Thursday, April 23, 2015

Antologi Rindu (2)

Duduklah di sampingku
sudah lama kita tidak berbincang
Apa kabarmu?
Perjalanan demi perjalananmu selama berwindu kita tak bertemu

Kamu balik menanyakan kabarku
Ah, aku malu
Karena hari-hariku hanya kuhabiskan untuk memendam rindu
sambil menulis puisi cengeng tentangmu

Kutulis puisi di atas pasir pantai yang indah
tapi ombak menggulungnya tak berbekas
Kutulis puisi di atas langit biru
tapi malam menghapusnya hingga tak terbaca
Kutulis puisi di puncak gunung
tapi badai menghamburkannya entah kemana
Dan entah kutulis puisi dimana lagi
ia tetaplah deretan kalimat yang tak pernah terkatakan

Soe Hok Gie bilang bahwa mati muda adalah orang kedua yang bernasib baik
Mungkin aku orang yang bernasib sial
karena jika boleh memilih maka aku ingin mati saat tua nanti
Sebab kosakata untukmu masih terlalu banyak
seribu puisi masih ingin kuciptakan...

Jangan beranjak dulu
Ceritamu belum tamat
dan penantian panjangku belumlah terbayar...
Ayo duduk kembali

Tapi saat matahari tenggelam di cakrawala
Langit merah keemasan
Bulan sabit setinggi beberapa galah
ditemani sebuah bintang yang paling terang
Maka kau boleh pergi,
dan biar kunikmati ini sendiri...


No comments:

Post a Comment