Aku memang masih bisa berjalan dan nggak pincang. Tapi dengkul ini jadi bunyi krek-krek gitu jika ditekuk. Iya sih, aku dah makin tua, tapi masak bunyinya seperti nenek-nenek gini, wkwk! Nyerinya memang nggak continously sih, ada saat-saat dimana rasanya memang sakit, nggak nyaman dan cukup mengganggu aktivitas keseharianku.
Dari hasil nanya-nanya ke beberapa teman yang berlatar medis, aku disuruh ngompres ni dengkul, suplemen makanan semacam glukosamin mungkin bisa dicoba. Obat pereda nyeri belum kuminum karena nyerinya belum sampe bikin aku pingsan dan meronta kok, hehe! Well, dilihat dulu kondisinya, kalau nggak ada perbaikan, aku disarankan periksa ke spesialis orthopedi. Haisss!
Setelah kuamati selama dua minggu terakhir, nyaris nggak ada perubahan yang signifikan pada dengkul kiri. Apalagi kalau dipakai turun tangga, beuh! Akhirnya saat off sekarang ini kuputuskan bahwa aku harus ke dokter spesialis orthopedi. Tapi di kota kecil seperti kampung halamanku ini tak menyediakan banyak dokter spesialis tulang itu. Dari rumah sakit di kota sampai kabupaten, mau negeri atau swasta ternyata dokter spesialis orthonya ya itu-itu juga. Ya sudah, mari dicoba saja.
Kemarin, akhirnya aku pergi ke sebuah rumah sakit swasta yang cukup ternama di kota. Di jadwal tertulis bahwa dokter spesialis itu akan datang jam 2 siang nanti. Ternyata baru jam 5 lebih pak dokternya baru datang, ya setelah aku nunggu sampe lumuten. Aku pasien nomor dua yang dipanggil.
Kuceritakan kronologi serta keluhan yang dirasakan. Dokter memintaku tiduran kemudian lutut kiriku ditekan dan ditekuk-tekuk. Sakit euy! Selesai pemeriksaan, pak dokter nanya apa aktivitas keseharianku dan direkomendasikan untuk mengistirahatkan kaki dulu sementara dan nggak boleh naik turun tangga. Hmm. Beliau lalu langsung sibuk nulis-nulis di catatan rekam medis dan secarik kertas yang sepertinya resep. Ya, dokter itu langsung sibuk nulis, sementara banyak hal yang berkecamuk di otakku.
"Sebenarnya saya sakit apa, dok?" Tanyaku
"Bahasa medisnya Chondromalacia patella. Ada pergerakan kasar antara tempurung lutut dengan tulang rawan. Bisa jadi gejala dini dari osteoarthritis."
"Osteoartritis?" tanyaku lagi. Apa lagi itu? Apanya osteoporosis? Teringat akan sebuah iklan susu.
"Belum osteoartritis kok."
Sebenarnya masih banyak yang ingin kutanyakan pada dokter tentang semisal penyebabnya, makanan yang harus kumakan/hindari, pengobatannya, perlukah x-ray atau tindakan terapi atau bahkan operasi, perlukah kontrol rutin, bagaimana jika obatnya habis tapi nggak ada perubahan di lututku dan lain-lain. Tapi belum sempat aku bertanya, pak dokter di depanku malah berdiri, menutup map rekam medisku, menyerahkan resep kepada perawatnya dan pasien selanjutnya telah dipanggil. Waladalah, lha piye iki?
Sebagai customer tentu saja aku sangat kecewa terhadap pelayanan ini. Aku awam, tapi bahkan konsultasi basic-pun tak kudapatkan dengan memuaskan. Hah! Bertanya pada mbah google bahkan lebih sip rasanya!
Aku pulang dengan 3 macam obat di tangan. Baiklah kaki, kita istirahat dulu. Tahun depan baru mbolang lagi, hihi! Chondromalacia patella??? Nice!!!