian menjadi sumber tenaga kita untuk mengayuh dayung, bergumul dengan riam dan berteriak-teriak selama sepanjang 12 kilometer ber-rafting ria di Riam Jeram Sungai Citatih!!! Ugh....!!! Note : Aku gak bisa renang, tolong jangan kerjain gw euy...!!!









Agh...! Puas!!! Meski harus dibayar dengan pegel-pegel sekujur badan!
Citatih, terima kasih...!!! I'll see you someday in a better life!

Thursday, April 30, 2009

%^*&@#!)*((&**^&%%$

Semuanya menjadi berbeda
Mungkin makin indah buatmu.
Tapi tidak bagiku

Kenapa malam tak kunjung bertepi
Hingga menjadikanku penguasa larut hingga dini.
Aku ingin tidur!
Seandainya saja, ah...
Toh tak ada lagi nyanyianmu
Mengantarkanku tidur, seperti dulu...

Aku tercenung di antara jendela di lantai dua
Menyusun mosaikmu, berbekal memori lemot otakku.
menikmatimu...meski cuma dalam anganku.
Kau tahu, bahkan jejakmu masih basah
Lalu bagaimana bisa mengenyahkanmu?

Aku menderita
menyembunyikan cintaku, padamu...

Friday, April 17, 2009

Mencintai hujan (part 3)

"Sementara ini sedang menjadi manusia paling malas sedunia", ucapku padanya ketika ia menanyakan kabar. Ia tertawa lebar, renyah dan tanpa batas, seperti biasanya.
"Aku juga sedang menjadi manusia paling nggak jelas sedunia", balasnya.
"Aku sedang sakit teman, help me..." Kutendang kerikil ke jalanan.
"Ya, kau benar-benar sakit"

===============================

"Nih, kopi item, tanpa campuran apapun, as usual."
"Thanx, tapi...".
"Ups, jangan protes!".
Sialan, dia sudah keburu meng-interuptku. Aku memang selalu protes kalau ia membawaku ke cafe itu. Puluhan ribu hanya untuk membeli kopi ini? Yang mungkin tak lebih sedap dibanding kopi (campuran jagung) yang biasa kubeli di warung sebelah rumah. Lalu dia akan bilang, "bukan cuma kopi yang kubeli teman, tapi aku juga membeli suasananya."
"Aku juga nggak suka suasananya"
Dia mengkucak rambutku hingga berantakan.
"Dasar! Tak bisakah kau pura-pura suka...?"
Kuminum seisi kopi dalam cangkir di depanku. Dia tergelak
"Kau minum kopi seperti menenggak bir saja. Kau benar-benar sakit!"

================================

"Aku lagi males jadi tempat sampah. Bisa kan kali ini kau nggak usah ngomong atau curhat apapun please..." Potongku di tengah kalimat-kalimat yang meluncur dari mulutnya, entah dia sedang cerita ama, kadang dia tertawa...entahlah, mungkin dia sedang bahagia.
"Aku nggak mau pura-pura ndengerin kamu ngomong, pura-pura merhatiin atau apapun!"


(to be continued)

Saturday, April 11, 2009

Mencintai Hujan (part 2)

Kemarin, kita memandang langit yang sama. Langit yang sama tapi mungkin bintang yang berbeda. Mataku tertuju pada sebuah bintang paling kecil dan sendirian di entah dekat rasi apa yang kerlipnya nyaris tak terlihat. Dan kamu, entah bintang mana yang kamu perhatikan, yang paling terang mungkin atau entahlah. Aku beranjak bosan.

"Jangan pergi, kita tunggu bintang jatuh, kita make a wish bareng" begitu katamu.

Tapi sampai pagi, tak ada satupun benda langit itu yang bergerak, semuanya statis tetap pada garisnya. Tak ada make a wish. Dan kamupun pergi, pergi dengan mimpimu.

Mencintaimu adalah perbuatan paling bodoh yang pernah kulakukan. Mengkhayalkan masa depan bersamamu adalah harapan yang paling mustahil. Saatnya memilah mimpi dan itu berarti membuangmu, keluar selamanya dari ruang hidupku.

Malam ini, aku kembali memandang langit. Langit yang kosong tanpa bintang. Bulan penuh.

(to be contimued)

Thursday, March 19, 2009

Hanya...

jangan ganggu aku malam ini,
karena aku sedang ingin melakukan sesuatu.
Sesuatu bernama : "menyalahkan masa lalu"
Ya, jujur aku ingin menyalahkan masa lalu
dengan berbagai alasan.

Aku janji, hanya malam ini.

Maafkan aku
sudah kubilang bahwa aku hanya ingin jujur

Sekali lagi, hanya malam ini aku akan menyalahkan masa lalu
karena esok aku ingin menjadi manusia yang lebih baik.

Friday, March 06, 2009

Mencintai Hujan (part 1)

Kunyalakan rokok, membiarkan ujungnya membara dan berasap untuk sesaat. Aku tak menghisapnya. Aku hanya menghirup asapnya yang mengepul dan memenuhi udara kamarku yang sempit. Asap rokok lebih nikmat dibanding menghisap rokok itu sendiri, begitulah menurutku.

Aku sedang stres. Ah, bukan stres kurasa, tapi sedang kacau. Kacau? Yach, mungkin jiwaku sedang meradang tepatnya. Meradang? Bukankah, ah sudahlah, mungkin aku terlalu meng-hiperbolakan sesuatu. Aku lelah, dan biarkan perasaan itu tak terdefinisikan.

