Aku pengen complain. Complain pada pilihan hidupku sendiri. Semakin nyadar kalau pekerjaan ini terlalu "keras" buatku. Mungkin kulitku atau hatiku sudah sekasar badak hingga baru kerasa, atau memang Nilai Ambang Batas nya sudah mampu terlewati sehingga menjadi terbiasa?
Mereview lagi perjalanan. God, sudah sejauh inikah terlampaui...? Dari hutan belantara Halmahera Tengah, Halmahera Utara, Sumatra Utara...dan pijakan-pijakan kecil di bagian pulau lainnya, hingga kini terdampar di lautan maha luas. Sudah sejauh inikah rentangan pekerjaan yang telah aku jalani selama ini? Aku kuat ternyata, tapi shit...apa yang telah terjadi denganku?
Apalagi yang kucari? Impian macam apalagi? Tantangan seperti yang bagaimana lagi? Kepuasan yang model kayak mana? Ketika hidup tanpa planning yang jelas kupilih, menikmati segala surprise di dalamnya, lalu bingung kan melanjutkan seperti apa. Aku sedang terjebak dalam perasaan yang sulit terdefinisikan. Kata "yach, dinikmati aja" pun tak lagi bisa terucap untuk menenangkan diri...
Hah! Maafkan aku jiwaku. Aku tahu kamu sudah lelah. Tunggu sebentar lagi ya...
Nyaris jam lima sore waktu samudra tak terbatas di Selat Makassar. Aku hanyalah seorang perempuan. Pernah jadi pemimpi, tapi kerap menjadi pecundang. Cita-citaku sederhana. Menggandeng anak-anakku kelak, menunggu papanya pulang. Mengantarkan mereka tidur dengan cerita kehidupan, bahwa dulu...Ibunya pernah pura-pura menjadi wanita tangguh. Membangunkan mereka dengan kecupan sayang. Menyiapkan sarapan dari tanganku sendiri. Memberinya bekal untuk berangkat sekolah...
Ah, sial...airmataku nyaris jatuh...
Weits, dah jam lima lebih...! Belum sholat Ashar!
(Dibaca dan dimaknai bersama Ujung Mimpiku... @Buar56, 8 Juli 2023)