Friday, October 23, 2015

Antologi Rindu (3)



Adakah yang lebih menyayat dibanding sebuah penantian berlatar gerimis yang tak jadi serta secangkir kopi yang mendadak dingin.

Dengan sabar ia rawat kenangan, sebagai simbol harapan. Harapan yang sebenarnya bisa saja berupa tepukan sebelah tangan.
Tapi ia terlanjur menunggu, bukan saja hitungan hari tapi windu. Hingga mungkin malaikat penjaga ikut ngelu.

Kadang mimpi itu perlu, tanda bahwa hidup tak hampa. Ada yang dirindukan setiap pagi, ada yang diberitakan saat senja. Meskipun semua itu nyatanya hanya berupa senandika.

Rasa menerima bukanlah hal yang baru buatnya...

Cinta tak harus memiliki memang ungkapan lama. Tapi ia terus abadi di-amini para pecinta...

(@Gerbong 4, KA Kaligung jurusan Semarang-Pekalongan)

 

No comments:

Post a Comment