Saturday, January 23, 2016

Ngelamang di Sumbawa (Bag. 2): Sekongkang, Sepanjang Jalan Kenangan

"I don't know where I'm going
But, I sure know where I've been
Hanging on the promises
In songs of yesterday
And I've made up my mind
I ain't wasting no more time
But, here I go again...here I go again"
(Here I Go Again - Whitesnake) 

------------------------------------------------------------------

8 Januari 2016

Selamat pagi, Lombok! Mari kita mulai hari dengan duduk santai di teras kamar hotel, secangkir kopi dan senyuman pagi (halah!)

Tepat jam 07.30, travel langganan Yuli sudah menjemput dan siap membawa kami ke Pelabuhan Kayangan. Bang Rasyid, sang driver menjadi teman ngobrol yang cukup seru. Travel ini hanya berpenumpang tiga orang saja, dua diantaranya ya aku dan Yuli. Menyusuri kembali jalanan menuju Lombok Timur. Sungguh, sekali lagi sangat samar ingatanku tentang jalan-jalan ini.

Gagahnya Gunung Rinjani, menjadi pemandangan indah di sepanjang jalan di setengah perjalanan kami. Ah, kau harus kudaki suatu hari nanti!

Sekitar jam 09.00 pagi, kami tiba di Pelabuhan Kayangan. Inilah pintu menuju Pulau Sumbawa jika menggunakan transportasi laut. Ada dua jenis kapal yang bisa kita gunakan, yaitu kapal ferry menuju Pelabuhan Poto Tano dan kapal menuju Pelabuhan Benete, tinggal pilih sesuai tujuan kita. Kami berdua mengunakan kapal dengan jurusan Pelabuhan Benete. Apa sebab? Tentu saja, karena rumah Yuli ada di Benete dan aku ingin mengenang cerita masa laluku saat kerja di Sumbawa, start dari situ. 

Kapal Tenggara Satu, demikian namanya. Kapal yang terakhir kali aku naiki delapan tahun lalu. Dulu kapal ini dikelola oleh PT. Newmont Nusa Tenggara sebagai sarana transportasi dari site ke Lombok pulang pergi bagi para karyawan dan juga kontraktor. Kini kapal itu dikelola oleh Pemda Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) dan terbuka bagi penumpang umum (non karyawan) kecuali pada hari tertentu yang memang sudah diblock hanya khusus bagi karyawan. Dan suasana Tenggara Satu, masih seperti dulu...

Selamat Datang di Tenggara Satu, bla-bla-bla, tampak layar TV di kapal menyajikan video keselamatan kapal sebelum kapal ini beranjak pergi meninggalkan Pelabuhan Kayangan. 

Tak lama berada di kabin. Aku dan Yuli naik ke deck atas dan menikmati udara segar serta pemandangan laut. View Gunung Rinjani mulai kami tinggalkan perlahan.

Di deck atas Tenggara Satu
"Siluet" Poto Tano terlihat dari kejauhan

"Seingatku kapal ini akan melewati pulau-pulau karang gitu." kataku, anganku menjelajah sebuah ruang di masa lalu.
"Iya benar, tapi masih cukup jauh dari sini. Hey, lihat itu mbak! Itu Poto Tano, sepertinya yang itu Pulau Kenawa" ujar Yuli, menunjuk pada pulau-pulau kecil yang tampak dari kejauhan.

Kami masuk kembali ke kabin kapal, masih ada satu jam perjalanan ke depan, aku bahkan sempat tertidur. Yuli membangunkanku ketika kami sudah nyaris sampai tujuan yaitu Pelabuhan Benete. 

Selamat Datang di Pelabuhan Benete Sumbawa

Tenggara Satu merapat. Inilah aku sekarang. Kembali menjejak Pulau Sumbawa. Apa rungan (apa kabar), Benete? Rungan balong (kabar baik), serumu! Ya, hanya dua kalimat berbahasa Sumbawa itu yang masih membekas di ingatanku. Keluarga Yuli menjemput kami. 

Dari dalam mobil, aku kembali mengingat mozaik-mozaik yang tercecer di sepanjang jalan itu. 

Rumah Yuli tak begitu jauh dari Pelabuhan Benete. Segera setelah sampai, kami istirahat sejenak, dan sehabis makan siang kami langsung jalan-jalan ke daerah Sekongkang bersama Yuli dan keluarga yaitu Ibu, saudari, ipar dan keponakannya. 

Maka sekali lagi, aku merangkai mozaik-mozaik masa lalu yang tercecer di sepanjang perjalanan Benete ke Sekongkang, melintasi jalan di depan gerbang Newmont dan melewati Maluk. Aku tercengang saat melewati Maluk. Wow, inikah Maluk sekarang? Nyaris tak kukenali. Tempat ini sudah sangat ramai dengan pertokoan berjajar di tepi jalan.