Akumulasi masalah membuat kepalaku mau pecah! Ditambah lagi kepergiannya, kehilangan seseorang yang...Shit, mengapa aku serapuh itu?

Aku terbiasa menderita, aku berkawan lama dengan rasa menerima, aku bersahabat dengan perjuangan. Bersama mereka aku menjadi tegar dan pandai berkamuflase dalam keadaan apapun. Lalu kenapa tiba-tiba hari ini aku jenuh dengan semua itu?

Aku ingin tidur. Tapi asap rokok yang kuhirup ternyata lebih nikmat dibanding tidur dan mimpi buruk...

(to be continued).

Friday, February 27, 2009

Martabe, Suatu Hari...Suatu Waktu...

Martabe, aku kembali...
Aku kembali padamu untuk beberapa waktu, setelah hampir setahun lebih meninggalkanmu.
Ya, aku kembali ke site itu. Martabe Site di Batangtoru Tapanuli Selatan.

Banyak yang berubah, tapi aku masih sangat mengenalmu. Ternyata jejakku masih dikenal, dan itu sungguh membuatku terharu.

Empat hari tak cukup rasanya membayar rindu, menebus setahun perpisahan denganmu, melewatkan begitu banyak perkembanganmu. Belum puas rasanya menyapa semua orang yang pernah kukenal dulu, menapaki sisa-sisa jalan setapak di belantara itu, menjelajahi tiap sudutnya, menghirup atmosfermu...

Martabe, terima kasih pernah menjadi bagian luar biasa dalam hidupku. Aku serasa pulang ke rumah, rumah yang lama kutinggalkan, dan kau buka lebar-lebar tanganmu penuh kehangatan untuk menerima kepulanganku...

Saturday, February 21, 2009

Kepadamu

Akulah pungguk,
dan kau selamanya bulan.
Seperti sudah ditahbiskan alam
aku hanya mampu merindumu
mungkin sejak zaman purba dulu
Tak ada yang aneh
dan kuterima itu...

(catatan iseng di tengah jam kuliah yang bikin ngantuk...)

Monday, January 26, 2009

Entahlah, hanya saja...

Entahlah, hanya saja...aku sudah malas menghadapi segala kerumitan ini. Rumit, ruwet, entahlah mana kata yang lebih tepat. Aku jenuh dengan sesuatu yang tidak bersistem, aku sudah jengah dengan hal yang bernama gubrak-gubruk. Aku nggak bisa lagi...

Hari ke 14 di site,
dan aku tahu apa yang harus kulakukan setelah ini...

Sunday, January 11, 2009

Yelda

Aku sering menangis jika merindukanmu.
Cengeng memang, tapi begitulah...
Dan seolah mendengar isakanku, maka kau akan datang
Kau pasti datang
melalukan tangisku juga rindu...
Percaya atau tidak,
bahwa kemudian aku menjadikan ritual "menangis" untuk memanggilmu
datang padaku

Tapi itu dulu...
Ya, dulu...dulu sekali...

Sekarang, kemarin...dan mungkin sudah ribuan hari yang lalu
tangisan itu ternyata tak berarti lagi buatmu, buat kita...
Sekerasnya aku menangis, meneriakkan namamu seperti lolongan anjing
bahkan sampai memakimu semampuku...
Kau tiada kunjung hadir
membiarkanku menyayati rindu yang keparat!

Dan kau tak pernah datang..
tak pernah ada lagi...

(pikiran usang, diantara tumpukan buku, medio 2006)

Catatan : Yelda, bahasa Farsi, berarti malam pertama pada musim dingin, malam terlama sepanjang tahun.

Friday, January 09, 2009

Aku makin mencintai "proses"

Sialan, kenapa aku baru melakukannya sekarang...???

Aku punya penyakit, ups...apakah itu pantas disebut penyakit? Entahlah. Tapi aku kerap mengalami gangguan pencernaan dan gangguan makan tiap kali mau ujian. Bahkan sampe parah. Tapi anehnya ketika ujian udah kelar maka semua gangguan beserta tetek bengek yang berurusan dengan pencernaan itu kembali normal. Bahasa kerennya aku kena "psikosomatis" katanya. Itu kurasakan sejak jaman SD, SMP, SMA, kuliah...bahkan terakhir waktu mau ujian masuk pasca sarjana pun masih kuderita. Walhasil, aku sudah terbiasa atau akhirnya membiasakan diri dengan keadaan psikosomatis itu. Ya, istilahnya...kuanggap wajar...tanpa pernah kulakukan tindakan apapun untuk mencegahnya.

Dan terus terang aku tercengang. Sangat tercengang! Ketika ujian tengah semester pun ujian akhir semester kemarin-kemarin ini aku lewati tanpa satu gejala psikosomatis yang menyerang. Tak ada yang namanya gangguan pencernaan dan gangguan makan sama sekali. Uaneh! Banget...! Aku makin terkaget-kaget ketika hasil dari ujian akhir tersebut baik-baik saja, bahkan sangat baik di mataku...

Lalu mulailah aku bertanya. Mengapa? Kok bisa...?

Merujuk pada teori domino (halah!), setelah dirunut-runut... kemungkinan besar karena sekarang aku bersikap "nothing to loose", gak terlalu mikirin hasil! Ora urus mau hasilnya kayak apa. Bukannya gak mikirin hasil sih tapi yang penting aku menikmati prosesnya! Beda dengan dulu, dimana aku selalu merasa khawatir dan takut kalau-kalau hasilnya jelek! Ya, mungkin begitu kira-kira...

Ya...Aku makin mencintai proses.

Sialan, kenapa aku baru melakukannya sekarang...???