Thursday, December 15, 2022

Puisi Gembok (1)

Aku datang tanpa ekspektasi apa-apa ke tempat ini,
Tapi kadang Tuhan memang lucu sekali
Dia mempertemukanku dengan seseorang yang suka menulis puisi.

Maaf, jika kemudian gembok pada pintu yang telah kamu tutup rapat selama dua dekade itu, akhirnya terbuka...

Semoga tak ada sesal,
Saat kamu temukan kembali sejarah itu.
Apa yang salah dengan puisi?

Aku tak pernah memaksamu
Dan semoga memang bukan karena aku.
Bisa jadi ribuan kata yang kamu kurung dalam kepalamu-lah yang gelisah dan akhirnya meledak
Ya, puisi menemukan jalan keluarnya sendiri

Gembok itu masih terkait pada pintu. Kamu sendiri yang pegang kuncinya.
Kamu masih bisa menutupnya kembali
Kapanpun itu...

Dan ketika saat itu tiba,
Aku tak akan mencegahmu...

Aku masih akan terus berpuisi, melanjutkan apa adanya aku sebelum mengenalmu.
Tapi aku pasti akan merindukan puisi-puisimu yang indah dan penuh balutan metafora itu.
Yang kerap membuatku mengernyitkan dahi, mempertanyakan apa arti rangkaian kalimat ini.

Namun
suatu hari nanti, jika kamu rindu menulis puisi lagi...
Maka aku ada bersama senja,
Aku melayang bersama awan,
Menangis bersama rintik hujan,
Dan tersenyum di separuh bulan...

(26 September 2022)

No comments:

Post a Comment