Di Maluk, kami sempat ketemuan dengan Ahmad, seorang kawan lama, dulu satu perusahaan. Obrolan seru meski hanya sebentar, cukup menyenangkan. 

"Ya Allah Len, belum nikah-nikah juga kamu sampai sekarang?" kelakarnya
"Nggak ada yang mau sama aku, Mad" ujarku disusul ngakak tak terkira. Haha, manusia yang satu itu memang CS ku sejak dulu, di berbagai site yang pernah kami jelajajahi, dari site Sumbawa hingga hutan belantara site eksplorasi di Tapanuli Selatan, beberapa tahun silam. 

Kembali ke track semula, kami menuju Kecamatan Sekongkang. Ada banyak pantai indah di sana yang ingin kulihat lagi, meski sekarang aku tak begitu mencintai laut, haha!

"Sudah ada jalan baru yang menghubungkan Maluk ke Sekongkang, jalannya nggak se-ekstrim dulu." kata Yuli sambil menunjukkan jalan di depan.

Memoriku mencoba mengingat kembali. Dulu jalan dari Maluk ke Sekongkang memang penuh dengan tanjakan, turunan tajam dengan jalan yang bisa dibilang sangat sempit. Kini sudah ada jalan raya baru, cukup lebar dengan tanjakan/turunan yang cukup wajar.

"Itu Hotel Mega Arafah, masih inget kan? Camp kita dulu" lanjut Yuli ketika kami sudah sampai di Kecamatan Sekongkang.

Aku memandang setengah tak percaya. Seingatku jalanan ini dulu masih sangat sepi, tak banyak rumah di sekitar hotel itu. Ah, betapa banyak perubahan yang telah terjadi.

Begitupun dengan jalan raya sepanjang Sekongkang ini, sudah banyak dipenuhi rumah penduduk, juga cafe dan hotel yang dimiliki oleh expat. Pantai di sekitar sini memang berombak besar, surga bagi para peselancar. 

Pantai Lawar adalah tujuan pertama kami. Sekarang jalan menuju pantai sudah lebar dan mobil bisa masuk sampai bibir pantai. Dulu seingatku hanya jalan setapak kecil, yang hanya bisa dilewati motor itupun harus mblusuk nggak jelas gitu, hehe! Panas menyapa kami siang ini, sangat panas bisa dibilang. Tapi pantai ini masih cantik, bersih dan tetap sepi. Saya suka dengan bukit-bukit di kanan-kirinya.

Pantai Lawar, siang itu

Hati-hati jalannya ya, Alfon

Dan sapi-pun ingin piknik juga :-)

Pantai Tropical adalah destinasi selanjutnya, pantai ini masih sejajar dengan Pantai Lawar. Dari jalan besar Sekongkang menuju pantai ini jalannya sudah sangat lebar dan kelihatan baru diaspal. Berpasir putih, dan berombak besar, dengan pemandangan bukit yang cantik sekali.


Ada "Gosip" di Pantai Tropical ;p

Selesai dari Pantai Tropical kami balik arah kembali ke Maluk, melewati dataran yang agak tinggi sehingga pantai-pantai di daerah Sekongkang ini terlihat dari atas, cantik sekali. Berhenti sebentar. Meneruskan perjalanan lalu mblusukan sejenak melewati jalan setapak di pinggir jalan untuk menikmati Pantai Yoyo dan Pantai Rantung.

Pantai Rantung

Ombak di Pantai Yoyo

Pantai-pantai di Kecamatan Sekongkang Sumbawa Barat ini nyaris tak berbeda dengan dulu, aku tetap menyukai sepinya, pasirnya, bersihnya, birunya dan ombaknya serta bukit-bukit hijau yang menjadi latarnya. Siang itu, pemandangan laut yang berpadu dengan perbukitan, telah kuobati rinduku pada Sekongkang.

Malamnya kami nongkrong di Pantai Benete, menikmati suara deburan ombak dan kerlip lampu-lampu pelabuhan dan konsentrator tambang. Kami sekaligus ketemuan dengan Wiwin dan kedua adiknya (mereka masih kerabat Yuli), ngobrol tentang rencana esok hari. Ya, aku, Yuli, Wiwin dan Irwan (temannya Wiwin) besok akan pergi ke Kecamatan Poto Tano. Yup, sebuah petualangan seru siap dimulai...!!!

Kisah selanjutnya di : Ngelamang di Sumbawa (Bag.3): Desa Mantar, apa rungan desa kita Amek?

-----------------------------------------

Budget :
1. Travel Lombok - Pelabuhan Kayangan = Rp. 70.000/orang
2. Kapal Pelabuhan Kayangan - Benete Sumbawa = Rp. 135.000/orang (bagi penumpang ber-KTP non KSB). 

1 comment: