Saturday, November 21, 2009

Make a wish...kembang pete...

Ini sebuah cerita, cerita kita bertiga. Keisengan luar biasa di sebuah Mall beberapa waktu lalu. Dengan membayar uang 2000 perak, kita bisa menulis permintaan di sebuah kertas lalu meletakkannya di pohon buatan yang mereka sebut sebagai make a wish tree. Kami bertiga sepakat menulis : "New Job, High Income, Better Life!" Hehe, namanya juga make a wish, sah-sah aja kan kalau sedikit lebay...

Entah karena alam telah berkonspirasi bersama kami sehingga harapan itu terwujud(Ups, Paulo Coelho banget ya?), atau karena memang usaha kami, yang jelas Sang Maha Kuasa akhirnya mewujudkan salah satu mimpi itu.

Minggu ini sebenarnya kami ingin merayakannya dengan pergi nggembel ke Bandung. Iseng bikin make a wish lagi dan berharap bisa meletakkannya di salah satu pohon di kota itu. Wuakakak! Tapi begitulah, dan begitulah. Salah satu di antara kami sempat menanyakan apa yang aku tulis nanti di kertas make a wish itu. Random kubilang "hmm...akan kutulis bahwa aku pengen punya suami". Dunia serentak runtuh karena gelegar tawanya, sialan! Memangnya aneh ya ketika seorang Lena akhirnya menyatakan itu. Rada aneh memang, tapi...gak aneh-aneh banget ah, rasanya tidak patut ditertawakan secara berlebihan. Hehe! Di tengah ketidakpercayaannya dia sempat menanyakan lagi tentang kriteria laki-laki yang kuinginkan menjadi suami. Gubrax deh! Well, seperti apa? Entahlah, mungkin seseorang yang mau ngasih aku kembang pete, tanda cinta abadi meski kere...(Iwan Fals mode on).

Ah, menikah? Punya suami? Hmm, jadi inget novel Anne of Green Gables, ketika si Anne kecil bercerita kepada Matthew calon ayah angkatnya dalam perjalanannya di dalam kereta: "Aku sendiri tidak pernah berpikir menjadi pengantin. Aku sangat biasa-biasa saja sehingga tak akan ada orang yang mau menikahiku-kecuali jika ada seorang misionaris asing. Aku berpikir bahwa seorang misionaris asing tidak terlalu istimewa. Tapi, aku betul-betul berharap bahwa suatu hari aku akan memiliki gaun putih. Itu adalah salah satu hal ideal tertinggi dari harapan duniawiku..."

Ups, ngelantur kemana pikiranku barusan? Beradu imajinasi dengan Anne dari Green Gables? Busyet dah! Saatnya kembali Len...!

Yang jelas, rencana perayaan ke Bandung itu akhirnya dipastikan gagal. Salah satu diantara kami sedang tepar gara-gara digigit nyamuk, payah...preman kok kena Malaria!

Yach, yo wislah. Berarti field break kali ini kan kuhabiskan di kampung halaman tercinta sambil menanti datangnya Idul Adha.

Hey, tadi aku sempat menulis tentang kembang pete kan? Tentang tanda cinta abadi meski kere. Ini dia lirik lengkapnya...Kembang Pete by Iwan Fals...

"Ku berikan padamu
Setangkai kembang pete
Tanda cinta abadi namun kere
Buang jauh-jauh impian mulukmu
Sebab kita tak boleh bikin uang palsu

Kalau diantara kita jatuh sakit
Lebih baik tak usah ke dokter
Sebab ongkos dokter disini
Terkait di awan tinggi


Cinta kita cinta jalanan
Yang tegak mabuk dipersimpangan
Cinta kita jalanan
Yang sombong menghadap keadaan

Semoga hidup kita bahagia
Semoga hidup kita sejahtera

Semoga hidup kita bahagia
Semoga hidup kita sejahtera


Kuberikan padamu sebuah batu akik
Tanda sayang bathin yang tercekik
Rawat baik-baik walau kita terjepit
Dari kesempatan yang semakin sempit"


...aku rindu perjuangan, ketika semua tidak "sesemudah" sekarang. Ketika aku harus berpikir berkali-kali dan berani bermimpi tentang "suatu hari...". Ah, kembang pete...

Tuesday, November 10, 2009

Ketika seorang pemimpi mempertanyakan mimpinya....

Ketika seorang pemimpi mempertanyakan mimpi-mimpinya. Mulai ragu akan jalan yang ditapakinya...yeah...inilah keadaanku sekarang. Terkapar dalam ribuan pertanyaan, ketidakyakinan pilihan, dan kerinduan akan banyak hal.

Bermula dari sebuah hal iseng, membuka website departemenku, mengamati isinya dan terantuk pada sebuah artikel. Artikel tentang kisah seorang profesor filsafat yang bercerita tentang batu, kerikil dan pasir di depan mahasiswa-nya. Dan...semunya berawal...

Pasir dan kerikil, itulah yang memenuhi isi otakku, hal yang sebenarnya nggak penting tetapi kupentingkan dalam hidup. Berdalih mimpi, karena itulah satu-satunya mazhab yang kukenal. Sementara batu, kutinggalkan mereka...kuabaikan mereka, dan sekali lagi smuanya berdalih mimpi!

Hah, saat ini aku sedang merindukan byk hal. Ayahku, ibuku, adikku, kucingku, rumahku. Berdalih mimpi, aku telah mengabaikan "batu-batu" itu, hal-hal yang penting yang seharusnya kuhabiskan waktuku.

Aku nggak tahu, harus mulai dari mana untuk membenahinya, mengatur ulang segalanya. Hingga batu-batu itu memenuhi kotak hidupku, sedangkan kerikil dan pasir hanya mengisi sela-sela kosongnya saja...