Saturday, October 20, 2018

Merhaba Turkiye (Bag.1): Welcome to The City, Istanbul!

"Life can't be all that bad, I'd think from time to time. Whatever happens, I can always take a long walk along the Bosphorus..."
(Orhan Pamuk)

---------------------------------

13 September 2018

Setelah menempuh perjalanan cukup panjang dari Jakarta, pesawat Saudi Airlines yang sempat transit di Jeddah Arab Saudi ini mendarat mulus di Bandara International Ataturk Turki sekitar pukul 10.30 waktu setempat. Selamat datang di Istanbul. Kota yang pernah disebut sebagai Konstantinopel atau Bizantium. Kota terpadat di Turki, pusat ekonomi, budaya dan tentu saja sejarah.

Teman jalanku kali ini adalah Mbak Andari. Teman kerja yang cubiclenya persis di sebelah. Akhirnya sampai juga kita di sini ya, Mbak? Padahal rencana pergi ke Turki bisa dibilang cukup dadakan. Hari cuti memang sudah kami block sejak lama, tapi terus terang kami belum menentukan hendak jalan ke mana. Tiket baru kita beli sekitar seminggu sebelum berangkat (untung harga tiketnya miring cuy). Maka Turki seolah menjadi sebuah wacana saja, karena kami malah sibuk nyiapin acara gathering kantor saat itu lalu dilanjut keseringan nonton pertandingan Asian Games hampir setiap hari di GBK, haha! Belum lagi berita tentang krisis ekonomi yang sedang melanda Turki (lalu timbul kekhawatiran dari segi keamanan) juga nilai tukar rupiah yang sedang turun melawan Dolar Amerika, cukup membuat kami ragu untuk bepergian ke sana. Tapi tekad kami bulat, pokoknya harus piknik, meskipun ngirit! Wkwk!

Kami langsung menuju loket pemeriksaan paspor. Antriannya mengular panjang. Lira (mata uang Turki) yang sedang anjlok terhadap Dollar, tampaknya malah membawa dampak meningkatnya wisatawan barat yang berkunjung ke negeri ini. Bagi WNI, kita hanya butuh Visa On Arrival (VOA) yang bisa diapply online sebelum keberangkatan dengan biaya sekitar $26. Oke, satu cap mengisi pasporku yang nyaris kosong ini.

Keluar dari pintu kedatangan, kami ke money changer sebentar, menukar Dollar Amerika ke Lira. Lira susah banget didapatkan di Jakarta, maka membawa Dollar Amerika dan ditukar sesampainya di Turki adalah salah satu alternatifnya. Kami nggak nukar banyak, setidaknya cukup untuk membeli IstanbulKart dari mesinnya. Oh ya, 1 lira jika dikurs-kan ke Rupiah saat itu sekitar Rp. 2300 - 2400. Sementara untuk 1 Dollar Amerika rate-nya sekitar 5,8 - 7,2 Lira, fluktuatif sekali pergerakan Dollar versus Lira ini.