Sudah lama aku nggak ke sini. Kesibukan atau pura-pura sibuk yang membuatku melewatkan tempat ini? Entahlah.
Sudah banyak yang berubah. Seingatku dulu lay out cafe ini tidak seperti ini. Warna dominan merah masih tetap dipertahankan. Taman itu masih ada, tapi dipercantik dengan air terjun buatan. Dan library itu...sepertinya nambah satu blok lagi.
Kuambil duduk tepat dengan view taman di depanku setelah meminjam satu novel yang tebelnya halaman yakin bakal bisa kuhabiskan satu atau dua jam ke depan. Kupesan makanan kecil dan segelas ice lemon tea. Sore itu semoga bisa terlewatkan dengan nyaman. Di depan taman inilah, dulu aku sering duduk, ya...dulu. Tuhan, betapa aku merindukan kenangan itu. Aku merasa rapuh saat ini.
Suara seretan kursi dari seberang mengagetkanku. Aku berpaling ke arahnya bersamaan dengannya yang juga menoleh ke arahku. Tiba-tiba suara air terjun di depanku serasa diam dan kalah gemuruh di banding suara jantungku sendiri.
Setengah berlari ia menujuku, menjabat tanganku dan menanyakan kabarku lalu mengambil duduk di sebelahku.
"Aku kangen tempat ini. Kau masih sering ke sini?" tanyanya canggung.
"Jarang. Terakhir ke sini mungkin setengah tahun lalu."
Suara air terjun buatan itu kembali terdengar normal di telingaku. Tak ada lagi yang bisa diobrolkan di antara kami, entah mengapa. Aku sibuk dengan novelku dan ice lemon tea yang sudah nyaris habis. Diapun diam.
Si Mbak pengantar makanan menyelamatkan kebekuan kami.
"Kau masih ingat kan, sop iga di sini paling enak sedunia."
"Iya. Semoga rasanya belum berubah"
"Cicipin deh, biar aku minta sendok satu lagi"
"Thanks, aku sudah kenyang"
Dia tertawa setelah merasakan satu sendok kuahnya "See, masih enak...tambah enak malah!"
Aku tersenyum, melihatnya ia melahap makanan di depannya. Lucu, dia masih seperti dulu. Ah...
Aku bangkit dari tempat dudukku.
"Mau kemana?"
"Buku ini sudah selesai kubaca, aku hanya meyewanya di tempat. Makananku sudah habis. Mau apalagi? Aku harus pulang"
Dia tak mencegahku, sesuatu yang sebenarnya sangat kuharapkan ia lakukan. Ia membiarkanku pergi...
Ah, tak ada untungnya mengingat kenangan. Sesuatu yang indah di masa lalu, tapi toh cuma masa lalu.
(to be continued)
No comments:
Post a Comment